• Opini
  • Pandemi Global dan Nasib Pendaki Gunung di Bandung

Pandemi Global dan Nasib Pendaki Gunung di Bandung

Gunung Manglayang dan Gunung Patuha bisa menjadi alternatif pendakian. Treknya tidak terlalu ramai, sehingga bisa terhindar dari kerumunan.

Dea Neiva Calista

Mahasiswi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar)

Mematuhi protokol kesehatan selama mendaki gunung di tengah pandemi Covid-19. (Foto: Instagram indonesian_mountains via penulis)

15 Desember 2021


BandungBergerak.idVirus corona yang melanda dunia dalam dua tahun ini tentunya membuat banyak masyarakat merasa tidak nyaman karena mereka dipaksa untuk melakukan semuanya dari rumah dan harus menghindari kerumunan. Sebagai makhluk sosial pastinya hal ini sangat berat untuk masyarakat karena sangat berbeda dengan kebiasaan mereka sebelumnya di mana masyarakat dapat bermain dengan riang basnya tanpa harus mengenakan topeng kesehatan yang menutupi mukanya.

Banyak alasan yang dikeluarkan dari mulut masyarakat tentang mengapa mereka masih berani berkeliaran di masa pandemi. Kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa mereka pergi untuk bekerja mencari uang karena sangat susah untuk mendapatkan upah yang cukup di masa ini. Tidak sedikit juga orang yang mengatakan bahwa mereka keluar rumah karena jenuh dan merasa tidak ada hal yang bisa dilakukan di rumah.

Hal ini juga tidak hanya dirasakan oleh para pekerja kantoran tetapi dirasakan juga oleh orang yang memiliki jiwa petualang di mana mereka memerlukan lingkungan luar untuk bisa melakukan aksinya. Ya, orang yang dimaksud adalah pendaki gunung. Banyak dari mereka yang ikut mengeluh karena dengan adanya pandemi ini mereka harus menunda jadwal pendakiannya, salah satunya aturan dari pemerintah.

Mendaki Gunung untuk Kesehatan

Banyak alasan lain terkait mengapa pendaki gunung tetap memaksakan untuk melakukan kegiatan rutinnya selain alasan jenuh, di antaranya, mereka merasa bahwa gunung adalah rumah kedua mereka yang bisa menghilangkan atau mengalihkan rasa penat yang ada di kepala. Di jalur pendakian, mereka akan merasa senang karena bisa menyatu dan berinteraksi langsung dengan alam. Lalu mereka juga tetap mendaki dengan alasan ingin melepas rindu melihat pemandangan yang tidak ada di kota tempat mereka biasanya tinggal. Pendakian merupakan wadah mereka untuk menghibur diri. Bayangkan saja, biasanya para pendaki bisa menjadwalkan dua sampai tiga kali seminggu untuk mendaki gunung, tetapi dengan adanya wabah virus ini sebulan sekali pun belum tentu mereka lakukan.

Menurut penelitian, masa pandemi ini membuat kesehatan mental masyarakat memburuk. Hal ini ditandai dengan banyak masyarakat yang merasa stres bahkan depresi karena mereka harus melakukan karantina dengan jangka waktu yang panjang, kebutuhan yang tidak tercukupi, ditinggalkan oleh orang terkasih, dan banyak alasan lain yang memengaruhi mental seseorang.

Untuk meredakan depresi tadi, banyak pendaki gunung yang menyarankan untuk melakukan pendakian karena memang dengan mendaki mereka dapat meningkatkan kesehatan mental, kesabaran, dan tetap berusaha kuat untuk hidup di masa pandemi ini. Namun, tetap harus dipastikan bahwa pendaki sudah siap fisik dan mentalnya karena pastinya mendaki bukanlah hal yang mudah. Bagi orang yang belum profesional atau belum terbiasa dan takut untuk mencoba, mereka dapat mengajak teman yang memang sudah paham dengan ranah pendakian sehingga akan lebih terlindungi.

Virus corona ini juga membuat beberapa masyarakat malas untuk berolahraga sehingga mereka lebih rentan terkena penyakit. Mendaki gunung dapat membuat daya tahan tubuh meningkat karena paru-paru dan jantung juga ikut meningkatkan kapasitas kerjanya, sehingga badan akan menjadi lebih sehat, dan akan lebih sedikit kemungkinan untuk terjangkit penyakit khususnya virus corona ini.

Untuk mengetahui apakah sudah aman untuk melakukan pendakian selain melihat konsisi pegunungannya, mereka juga harus tahu bagaimana kondisi kota tempat di mana gunung itu berada dan apakah ada regulasi yang mengikat di dalamnya. Sehingga para pendaki juga sudah siap jika memang dibutuhkan syarat-syarat yang harus dilakukan.

