Indonesia Membutuhkan 9 Juta Ahli Teknologi Digital
Di era revolusi 4.0, industri membutuhkan banyak SDM unggul di bidang teknologi digital, seperti ahli artificial intelligence atapun data sains.
Penulis Iman Herdiana21 Februari 2022
BandungBergerak.id - Revolusi digital terus melaju kencang menghasilkan banyak perubahan di berbagai aspek kehidupan. Indonesia tentunya tidak boleh ketinggalan dalam mengarungi revolusi industri 4.0 ini. Untuk menyelemi era digital ini Indonesia diramalkan membutuhkan 9 juta SDM yang memiliki kemampuan digital, seperti ahli di bidang artificial intelligence (kecerdasan biatan) atapun data sains.
“Sesuai dengan amanah pemerintah soal transformasi digital, Indonesia membutuhkan sembilan juta talenta digital dalam 15 tahun ke depan,” kata Ketua Program Magang dan Studi Independen Bersertifikasi Kemendikbudristek RI, Tutus Kusuma, mengutip laman resmi Universitas Indonesia, Senin (21/2/2022).
Tutus berbicara dalam acara Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM): Studi Independen Bersertifikasi Kampus Merdeka yang digelar Artificial Intelligence Center Indonesia (AiCI) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI), Selasa (15/2/2022).
AiCI merupakan sebuah lembaga yang didirikan atas kerja sama FMIPA UI dengan venture builder UMG Idea Lab Indonesia. AiCI bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam bidang kecerdasan buatan dalam rangka membangun kapabilitas bangsa menyambut revolusi industri 4.0. Dalam hal ini, AiCI mengambil bagian pada bidang onboarding Internship Program for Indonesian Artificial Intelligence (AI) Talents.
Tutus mengatakan, kegiatan AiCI tersebut merupakan prototype yang diharapkan bisa terjadi di masa depan. Artinya, untuk mencapai target itu, program ini tidak lagi dilaksanakan secara terpusat di kementerian, tetapi terjadi sinergis antara mitra kolaborasi dengan kampus secara mandiri.
Dekan FMIPA UI Dede Djuhana menyampaikan bahwa di era revolusi indutri 4.0 bukan hanya industri yang membutuhkan sumber daya manusia unggul di bidang artificial intelligence atapun data science, tapi juga lembaga penelitian dan lembaga negara. Menurutnya, beberapa negara telah mempersiapkan berbagai strategi agar memiliki talenta digital yang kompetitif.
“Sekarang ini, perkembangan revolusi industri 4.0 sangat masif. Berbagai kegiatan baik penelitian maupun industri sangat membutuhkan data science dan artificial intelligence, sehingga kalau kita melihat ini, tentunya Indonesia memerlukan beberapa strategi dalam rangka menciptakan SDM yang berkualitas di bidang-bidang tersebut,” kata Dede.
FMIPA UI turut mengambil peran penting dalam mendorong perkembangan data science dan artificial intelligence, dengan menjalin kolaborasi bersama lembaga terkait, dan menjadikan kedua bidang yang kian populer itu sebagai fokus utama pembahasan dalam grup riset di lingkungan FMIPA UI.
Oleh karena itu, lanjut Dede, FMIPA UI berkolaborasi dengan PT Artifisial Intelegensia Indonesia (AII) untuk menyiapkan talenta-talenta artificial intelligence dari level Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi agar memiliki bekal dan kompetensi dasar dalam mempelajari berbagai aplikasi artificial intelligence ke depannya.
“Di sisi lain, FMIPA UI juga memberikan ruang untuk bidang Data Science dan artificial intelligence berkembang. Di lingkungan UI salah satu fokus grup riset kami, adalah terkait dengan Big Data, Data Science, artificial intelligence, dari tim AiCI dan Departemen Matematika,” ujar Dede.
Baca Juga: Kecerdasan Buatan, Sebuah Ancaman bagi Umat Manusia?
IPB Kembangkan Teknologi Artificial Intelligence
Riset Kendaraan Otonom di Indonesia, Penelitian Garapan ITB dan Mobil Pintar ITS
Mahasiswa Belajar Artificial Intelligence
Studi Independen Bersertifikat merupakan bagian dari program unggulan MBKM Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendibudristek) RI bekerja sama dengan mitra-mitra profesional. Program ini bertujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri melalui kegiatan di luar perkuliahan, namun tetap diakui sebagai bagian dari perkuliahan.
Direktur AiCI Djati Handoko menjelaskan rangkaian kegiatan yang harus ditempuh para peserta untuk mendapatkan sertifikat kampus merdeka pada program internship ini, meliputi live session, workshop, presentasi peminatan, expert learning, mentoring, dan showcase. Seluruh mahasiswa peserta program akan mempelajari teknologi artificial intelligence selama lima bulan secara daring di bawah bimbingan tim tutor AiCI yang merupakan alumni FMIPA UI.
“Mereka juga akan diberikan pendalaman materi oleh para expert dari FMIPA UI dan kalangan profesional,” kata Djati.
Sebagai implementasi pembelajaran, pihaknya pun memfasilitasi para peserta untuk melakukan proyek akhir bersama para kolaborator dengan mendapat bimbingan langsung dari para kolaborator tersebut. Kegiatan ini dijadwalkan akan dilaksanakan pada dua bulan terakhir.
“Pada dua bulan terakhir peserta akan melakukan kegiatan bersama para kolaborator kami, di bidang start up. Bersama mereka kita akan lanjutkan pembelajaran dengan mengerjakan proyek,” kata Djati.
Para kolaborator merupakan perusahaan start up yang bergerak di bidang virtual reality/augmented reality, sistem rekomendasi, pengembangan aplikasi, natural language processing, mikrokontroler, dan pengembangan pembelajaran artificial intelligence.
“Peserta dibebaskan dalam memilih satu dari bidang-bidang tersebut sesuai minatnya untuk dijadikan proyek akhir. Mudah-mudahan dari keberagaman ini kita mendapatkan banyak ide dan diskusi banyak masukan yang sumbernya berasal dari peserta dengan latar belakang prodi yang berbeda,” ujar Djati.
Program tersebut Studi Independen Bersertifikasi Kampus Merdeka itu merupakan angkatan kedua dengan sasaran mahasiswa di seluruh Indonesia. Sejumlah 123 mahasiswa yang berasal dari beragam latar belakang program studi mengikuti program ini.