• Berita
  • Dari Orasi hingga Istighasah Mewarnai Malam Peringatan 1 Tahun Brutalitas Aparat Kepolisian di Dago Elos

Dari Orasi hingga Istighasah Mewarnai Malam Peringatan 1 Tahun Brutalitas Aparat Kepolisian di Dago Elos

Tanggal 14 Agustus setahun silam warga Dago Elos mengalami malam jahanam. Mereka menolak lupa pada tragedi penyerbuan oleh polisi.

Warga Dago Elos memperingati tragedi 14 Agustus dengan melakukan aksi di depan Terminal Dago, Rabu, 14 Agustus 2024. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak)

Penulis Awla Rajul15 Agustus 2024


BandungBergerak.id - Satu tahun sudah tragedi malam jahanam di Dago Elos, Bandung saat aparat kepolisian "menyerbu" warga dengan gas air mata, melakukan penyerangan, pemukulan, hingga mendobrak rumah-rumah. Warga Dago Elos menolak lupa kejadian kelam itu dengan melakukan peringatan bertajuk “1 Tahun Tragedi Brutalitas Aparat Kepolisian”, Rabu malam, 14 Agustus 2024. Acara diisi dengan orasi, istighasah, menyalakan lilin, dan refleksi.

Menjelang pukul lima sore, warga menyesaki median jalan di depan terminal Dago Elos. Kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu, ada pula bapak-bapak dan anak-anak. Mereka menenteng poster dan spanduk dan menjejerkan di tengah-tengah jalan. Salah satu spanduk bertuliskan "Presisi=Omong Kosong". Sementara orator berulang kali berorasi dengan pengeras suara, mengingatkan kembali para pengguna jalan tentang kejadian brutalitas aparat setahun lalu yang dialami warga Dago Elos.

"Kita mengingat hari ini bukan untuk membuka luka lama, bukan membuka trauma. Kita menolak lupa, menolak lupa tragedi yang sampai sekarang belum dituntaskan," kata Angga berorasi, ketua Forum Dago Melawan.

Senin, 14 Agustus 2023 lalu, warga Dago Elos melakukan pelaporan terkait dugaan tindak pidana yang dilakukan Muller bersaudara ke Polrestabes Bandung. Setelah menunggu seharian, laporan itu ternyata ditolak. Warga Dago Elos meluapkan emosi kekecewaannya dengan memblokade jalan. Polisi menanggapi kekecewaan itu dengan mengirimkan ribuan aparat kepolisian bersenjata lengkap.

Sayangnya, setelah negosiasi untuk membuka blokade jalan hampir mencapai puncak dan polisi sepakat menerima laporan, satu gas air mata meledak di belakang barisan warga. Ada beberapa rentetan gas air mata lainnya yang menyulut emosi warga, lantas polisi membabi buta menyerbu Dago Elos.

Warga Dago Elos memperingati tragedi 14 Agustus dengan melakukan aksi di depan Terminal Dago, Rabu, 14 Agustus 2024. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak)
Warga Dago Elos memperingati tragedi 14 Agustus dengan melakukan aksi di depan Terminal Dago, Rabu, 14 Agustus 2024. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak)

"Kami hanya mempertahankan hak hidup dan hajat hidup dari orang-orang yang serakah," ungkap seorang bapak-bapak berkacamata dengan rompi jeans.

Berganti-ganti berorasi, warga Dago Elos semua menyerukan mereka tidak takut dan tidak gentar melawan mafia tanah. Mereka optimis warga Dago Elos pasti menang. Setelah genap setahun menghadapi brutalitas aparat dan kini tengah mengawal persidangan dugaan tindak pidana, mereka akan terus mengawal sengketa tanah hingga memenangkan hak atas tanah.

"Kami tidak bisa tidur nyenyak, kami dihantui. Kami di sini untuk menyerukan perlawanan. Kami mengajak semua warga masyarakat untuk selalu bersatu, tingkatkan solidaritas. Jangan hanya diam, jangan hanya melihat dan mendengar. Mari beraksi," kata Ade Suherman, berorasi di tengah jalan sambil memegang spanduk.

Lia, seorang warga Dago Elos menyerukan, tragedi malam itu tak bisa dilupakan. Tindakan polisi yang menyerang warga, melemparkan gas air mata, hingga mendobrak rumah warga telah menyisakan trauma pada anak-anak dan lansia. Sayangnya kasus ini belum tuntas. Ia kecewa lantaran tidak ada polisi yang ditangkap dan diadili.

"Gas air mata dan senjata pernah kami hadang, meskipun kelak peluru menerjang. Demi keadilan kami tidak akan hengkang dari Dago Elos," ungkap Lia menutup orasi sore itu dengan membaca spanduk yang membentang di atas jalanan.