Baca Juga: GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (1): Gunung Manglayang, Berkah Kesucian dan Keindahan yang Menjulang di Bandung Timur
Data Gunung Api Aktif di Jawa Barat, 8 Gunung di antaranya Memiliki Tipe yang sama dengan Gunung Semeru
Berbagai Ancaman yang Dihadapi Taman Nasional Gunung Ciremai, Leuser, dan Way Kambas

Kondisi Kota Bandung

Bandung adalah salah satu kota besar dengan penduduk padat, sekitar 2.518.260 jiwa. Hal ini menjadi tantangan sendiri bagi pemerintah untuk membuat kotanya aman dan terhindar dari lonjakan kasus virus corona. Banyak hal yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bandung untuk menekan penyebaran virus, seperti membuat wastafel portabel dan menyediakan handsanitizer di tempat umum.

Tidak ada larangan yang pasti dari pemerintah khususnya Kota Bandung terkait tidak diizinkannya pendaki untuk melakukan pendakian. Hal yang sudah pasti adalah pemerintah membolehkan masyarakat melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-hari asalkan tetap menjaga kesehatan dengan cara mematuhi protokol kesehatan.

Berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya, tidak ada akses menuju daerah pegunungan yang dipaksa untuk tutup oleh Pemerintah Kota Bandung di bulan Desember ini. Hal ini bisa terjadi akibat dari penurunan angka penyebaran virus corona. Selain itu, bisa dikatakan trek pendakian untuk sekitaran Bandung masih tergolong trek pemula atau trek yang bisa dibilang mudah karena tanjakannya yang landai, terdapat fasilitas-fasilitas umum di sekitarnya, ketinggian gunung yang tidak terlalu tinggi, dan jarak tempuh pendek untuk sampai ke puncaknya.

Terdapat beberapa pilihan gunung di Kota Bandung yang memiliki ketinggian dan potensi alam yang tentunya tidak sama. Contohnya ada Gunung Manglayang yang bisa diakses melalui Jalan Cibiru Wetan dengan ketinggian 1.818 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung ini memiliki keindahan alam yang rimbun dan jarang diketahui banyak orang sehingga jalur pendakiannya juga terbilang lebih sepi. Apabila pendaki masih tidak puas dengan hanya melakukan pendakian, mereka dapat membawa alat seperti hammock atau tenda untuk camping dan menghabiskan waktu lebih lama lagi di puncak Gunung Manglayang. Untuk menikmati pesona Gunung Manglayang ini pendaki diharuskan membayar sekitar Rp 10.000 per orang.

Alternatif lain yang bisa dipilih oleh para pendaki yaitu Gunung Patuha yang memiliki pemandangan indah, yaitu Kawah Putih, dan terdapat pula danau kecil di mana area danau dapat dijadikan tempat untuk melakukan kegiatan camping. Tidak banyak orang tahu mengenai gunung ini karena popularitasnya kalah dibandingan Kawah Putih. Padahal Kawah Putih merupakan bagian dari Gunung Patuha.

Puncak Patuha memiliki ketinggian 2.434 mdpl. Selama perjalanan, para pendaki akan disuguhkan pemandangan seperti hamparan kebun teh yang cukup luas. Jarangnya orang yang melakukan pendakian di gunung ini membuat gunung ini masih asri dan sulit untuk di lewati karena medannya masih hutan lebat dengan jalan setapak yang berbatu. Namun, mengingat masa pandemi ini, Gunung Patuha cocok untuk dijadikan tempat untuk mendaki sehingga tidak akan ada peningkatan jumlah pendaki dan tidak akan tercipta kerumunan. 

Hal-hal yang Harus Diperhatikan

Gunung dapat dikatakan tempat yang sakral sehingga diharapkan para pendaki untuk bertutur kata sopan dan pantas. Para pendaki juga harus menjaga sikap dengan cara tidak melakukan hal tak senonoh atau hal yang tidak pantas. Sekarang, kebersihan adalah hal yang paling utama baik menjaga kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan. Untuk menjaga gunung tetap bersih dan asri perlu, ditanamkan jiwa kebersihan sebelum mendaki.

Cara untuk mengaplikasikan jiwa kebersihan ini dengan cara tidak membuang sampah sembarangan. Sedangkan untuk menjaga kebersihan diri khususnya di tengah pandemi, pendaki gunung perlu selalu memakai masker dan membawa cadangan masker. Perlu juga membawa hand sanitizer dan cadangan air bersih yang cukup.

Selain itu, bawa cadangan makanan untuk antipasti apabila tidak ada warung yang buka di pos peristirahatan mengingat sekarang adalah masa pandemi. Menerapkan protokol kesehatan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, menjauhi kerumunan) yang sudah dibuat oleh pemerintah juga sangat perlu dilakukan.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//