• Opini
  • Memperkenalkan Aplikasi Pencegah Limbah Pangan kepada Generasi Muda

Memperkenalkan Aplikasi Pencegah Limbah Pangan kepada Generasi Muda

Bappenas mencatat makanan yang terbuang sebanyak 23 sampai 48 ton tiap tahunnya. Menghemat makanan sama dengan melestarikan lingkungan hidup.

Nadya Abigail Napitupulu

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar)

Warga bersepeda di tepi Sungai Cikijing yang permukaan airnya hitam tercemar limbah industri dan tertutup sampah, termasuk plastik, di Desa Jelegong, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Kamis (11/3/2021). Sungai Cikijing merupakan salah satu anak Sungai Citarum. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

20 Januari 2022


BandungBergerak.idLimbah pangan merupakan salah satu masalah lingkungan yang memerlukan perhatian khusus dari masyarakat Indonesia. Sampah dari makanan yang telah diolah ini berpotensi meningkatkan pemanasan global karena produksi gas metana yang keluar dari produk makanan dapat mengakibatkan kenaikan suhu. Dengan perubahan suhu yang signifikan maka besar kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan kurangnya pasokan air, sehingga hal ini berpengaruh pada aktivitas masyarakat sehari-hari.

Namun perubahan suhu yang signifikan hanya dapat dirasakan dalam waktu yang bertahap sehingga masyarakat belum menyadari pentingnya mengurangi sampah makanan sebagai salah satu ancaman terhadap punahnya kelestarian lingkungan hidup. Kurangnya kewaspadaan masyarakat Indonesia atas masalah limbah pangan ini terbukti dari data yang dipaparkan oleh Bappenas mengenai terbuangnya makanan dengan berat total 23 sampai 48 ton tiap tahunnya.

Apabila masyarakat tidak segera berperan aktif dalam membantu mengurangi limbah pangan di Indonesia maka penumpukan limbah pada akhirnya akan menghambat laju kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya dalam mengatasi penumpukan limbah pangan dapat melalui pendekatan digital seperti pemanfaatan aplikasi. Program aplikasi pencegah limbah pangan memiliki konsep unik dan kreatif dalam memberikan solusi agar sisa dari produksi makanan olahan tidak terbuang begitu saja. Langkah pencegahan limbah pangan melalui aplikasi dapat membantu mengurangi produksi sampah makanan apabila dimanfaatkan dengan maksimal oleh banyak orang. Namun untuk mencapai tujuannya maka aplikasi-aplikasi yang telah diciptakan ini perlu disadari kehadirannya secara luas oleh masyarakat umum, terlebih generasi muda yang responsif terhadap perkembangan baru. Dengan pemanfaatan yang maksimal dari calon pengguna aplikasi maka harapannya jumlah limbah pangan dapat menurun.

Baca Juga: Banjir Sampah Plastik ke Lautan, Salah Siapa?
Reformasi Pendidikan sebagai Jawaban atas Terpaan Gelombang Digitalisasi di Indonesia
Peluang Menjadi Wirausahawan Daring di Saat Menyempitnya Lowongan Kerja

Aplikasi Pencegah Limbah Pangan

Kehadiran aplikasi dapat membantu mengurangi limbah pangan apabila masyarakat tetap memperhatikan pentingnya pencegahan utama yang berasal dari masing-masing individu untuk tetap mengkonsumsi porsi makanan dengan secukupnya. Selain itu faktor yang mendorong peningkatan sampah makanan adalah dengan budaya konsumtif masyarakat yang tinggi. Perilaku konsumtif ini terjadi ketika masyarakat tidak dapat menempatkan skala prioritas dalam memenuhi kebutuhan, semua yang ada di depan mata bagi mereka sama pentingnya.

Kebiasaan buruk ini juga mempengaruhi sektor pangan, apabila gaya hidup masyarakat tidak segera diubah maka penumpukan limbah pangan tetap menjadi persoalan yang tidak terselesaikan. Banyak cara untuk membantu menghilangkan kebiasaan buruk ini, salah satunya adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dalam menggunakan aplikasi pencegah limbah pangan. Pada umumnya aplikasi-aplikasi pencegah limbah pangan ini memiliki konsep yang serupa yaitu aplikasi pemesan makanan yang bekerja sama dengan restoran dan rumah makan untuk menjual ulang makanan-makanan yang belum laku di hari itu dengan harga yang lebih murah.

