• Kolom
  • JEJAK KAUM NASIONALIS DI BANDUNG (8): Dua Pertemuan Terbuka PNI Bandung

JEJAK KAUM NASIONALIS DI BANDUNG (8): Dua Pertemuan Terbuka PNI Bandung

Sukarno menyinggung pelemparan rumah anggota PNI di Cijerokaso.

Hafidz Azhar

Penulis esai, sejak September 2023 pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (Unpas), Bandung

Rapat PNI di bawah bendera sosialis. (Dokumentasi Perpustakaan Nasional)

6 November 2021


BandungBergerak.idDua pertemuan terbuka yang diadakan oleh PNI afdeeling Bandung pada tanggal 15 September 1929, berlangsung di hari yang sama. Acara tersebut digelar di dua tempat yang berbeda yakni, di Gedung Bioskop Oranje dan Gedung Bioskop Empress. Dari kedua kegiatan itu semua undangan yang hadir kira-kira berjumlah 4.000 orang. Dengan penjagaan ketat dari polisi, pertemuan ini pun diliput oleh perwakilan dari berbagai media. Sedangkan agenda yang akan dibicarakan mengenai empat hal. Yakni terkait koperasi nasional, Clubhuis PNI, PNI dan rintangannya, serta sikap PNI atas peperangan Cina dengan Rusia (Banteng Priangan 15 September 1929).

Untuk soal yang keempat, Sukarno tidak menyoroti lebih mendalam karena keterbatasan waktu. Sukarno hanya menjelaskan terkait sikap yang diambil PNI atas peperangan Rusia dengan Cina, yang konon menurutnya telah menjadi asal-usul perang dunia. Dalam mengamati hal ini, PNI memberikan sikapnya yaitu harus bersiap-siap dengan buntut perseteruan Rusia-Cina yang tentunya akan menjadi perang pasifik di masa-masa itu.

Pukul 09.30 pertemuan di Bioskop Empress dibuka oleh Maskoen. Sedangkan untuk acara yang digelar di Bioskop Oranje dibuka oleh Soebagio. Di Empress, Iskaq tampil pertama untuk memberikan pidato. Ia menjelaskan tentang koperasi, apa saja fungsi koperasi dan bagaimana cara menjalankan koperasi. Menurutnya koperasi yang sedang berjalan di Indonesia saat itu merupakan contoh koperasi yang didirikan di Inggris oleh Robert Owen. Selanjutnya ia menerangkan mengenai berdirinya koperasi di Jakarta, dan juga koperasi yang sudah didirikan telah lama oleh Budi Utomo. Bahkan Iskaq menjelaskan terkait maksud diadakan koperasi di Bandung, dengan berbagai upaya bagaimana koperasi tersebut dapat segera berjalan (Banteng Priangan 15 September 1929).

Pidato Sukarno

Setelah Iskaq berpidato, tibalah Sukarno berdiri di hadapan ribuan orang tamu undangan. Tentu saja dengan riuh tepuk tangan laiknya sambutan terhadap pemimpin negara. Sukarno merasa senang setelah melihat banyak hadirin yang datang bukan saja di Bioskop Empress tapi juga di bioskop Oranje. Mula-mula Sukarno menyayangkan dirinya yang tidak dapat menghadiri openbare vergadering PPKI di Bandung. Kemudian ia menjelaskan bahwa PNI yang ia lihat saat itu begitu maju hingga tidak ada reaksi dari pihak mana pun untuk menghalang-halangi pergerakan PNI seperti pelemparan atas dua rumah anggota PNI di Cijerokaso (Banteng Priangan 15 September 1929).

Selanjutnya Sukarno menerangkan tentang jalannya aksi yang dilakukan dari dalam Volksraad. Ia menduga, beberapa orang seperti Yo Hem Kam, Schmutsler, dan Engelenberg banyak merintangi pergerakan rakyat. Ia juga membantah tudingan-tudingan yang tidak jelas yang disematkan kepada PNI. Meskipun bagi Sukarno, tudingan itu tidak semuanya bohong. Pers putih yang dibentuk oleh Pemerintah Hindia Belanda juga banyak menjadi sorotan. Bahkan perkumpulan TBTO di Garut tidak lepas dari kritik Sukarno, dengan dicap olehnya menjadi Top Bae Tanah Oerang (Banteng Priangan 15 September 1929).

