Forum Dago Melawan Turun ke Jalan, Menyemangati dan Menguatkan Sesama Korban Sengketa Tanah di Bandung
Selain melawan gugatan terkait tanah Dago Elos di PTUN Bandung, warga memberikan dukungan pada SMAN 1 Bandung dan Sukahaji yang juga menghadapi konflik agraria.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah24 April 2025
BandungBergerak.id - Solidaritas menjadi napas perjuangan agraria di Kota Bandung. Rabu, 23 April 2025 Forum Dago Melawan bergerak mengawal sidang sengketa lahan mereka di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung, lalu mendatangi SMAN 1 Bandung yang lahannya disengketakan oleh Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK), dan memberi dukungan moral untuk warga Sukahaji yang nasib tanahnya juga terancam. Aksi berantai itu menegaskan pesan: korban konflik tanah tidak boleh berjalan sendiri.
Pagi hari, puluhan warga Dago Elos berkumpul di depan PTUN Bandung. Mereka mengawal proses hukum perkara keluarga Muller Cs yang menggugat Disdukcapil Kabupaten Bandung karena pemblokiran penerbitan akta atas nama Heri Hermawan Muller. Yel‑yel “Dago Melawan tidak bisa dikalahkan” menggema, menegaskan tekad menghadapi sengketa panjang yang masih bergulir.
Di depan pengadilan, warga Dago Elois berorasi dan membacakan pernyataan sikap, menyatakan solidaritas terhadap SMAN 1 Bandung dan Sukahaji. Warga menilai tidak ada keberpihakan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun Pemkot Bandung terhadap warganya yang dirundung sengketa lahan.
“Ajakan konsolidasi di Pakuan kepada warga Sukahaji kami artikan sebagai pembungkaman gerak kritis masyarakat …" ujar Angga, warga Dago Elos, dari atas mobil komando.
"Hal tersebut tidak berlaku bagi kami dan langkah perjuangan kami, Dago Melawan, khususnya di Dago Elos," lanjut Angga.
Pernyataan itu sekaligus membuka jembatan solidaritas, bahwa dukungan untuk Sukahaji dan SMAN 1 Bandung dari warga Dago Elos bukan basa‑basi, melainkan strategi bersama mempertahankan ruang hidup.
Melintas ke SMAN 1 Bandung: Menyuntik Energi Guru dan Murid
Usai orasi di PTUN Bandung, rombongan Forum Dago Melawan bergerak menuju SMAN 1 Bandung, salah satu sekolah negeri tertua yang baru saja kalah di PTUN atas gugatan sertifikat tanah yang diajukan Perkumpulan Lyceum Kristen. Di halaman sekolah yang terletak di kawasan Dago, warga Dago Elos disambut hangat guru dan siswa. Spanduk “Pelajar Melawan” terangkat berdampingan dengan poster “Dago Elos Bersama SMANSA”.
"Kekalahan SMAN Satu di PTUN dan perlakuan pemerintah Jabar beserta Pemkot Bandung terhadap warga Sukahaji tersebut bagi kami bukanlah hal yang mengagetkan, terlebih ketika sesumbar Gubernur dan aparatur pemerintah lainnya penuh percaya diri meyakinkan untuk memenangkan gugatan di PTUN dalam kasus SMANSA," jelas seru Angga, menautkan tiga front konflik—Dago Elos, SMAN 1, dan Sukahaji—dalam satu barisan perlawanan sipil.
Dukungan itu direspons antusias warga sekolah. Tarisha, Ketua OSIS SMAN 1, berkata, “Kami yakin akan menang, karena semua orang juga tahu bahwa hak atas pendidikan seharusnya diprioritaskan dibandingkan kepentingan pribadi.”
Namun putusan PTUN membuatnya kecewa. Kekalahan pihak SMANSA di PTUN Bandung baginya tidak masuk akal. Tarisha dan kawan-kawan siap melakukan perlawanan melalui media sosial—ruang aksi yang dianggap sangat memungkinkan bagi siswa.
Bagi Tarisha dan teman‑temannya, sekolah adalah “rumah kedua” yang wajib dipertahankan. “Kami nggak bisa cuma diam ketika sekolah kami sedang terancam,” tandasnya.
Solidaritas dari Dago Elos membawa haru bagi para guru. Tuti Kurniawati, Kepala SMAN 1 Bandung menyatakan, solidaritas ini semakin menguatkan pihak sekolah yang terus berjuang mempertahankan tanahnya dari gugatan. Ia memastikan proses belajar di SMANSA tetap kondusif. Menurutnya, Pemprov Jawa Barat juga telah menjamin tidak ada penggusuran atau relokasi. “Biarkan pemerintah yang berwenang yang akan mengurus masalah ini,” tuturnya.
Dari sisi hukum, Arief Budiman, Koordinator Tim Caretaker Ikatan Alumni SMAN 1, menekankan gugatan PLK semata “pembatalan sertifikat hak pakai”, bukan sengketa objek. Ia menyebut Biro Hukum Jabar menyiapkan banding dan telaah ilmiah atas putusan hakim. “Saya harap semua stakeholders bisa turut serta, membackup,” ujarnya.
Baca Juga: Warga Dago Elos Menyuarakan Solidaritas untuk SMAN 1 Bandung dan Sukahaji, Mengingatkan Negara untuk Membela Ruang Hidup Masyarakat
Ibu-ibu Menjadi Korban Pemukulan di Area Bekas Kebakaran Sukahaji, Aksi Kekerasan Berlangsung Semalaman
Ibu-ibu dan Bapak-bapak Sukahaji Mendesak BPN Kota Bandung Membuka Data Pemilik Sertifikat Tanah

Menjangkau Sukahaji
Setelah menyemangati SMAN 1, Forum Dago Elos menegaskan komitmen pada warga Sukahaji, wilayah yang juga bergolak akibat konflik lahan. Angga menegaskan pihaknya menolak “pembungkaman” terhadap suara-suara kritis terkait konflik agrarian. Pesan ini meneguhkan garis solidaritas: setiap kekalahan di satu titik bisa menjadi pemantik perlawanan di titik lain.
Aksi yang dilakukan Forum Dago Elos ini meneguhkan bahwa satu komunitas menguatkan komunitas lain, sambil tetap menuntaskan sengketa sendiri di pengadilan. Koridor hukum ditempuh, tetapi energi massa tetap dipupuk—baik lewat yel‑yel di depan PTUN, kehadiran fisik di sekolah, maupun kampanye digital oleh pelajar.
Bagi Forum Dago Elos Melawan, meski pihaknya masih menghadapi sidang di PTUN tetapi berbagi semangat dengan SMAN 1 Bandung dan warga Sukahaji adalah kunci. Dalam lanskap sengketa tanah yang kerap timpang, kehadiran solidaritas menjadi penawar takut dan penanda bahwa perjuangan atas ruang hidup tak pernah berdiri sendiri.
*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau tulisan-tulisan lain tentang Konflik Tanah