Suasana istighasah warga Dago Elos memperingati satu tahun brutalitas aparat kepolisian di malam jahanam, Rabu, 14 Agustus 2024. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak)
Suasana istighasah warga Dago Elos memperingati satu tahun brutalitas aparat kepolisian di malam jahanam, Rabu, 14 Agustus 2024. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak)

Belum Ada Keadilan

Setelah genap setahun, belum ada pengusutan tuntas terkait kebrutalan aparat kepolisian pada tragedi 14 Agustus 2023 silam di Dago Elos. Forum Dago Melawan memandang perotasian para perwira yang diduga aktor tragedi brutalitas aparat pada September 2023 merupakan upaya untuk mengaburkan pandangan dan menghindar dari pertanggungjawaban.

Forum Dago Melawan lantas melaporkan berbagai kekerasan kepolisian ini kepada Kompolnas dan juga Propam Mabes Polri pada Oktober 2023. Atas laporan yang disampaikan, Propam Mabes Polri mengaku akan memprosesnya dalam 20 hari. Sementara Kompolnas menyatakan janjinya akan secepatnya menindaklanjuti perihal ketidakprofesionalan kepolisian dalam memproses aduan warga terkait penipuan yang dilakukan oleh Muller bersaudara. 

"Janji tinggal janji, 19 Juni 2024 melalui Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan Propam (SP2HP2) nomor B/2354/VI/WAS.2.4/2024/Divpropam, Propam Mabes Polri justru menjelaskan belum ditemukan bukti permulaan yang cukup untuk adanya dugaan pelanggaran disiplin dan etik yang dilakukan oleh Kapolrestabes Bandung beserta jajarannya," dikutip dari siaran pers Forum Dago Melawan.

Warga Dago Elos memperingati satu tahun tragedi malam jahanam untuk menyalakan bara semangat perjuangan dan ketidakadilan atas kesewenang-wenangan. Perlawanan perlu dilakukan atas segala bentuk kekerasan dan pelanggaran yang dilakukan oleh kepolisian. Lantaran, kejadian serupa bukan hanya terjadi di Dago Elos, melainkan hampir di seluruh daerah di Indonesia, seperti penyerangan pulau Rempang, penembakan di Seruyan, Kalteng hingga terbunuhnya Afif Maulana.

"Kami pun tetap menyerukan di setiap titik api untuk terus merawat nyala api perlawanan terus berkobar, api dapat digunakan penerangan dalam gelap. Namun ada saatnya rakyat menggunakan api untuk membakar setiap dosa yang telah dilakukan negara dan kaki tangannya yang menindas rakyatnya sendiri," tegas Dea dan Fay, membaca siaran pers sebelum memulai istighasah.

Baca Juga: Menengok Kabar Warga Dago Elos Setahun Setelah Tragedi 14 Agustus
Sewindu Sudah Warga Dago Elos Turun ke Jalan, dari Festival Kampung Kota ke Pengadilan
Duo Muller Ditahan Polda Jabar, Warga Dago Elos Mewaspadai Praperadilan

Beberapa barang milik polisi yang tertinggal di Dago Elos, Bandung, Selasa, 15 Agustus 2023. Pengepungan oleh polisi terjadi Senin, 14 Agustus 2023. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak)
Beberapa barang milik polisi yang tertinggal di Dago Elos, Bandung, Selasa, 15 Agustus 2023. Pengepungan oleh polisi terjadi Senin, 14 Agustus 2023. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak)

Melangitkan Doa

Sekitar setengah delapan malam, warga Dago Elos berkumpul di lapangan Balai RW 02 bersama santri-santri dari pengajian Baitul Hikmah yang berada di RW 01 Dago Elos. Mereka bersiap melakukan istigasah, melangitkan doa bersama. Doa bersama dipimpin oleh Diki, pemimpin pengajian Baitul Hikmah. Diki menerangkan, kejadian 14 Agustus 2023 silam merupakan bentuk kezaliman aparat negara dengan kekuasaan yang dimilikinya. Ia juga meyakini kemenangan dan mendoakan perjuangan warga Dago Elos.

"Kami yakin bapak ibu telah berjuang sekuat tenaga, bahkan juga harta benda. Kami yakin bapak ibu telah berjuang banyak, kami dan santri doakan. Kalau bapak ibu berjuang di darat, biarkan kami yang berjuang melalui jalur langit," pesan sang ustaz Diki, menutup istighasah.

Setahun peringatan brutalitas aparat itu juga diperingati dengan menonton film dokumenter perjuangan warga Dago Elos yang berujung mengalami kekerasan aparat hingga berbuah manis berupa persidangan dugaan tindak pidana di PN Bandung. Saat ini persidangan kasus Dago Elos dengan terdakwa duo Muller masih proses awal di pengadilan.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Awla Rajul atau artikel-artikel lain tentang Dago Elos

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//