Tujuannya adalah untuk mengurangi terbuangnya makanan-makanan yang sebenarnya masih layak. Selain mengurangi sampah makanan, apabila aplikasi ini dimanfaatkan dengan baik maka pembeli juga mendapat keuntungan lebih lantaran dapat memperoleh produk yang sama dengan harga yang lebih murah. Contoh aplikasi karya anak bangsa yang telah menerapkan konsep ini antara lain adalah Garda Pangan, Surplus, dan Food Cycle Indonesia.

Meskipun karya anak bangsa telah menciptakan cara yang baru dalam membantu mengurangi sampah makanan, terbukti dari informasi di kolom Google Play Store bahwa jumlah total pengguna aplikasi Garda Pangan masih kalah apabila dibandingkan dengan aplikasi pemesan makanan lain yang belum menggunakan konsep anti-food waste. Selain itu ketidaktahuan masyarakat akan hadirnya aplikasi pencegah limbah pangan juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan kurangnya jumlah pengguna. Maka dari itu salah satu upaya meningkatkan kesadaran masyarakat adalah dengan melakukan sosialisasi secara meluas untuk memperkenalkan aplikasi pencegah limbah pangan ini.

Generasi muda memiliki pengaruh yang kuat dalam menciptakan suatu perubahan. Perubahan sosial ini cenderung didasari oleh dorongan generasi muda dalam mengubah persepsi masyarakat. Selain itu pengaruh ini dapat ditemukan di berbagai bidang mulai dari bidang sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Terlebih dengan dukungan teknologi yang semakin canggih, akses generasi muda dalam menuangkan pendapatnya menjadi lebih mudah. Pengaruh generasi muda yang kuat ini didasari oleh dominasi kelompok muda dibandingkan kelompok usia lainnya seperti usia pertengahan dan lansia, sehingga secara otomatis kekuatan generasi muda dapat dikatakan efektif terhadap perubahan sosial. Sama halnya dengan potensi generasi muda dalam mempengaruhi cara pandang masyarakat, kekuatan ini harus digunakan dengan baik dan bijak.

Sebagai kelompok yang berpengaruh dalam perubahan sosial, para kreator aplikasi pencegah limbah pangan perlu menetapkan generasi muda sebagai target sasaran utama dalam mengenalkan hasil karyanya. Selain mempengaruhi kelompok masyarakat lainnya, generasi muda juga cenderung mudah terpengaruh dari kelompok sepantarannya sehingga tujuan aplikasi sebagai alat bantu dalam mencegah penumpukan limbah pangan dapat tercapai. Bersamaan dengan itu generasi muda juga perlu menyadari bentuk tanggung jawab sebagai penerus bangsa dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia. Langkah awal dalam melaksanakan peran tersebut adalah dengan ikut mempromosikan aplikasi pencegah limbah pangan ke lingkungan sekitarnya. Keikutsertaan seluruh kelompok masyarakat pada akhirnya akan membantu mencapai tujuan bersama dan melestarikan lingkungan hidup di Indonesia.

Masalah mengenai peningkatan limbah pangan di Indonesia kini harus segera diatasi. Masyarakat perlu menyadari pentingnya mengonsumsi makanan secukupnya dan menghilangkan kebiasaan buruk yang akan menimbulkan pemborosan makanan.

Di sisi, lain aplikasi pencegah limbah pangan hadir sebagai alat untuk membantu mengatasi terbuangnya makanan hasil olahan restoran dan rumah makan yang belum laku terjual. Namun kurangnya kesadaran masyarakat akan kehadiran aplikasi-aplikasi ini menjadi tantangan dalam mencapai kelestarian lingkungan di Indonesia. Untuk itu para kreator perlu memanfaatkan kesempatan ini untuk mengenalkan program aplikasi mereka kepada masyarakat khususnya kelompok generasi muda sebagai penggerak perubahan. 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//