• Kampus
  • Menggaet Calon Mahasiswa dengan Media Sosial

Menggaet Calon Mahasiswa dengan Media Sosial

Media kehumasan di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) diminta memaksimalkan teknologi digital dalam menggaet calon mahasiswa.

Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN SGD Bandung menggelar rapat koordinasi di Yogyakarta, baru-baru ini. (Sumber: UIN SGD Bandung, 2022)*

Penulis Iman Herdiana6 Februari 2022


BandungBergerak.idMedia kehumasan di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) disarankan agar memanfaatkan teknologi digital untuk menjangkau generasi milenial, misalnya dengan menciptakan konten-konten digital yang kreatif dan inovatif. Hal tersebut dinilai penting mengingat generasi muda saat ini sangat akrab dengan dunia digital.

Staf Khusus Menteri Agama Bidang Komunikasi dan Informasi, Wibowo Prasetyo, menyatakan dengan pendekatan digital maka PTKIN seperti UIN SGD Bandung akan mampu menggaet calon-calon mahasiswa baru.

“Strategi branding dapat memanfaatkan media sosial. Karena berbiaya murah juga sangat diminati generasi milenial. Selain itu tentunya kita perlu menggandeng media mainstream sebagai mitra kampus dalam menyampaikan informasi yang lebih luas kepada masyarakat,” papar Wibowo Prasetyo, mengutip laman resmi UIN SGD Bandung yang diakses Minggu (6/2/2022).

Wibowo Prasetyo menjadi narasumber dalam acara Konsolidasi Humas PTKIN untuk Sosialisasi SPAN-UM PTKIN yang berlangsung di Hotel Aston Inn Pandanaran Semarang, sejak Jumat-Minggu (4-6/2/2022).

Menurutnya, saat ini pendekatan digital seperti video, infografis, meme, maupun quotes banyak dipakai untuk menarik mintan masyarakat. Hal ini pula yang bisa dilakukan media kehumasan PTKIN dalam menjaring mahasiswa.

Tak hanya itu, konten berita yang ditayangkan di media mainstream juga dinilai sangat diperlukan untuk memberikan penjelasan tentang keunggulan, prestasi dan program yang dijalankan.

“Karena sifatnya kelembagaan, maka informasi otoritatif harus disampaikan oleh pimpinan institusi maupun penanggung jawab bidang kehumasan. Hal ini untuk mengurangi  bias informasi akibat ketidakjelasan sumber informasi dari institusi masing-masing. Komunikasi dan penyebaran informasi publik ini akan menjadi kekuatan utama dalam membentuk reputasi institusi,” jelasnya.

Baca Juga: UIN SGD Kenalkan Payung-payung Hukum tentang Pengajuan Hak Paten
Syarat Daftar Ulang SBMPTN UTBK 2021 UIN SGD Bandung
Tips dan Trik Lulus Ujian Masuk CPNS dari UIN SGD Bandung

Humaniora dan Teknologi

Masih terkait dengan teknologi, Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN SGD Bandung baru-baru ini menggelar rapat koordinasi, di Yogyakarta. Pada sesi yang bertajuk “Interkoneksi Iptek dalam Humaniora”, hadir Wening Udasmoro yang merupakan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM).

Wening Udasmoro membahas kaitan ilmu humaniora dan teknologi. Menurutnya, ilmu humaniora mampu mengarahkan perkembangan teknologi menjadi lebih bermanfaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan manusia, karena humaniora membawa nilai-nilai budaya manusia dan nilai-nilai universal. Tanpa humaniora, kemajuan ilmu dan teknologi tidak akan bermanfaat, malah bisa merusak tatanan hidup manusia.

Wening mengatakan, ilmu humaniora hadir untuk memperkuat manusia, berperan menciptakan kesadaran agar manusia menjadi subjek dalam penggunaan teknologi (tidak hanya menjadi objek), dan memosisikan diri untuk merefleksi kehadiran teknologi bagi kebahagiaan manusia.

Ia menegaskan bahwa manusia harus menjadi subjek, agar manusia tidak menjadi satu-satunya orientasi. Lalu memperlakukan alam menjadi bagian penting untuk masa depan manusia, sehingga terus berjuang mempreservasi alam. 

“Kalau manusia sekadar menjadi objek, maka posisinya sebagai orientasi utama, dan alam semesta lain digunakan untuk mendukung tujuan manusia. Terjadilah eksploitasi terhadap alam,” katanya.

Cegah Efek Kerusakan

Pada abad ke-18 dan 19 terjadi revolusi industri yang hanya memfasilitasi kapitalisme (industrialisasi), menyokong kolonialisme. Pabrik-pabrik hanya mengeruk keuntungan, para pekerja diiming-imingi uang dengan syarat bekerja lebih keras. Mereka tidak diberi skill sehingga tidak bisa mandiri dan berkembang. Dampaknya, kemiskinan meningkat, terjadi gap antara bourgeois dan proletar, dan kasus bunuh diri pun meningkat.

Menyinggung Revolusi Industri 4.0, Wening mengatakan, teknologi menjadi absolut power yang mampu memecahkan seluruh persoalan manusia. Setiap perkembangan teknologi selalu berorientasi pada perolehan uang, tetapi tidak membahagiakan manusia.

“Kita perlu humaniora, karena bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan, atau manusia lebih manusiawi/berbudaya. Humaniora mencegah efek kerusakan dari teknologi. Kemunculan teknologi dipandang sebagai pedang bermata dua, bisa memudahkan kehidupan, tetapi perlu jaga jarak untuk mengantisipasi destruksi akibat teknologi,” jelasnya.

Rakor tersebut dihadiri oleh Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI Muhammad Ali Ramdani; Rektor UIN SGD  Mahmud; Dekan FAH Setia Gumilar; Wakil Dekan I Dadan Rusmana; Wakil Dekan II Dedi Supriadi; Wakil Dekan III Ading Kusdiana; para ketua/sekretaris jurusan FAH, para dosen dan tenaga kependidikan.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//