GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (8): Gunung Pangparang, Gunung Tertinggi di Bandung Timur
Konon, Gunung Pangparang ada kaitannya dengan legenda Sangkuriang. Pada abad 19, kawasan Gunung Pangparang dijadikan perkebunan kina oleh Belanda.
Gan Gan Jatnika
Pegiat Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB), bisa dihubungi via Fb Gan-Gan Jatnika R dan instagram @Gan_gan_jatnika
30 Oktober 2021
BandungBergerak.id - Bandung dilingkung ku gunung, atau Bandung dikelilingi oleh gunung. Dan gunung-gunung yang jumlahnya ratusan itu tersebar hampir merata di seluruh Bandung raya. Demikian pula wilayah Bandung timur mendapat sebaran gunung yang lumayan banyak. Salah satunya adalah Gunung Pangparang.
Bagi masyarakat Bandung, kawasan Bandung timur identik dengan kawasan Ujung Berung, Cibiru, Cilengkrang, Cileunyi, Jatinangor, Tanjungsari, Rancaekek, Nagreg, Cikancung, Cicalengka, Cipacing, Sapan, dan sekitarnya. Beberapa bagian wilayah tersebut ada yang masuk ke wilayah Kabupaten Sumedang.
Ada pun gunung-gunung yang berada di kawasan Bandung timur, di antaranya Gunung Manglayang, Gunung Pacet, Gunung Palasari, Gunung Pangparang, Gunung Jambu, Gunung Geulis, Gunung Mandalawangi, Gunung Masigit, Gunung Pangradinan, Gunung Kerenceng, Gunung Kareumbi, Gunung Bukitjarian, dan Gunung Buyung.
Dari sekian banyak gunung-gunung tersebut, manakah yang memiliki titik puncak paling tinggi? Jawabannya adalah Gunung Pangparang.
Berdasar peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) edisi I-2001 skala 1:25.000, yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), ketinggian puncak Gunung Pangparang adalah 1.957 meter di atas permukaan laut (Mdpl), hampir mencapai 2.000 Mdpl.
Toponimi dan Sejarah Perkebunan Kina
Penamaan Gunung Pangparang berasal dari legenda Sangkuriang. Sangkuriang menggunakan sebilah parang untuk menebang pohon yang akan dijadikan perahu sebagaimana disyaratkan oleh Nyai Dayang Sumbi. Setelah selesai digunakan, parang tersebut dilemparkan dan lama-kelamaan menjadi sebuah gunung, yaitu Gunung Pangparang.
Tidak begitu jauh dari Gunung Pangparang, terdapat Gunung Bukittunggul. Mitosnya, gunung ini adalah jelmaan dari tunggul pohon kayu yang ditebang oleh Sangkuriang tadi. Ada juga Gunung Kasur di sebelah selatan Gunung Pangparang. Menurut warga yang tinggal di Kampung Ciangkeb, kaki Gunung Kasur, Gunung Kasur merupakan bagian dari kisah legenda Sangkuriang juga.
Versi lain, gunung tertinggi di kawasan Bandung timur ini dinamakan Gunung Pangparang karena banyak pohon pangparang tumbuh di sini.
Pada abad ke-19, masih di masa kolonial, kawasan Gunung Pangparang dijadikan perkebunan kina oleh Belanda. Menurut catatan yang bersumber dari Balai Arkeologi Jawa Barat (Balar Jabar), pembukaan dan penanaman perkebunan kina Pangparang diawali pada bulan Mei 1884.
Pada saat yang hampir bersamaan, dimulai juga pembukaan dan penanaman beberapa perkebunan lainnya di kawasan tersebut. Perkebunan yang dimaksud adalah perkebunan kina Panglipur Galih (Pangli), Gunung Kasur, Gegersunten, Sukamanah, dan perkebunan kina Cisarua.
Baru pada tahun 1912, keenam perkebunan tersebut dijadikan satu dengan nama perkebunan kina Bukittunggul.
Bagi para pekerja perkebunan, disediakan tempat tinggal di lereng dan kaki Gunung Pangparang. Perkampungannya dikenal dengan nama Kampung Pangli dan Kampung Gunung Kasur. Sampai saat ini kedua perkampungan tersebut masih ada.
