• Kampus
  • Mengenali Gejala Gagal Jantung dan Cara Menghindarinya

Mengenali Gejala Gagal Jantung dan Cara Menghindarinya

Penyakit jantung masih menjadi pembunuh nomor satu di dunia. Perlu upaya mengenali gejala dan cara pencegahannya.

Petugas IGD RSHS membawa pasien terkonfirmasi Covid-19 ke ruang IGD khusus, Bandung, Jawa Barat, 13 Juni 2021. Kematian pada pasien Covid-19 terjadi karena penyakit penyerta, antara lain penyakit jantung. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana5 November 2021


BandungBergerak.idGagal jantung merupakan penyakit di mana organ jantung tidak bisa memompa darah ke seluruh tubuh sebagaimana mestinya atau seperti kondisi normal. Penyakit gagal jantung disertai sejumlah gejala. Namun untuk mengenali penyakit gagal jantung tidak bisa hanya didasarkan pada satu gejala saja.

“Tidak bisa ujug-ujug (tiba-tiba), orang dengan keluhan sesak sama bengkak pada kaki belum bisa dikatakan mengalami gagal jantung,” tutur dokter dari Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, Humaera Elphananing Tyas, dalam talkshow “Tik Talk Eps. 17 Poliklinik Bisma: Layanan Gagal Jantung Terintegrasi”, sebagaimana dikutip dari laman resmi UGM, Jumat (5/11/2021).

Gejala penyakit gagal jantung terdiri dari sesak napas, kaki bengkak, perut kembung, serta kondisi mudah merasakan kelelahan. Humaera menjelaskan gejala-gejala tersebut belum cukup untuk memvonis bahwa pasien menderita gagal jantung. Masih perlu pemeriksaan fisik dan penunjang lebih lanjut, seperti pemeriksaan irama jantung, pemeriksaan bentuk dan kondisi jantung dan paru-paru, serta pemeriksaan kinerja jantung.

“Gagal jantung sesungguhnya adalah penyakit komplikasi dari penyakit jantung,” jelasnya.

Untuk mencegah penyakit gagal jantung, dokter Humaera memberi beberapa tips untuk menjaga kesehatan jantung, yaitu makan dengan teratur; jangan terlalu sering mengonsumsi makanan instan serta junk food; perbanyak makan buah dan sayur; banyak minum air putih; hindari stres dan olahraga rutin.

Humaera juga menyarankan untuk melakukan screening jantung. Sebab, gagal jantung tidak hanya disebabkan oleh pola hidup yang tidak baik, tetapi juga karena faktor genetik. Dengan dilakukan screening jantung diharapkan dapat mengetahui kelainan atau kendala-kendala yang ada pada jantung.

Ia juga menyarankan untuk melakukan vaksinasi influenza dan pneumonia bagi pasien yang mengalami gagal jantung. Karena influenza dapat memperberat atau memperparah pasien dengan penyakit gagal jantung.

Waspada Serangan Jantung

Penyakit jantung sampai saat ini masih menjadi pembunuh nomor satu di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat setidaknya 17,5 juta penduduk dunia (30 persen) mengalami kematian akibat penyakit jantung.

Kardiolog Fakultas Kedokteran UGM, Budi Yuli Setianto, mengatakan pentingnya mengenali gejala dari serangan jantung. Gejala serangan jantung biasa ditandai dengan rasa tidak nyaman atau nyeri di dada. Umumnya, gejala tersebut disertai dengan keringat dingin, sesak napas, pusing, mual, dan pingsan.

“Kalau terjadi nyeri pada dada seperti diberi beban berat harus diwaspadai ada gejala serangan jantung. Sebaiknya segera periksakan diri ke dokter,” terang Budi Yuli Setianto, dikutip dari laman UGM.

Baca Juga: Covid-19 Diprediksi Menjadi Penyakit Endemik seperti Malaria
DATA BICARA: Mewaspadai Hipertensi sebagai Penyakit Penyerta atau Komorbid Covid-19 Paling Mematikan
Pasien Penyakit Non-Covid-19 Diharap Tidak Takut Berobat ke Rumah Sakit
Memberantas Penyakit DBD dengan Nyamuk
Pahami Karakter Penyakit Covid-19 sebelum Cari Obat

Budi menyampaikan bahwa serangan jantung tidak datang secara tiba-tiba. Namun demikian, serangan jantung muncul dengan ditandai dari ketidaknyamanan ringan di dada. Rasa tidak nyaman itu biasanya bersifat datang dan pergi. Bahkan, tidak sedikit penderita jantung yang sudah pernah terkena serangan jantung terkadang tidak bisa mengenali tanda-tanda itu. Hal ini disebabkan serangan terjadi dengan pola gejala yang berbeda dari serangan sebelumnya.

“25 persen dari seluruh serangan jantung terjadi tanpa disertai dengan tanda-tanda,” ungkapnya.

Lalu bagaimana ketika mengalami serangan jantung secara tiba-tiba? Budi Yuli mengimbau masyarakat untuk segera membawa penderita ke rumah sakit terdekat apabila terjadi serangan jantung mendadak. Pasalnya, setiap menit waktu sangat berarti bagi keselamatan hidup penderita.

“Begitu kena serangan jantung jangan tunda lebih dari 5 menit untuk menghubungi petugas kesehatan atau langsung bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan secepatnya,” tegasnya.

Jalani Pola Hidup Sehat

Ahli Gizi FK UGM, Toto Sudargo, menyampaikan bahwa penyakit jantung dapat dicegah dan dikendalikan dengan mengubah gaya hidup dan diet. Diet sehat dapat dilakukan dengan menjaga asupan protein, garam, lemak dan memperbanyak konsumsi buah serta sayur.

Anjuran konsumsi protein per orang per hari adalah 0,8 gram/kg berat badan. Sementara itu, konsumsi garam 5 gram per hari, sementara bagi penderita hipertensi sekitar 2-3 gram per hari. Konsumsi buah dan sayur sebanyak 5 porsi per hari.

Toto menyebutkan terdapat sejumlah bahan makanan yang baik dikonsumsi untuk meningkatkan kesehatan jantung. Beberapa di antaranya salmon, ikan tuna, sarden, dan ikan kembung. Bahan lain seperti minyak zaitun, gandum, apel, anggur merah, tomat, kedelai, coklat, dan kacang hijau baik dikonsumsi karena dapat menurunkan kolesterol LDL, anti inflamasi, mencegah penyempitan pembuluh jantung, serta bersifat antioksidan.

Yayi Suryo Prabandari, pakar kesehatan masyarakat FK UGM, menyampaikan sejumlah tips guna menghindari penyakit jantung, salah satunya dengan tidak merokok. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner yang lebih tinggi pada kelompok orang yang pernah rutin merokok dibanding dengan yang sama sekali tidak merokok.

Selain tidak merokok, penyakit mematikan ini dapat dicegah dengan rajin olah raga atau melakukan aktivitas fisik, menjaga pola makan sehat, serta menghindari atau mengelola stres dengan baik.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//