Baca Juga: JEJAK KAUM NASIONALIS DI BANDUNG (1): Bermula dari Studieclub Bandung
JEJAK KAUM NASIONALIS DI BANDUNG (2): Dari Rumah Tjipto Mangoenkoesoemo ke Regentsweg 22
JEJAK KAUM NASIONALIS DI BANDUNG (3): Partai Nasional Indonesia Afdeeling Bandung
JEJAK KAUM NASIONALIS DI BANDUNG (4): Pergerakan PNI dalam Pengawasan Pemerintah Kolonial
JEJAK KAUM NASIONALIS DI BANDUNG (5): Polemik Banteng Priangan dengan De Preangerbode

Setelah pidato Sukarno, mulailah Gatot bercerita. Ia menyatakan bahwa PNI afdeeling Bandung mempunyai tujuan untuk membuat clubhuis (gedung) sendiri. Ia mencontohkan bahwa negara-negara tetangga sudah mempunyai gedung sendiri. Tapi ia juga menyayangkan bahwa rakyat Indonesia belum memiliki apa-apa. Dengan berdiri di hadapan ribuan anggota PNI, Gatot menyebut jika di negara India, Mesir, Amerika dan Belgia sudah mempunyai gedung yang memuat ribuan orang. Diterangkan juga oleh Gatot apa kegunaan gedung tersebut, yakni agar dapat memberikan pendidikan kepada rakyat secara sempurna yang ingusnya tidak bisa disedot oleh imprealisme asing. Bukan hanya itu. Bagi Gatot, clubhuis dapat membuat rakyat sadar politik. Jika hal ini terkendali maka Indonesia akan mendapai kemerdekaan. Ia juga mengajak kepada seluruh massa yang menghadiri pertemuan itu supaya dapat menunjang tujuan yang diinginkan PNI, yakni mendirikan gedung permufakatan nasional (Banteng Priangan 15 September 1929).

Seusai Gatot memberikan pidatonya, ketua penyelenggara memberikan waktu untuk hadirin yang ingin menyampaikan harapannya masing-masing. Lalu, muncullah tiga orang dari kalangan PNI istri, yaitu, Djoehaeni, Djoehaeriah, dan Ijoh yang mengajak kepada seluruh anggota PNI agar sepenuhnya dapat bersatu. Selanjutnya M. Kartaatmadja dari Padalarang unjuk bicara. Ia sangat setuju dengan tujuan PNI, dan ingin menunjang tujuan itu dengan menyumbangkan arloji emas miliknya sebagai pengganti ketiadaan uang saat ia berada dalam pertemuan itu.

“M. Kartaatmadja ti Padalarang. Spreker njarioskeun katjida panoedjoe kana maksoed PNI sarta hajang noendjang eta maksoed, tapi koe lantaran dina vergadering ieu teu mawa doeit sasen-sasen atjan, ngan saoekoer keur ongkos balik, nja andjeunna ngadermakeun erlodji emas election (M. Kartaatmadja dari Padalarang. Pembicara menceritakan sangat setuju atas maksud PNI serta ingin menunjang maksud tersebut, tapi karena dalam pertemuan ini tidak membawa uang sepeser pun, hanya untuk ongkos pulang, dirinya memberikan arloji emas election)(Banteng Priangan 15 September 1929).

Setelah hadirin diberikan kesempatan untuk  menyampaikan harapannya, giliran Gatot kembali bercerita. Mula-mula ia berterima kasih kepada Kartaatmadja yang sepenuh hati menyumbangkan arlojinya.  Selain itu, Gatot menyebutkan bahwa sebelumnya pernah ada yang memberikan kayu bernilai seratus perak. Kemudian, Gatot mengajak seluruh tamu yang datang untuk menunjang tujuan PNI sebagaimana telah disampaikan dalam pidato sebelumnya. Setelah itu ia menyatakan kepada hadirin agar jangan takut dengan segala rintangan. Ia juga menyebutkan beberapa nama dari golongan kaya dan sangat meyayangkan ketidakpedulian mereka atas adanya pergerakan rakyat. Akhirnya, setelah semua pembicaraan selesai, acara pun ditutup oleh Gatot tepat pukul 14.25.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//