Baca Juga: GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (1): Gunung Manglayang, Berkah Kesucian dan Keindahan yang Menjulang di Bandung Timur
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (2): Gunung Geulis Manggahang, Puncak Tertinggi Bukit Barisan Baleendah di Pantai Danau Bandung Purba
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (3): Gunung Putri Lembang, Mitos Dayang Sumbi dan Sejarah Benteng Belanda
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (4): Gunung Pacet Menyingkap Misteri Keberadaan Danau Manglayang
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (5): Gunung Pabeasan Arjasari, dari Kerimbunan Hutan hingga Batu Ampar yang Menawan
Lokasi dan Akses
Secara administratif, Gunung Pangparang berada di perbatasan Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Sumedang. Lereng dan kaki gunung sebelah barat masuk wilayah Desa Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Sedangkan lereng dan kaki gunung sebelah timur masuk wilayah Desa Genteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang. Puncaknya masuk wilayah Kabupaten Sumedang.
Untuk menuju Gunung Pangparang, kita bisa mengakses rute perjalanan dari dua arah. Pertama, dari arah utara melalui jalur Cibodas, Lembang. Sampai di ujung desa Gegersunten, kita berbelok ke arah selatan menuju arah Palintang.
Jalur kedua diakses dari arah selatan, melalui alun-alun Ujung Berung. Jarak tempuh dari alun-alun Ujung Berung relatif lebih dekat dibandingkan jalur Cibodas, Lembang.
Jalan menuju Gunung Pangparang melewati Jalan Cigending yang terletak di belakang atau di bagian utara Alun-alun Ujung Berung. Ikuti saja jalan tersebut sampai nanti menemukan sebuah warung di ujung lapangan. Lapangan ini disebut Lapang Gunung Kasur, sesuai dengan nama kampungnya, yaitu Kampung Gunung Kasur.
Jika ingin mendaki ke puncak Gunung Pangparang, kita bisa menitipkan kendaraan di warung ini. Termasuk jika ingin berkemah di gunungnya, kita bisa menitipkan kendaraan di rumah warga. Rincian jalur pendakian bisa kita tanyakan kepada pemilik warung atau warga lainnya.
Pengalaman Mendaki dan Berkemah
Mendaki Gunung Pangparang berbeda dengan gunung-gunung lainnya di Bandung Raya. Biasanya jika mendaki gunung di sekitar Bandung Raya, kita akan menemui tanjakan-tanjakan curam yang menguras tenaga, tapi di Gunung Pangparang nyaris tak ada tanjakan seperti itu. Tampaknya gunung ini cocok bagi pendaki yang kurang akrab dengan tanjakan. Jalur jalannya landai dan berputar-putar. Bahkan di beberapa bagian jalur tampak jalan berbatu yang cukup lebar.
Kemungkinannya, pada zaman dahulu jalur pendakian yang kita lewati adalah jalur angkutan kendaraan yang membawa hasil perkebunan dari lereng dan kawasan dekat puncak Gunung Pangparang, sehingga dibuat tidak terlalu curam.
Puncak Gunung Pangparang merupakan area rimbun dan tertutup pepohonan. Bukan area terbuka di mana kita bisa melihat lanskap pemandangan luas, seperti biasa kita temukan di puncak-puncak gunung lainnya. Mungkin inilah penyebab tidak banyak pendaki tertarik berkunjung ke gunung ini.
Namun demikian, tak begitu jauh dari puncaknya ada sebuah area lapang rumput yang cukup luas, yang bisa menampung sekitar 10 tenda kapasitas 4 orang. Di lapang ini, terdapat sebuah sumur berbentuk kotak, dengan tepian sumur yang ditembok. Entah apa fungsi sumur ini. Jika kita berada di tempat ini, barulah mata kita disegarkan dengan pemandangan yang lebih terbuka.
Selain jalur utama pendakian tadi, masih ada beberapa piihan jalur yang tak kalah menarik. Ada jalur sisi barat, yang membuat kita akan bertemu dengan tanjakan curam dan alang-alang yang sangat rimbun, sebelum sampai ke puncak. Sebuah pohon kayu besar jenis puspa juga akan kita temui kalau memilih jalur ini.
Jalur lainnya adalah dari sisi utara yang dimulai dari Kampung Pangli. Melalui jalur ini, kita bisa mampir terlebih dahulu ke sebuah danau kecil nan indah. Danau ini dikenal dengan nama Danau Urug, meski ada juga yang menamainya dengan sebutan yang cukup seram, yaitu Danau Tengkorak.
Kondisi Sekarang
Jika dahulu kawasan Gunung Pangparang merupakan perkebunan kina, saat ini kondisinya sudah berbeda. Sebagian sudah berubah menjadi kawasan perkebunan sayur-mayur dan kopi. Hal ini disebabkan kondisi pasar tanaman kina dan hasil olahannya tak lagi memberi keuntungan besar seperti dahulu.
*Tulisan kolom Gunung-gunung di Bandung Raya merupakan bagian dari kolaborasi www.bandungbergerak.id dan Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB)