RIWAYAT JALAN DI KOTA BANDUNG (15): Indisch Bronbeek Suka Karang dan Sirna
Di kawasan Ciumbuleuit dibangun perumahan Indisch Bronbeek. Pada periode Bersiap, Inggris banyak menangkap pelaku penculikan di daerah ini.
Atep Kurnia
Peminat literasi dan budaya Sunda
21 Maret 2022
BandungBergerak.id - Di Kecamatan Sukajadi dan Sukasari kita bisa menjumpai nama-nama jalan yang mengandung kata “suka”, “karang”, dan “sirna”. Kedua kecamatan itu sendiri terbentuk dari “suka”, sementara yang lainnya antara lain Jalan Sukajadi, Jalan Sukaasih, Jalan Sukawangi, Jalan Sukaresmi, Jalan Karanglayung, Jalan Karangtineung, Jalan Karangarum, Jalan Karangtingal, Jalan Karangsari, Jalan Sirnamanah, Jalan Sirnasari, dan Jalan Sirnagalih. Di luar itu, ada nama-nama jalan dari nama pepohonan yaitu Jalan Bungur, Jalan Damar, dan Jalan Cemara. Ada juga Karangsetra, tempat berenang.
Dari Perubahan Nama Djalan-Djalan di Bandung (1950) dan Veranderde Straatnamen in Bandung, Djakarta, Surabaja, Bogor, Medan, Semarang, Makassar, Malang (1950), kita mafhum kebanyakan nama di atas hasil pengubahan nama yang semula bernuansa Belanda menjadi Sunda. Yang bertahan hanyalah nama-nama yang diambil dari nama pepohonan, kecuali Jalan Cemara. Sementara Karangsetra baru ada sejak 1958.
Bila saya urutkan lagi pada zaman Belanda, jalan-jalan di atas bernama Bronbeekweg dan Damarlaan (Jalan Sukajadi), Palmenlaan, Cederlaan, Magnolialaan, Grevillealaan, Cassialaan, Amhortsialaan, Kersenlaan (Zorgvliet), Dennenlaan, Ganitrilaan, Feliciumlaan, Angsanalaan (Jalan Sirnagalih), dan Boengoerlaan.
Dari nama-nama itu, Bronbeek dan Zorgvliet pangkalnya. Bronbeek atau Indisch Bronbeek merujuk kepada kompleks perumahan bagi pensiunan KNIL dan tentara invalid yang sekarang terletak di antara Jalan Sukagalih dan Jalan Sukaresik, di tepi Jalan Sukajadi. Secara ringkas, pembangunan kompleksnya diterangkan dalam nederlandsekrijgsmacht.nl. Di situ dikatakan Indisch Bronbeek digagas pada 1920, mulai dibangun pada 1924, dan dihuni pada 1926.
Sementara Zorgvliet merujuk kepada kompleks villa (villapark atau villawijken) di sekitar Jalan Sirnamanah dan Jalan Karangtingal. Kompleks ini juga digagas pada 1920 dan mulai menggunakan nama Kersenlaan dan Ganitrilaan sekitar 1941, seiring selesainya pembangunan kompleksnya. Selain itu, dari penelusuran lainnya, saya tahu Villapark Zorgvliet termasuk dalam agenda pembangunan ketiga (Plan III) di Kota Bandung.
Di bawah ini, saya akan mengurai lagi hasil pencarian data lama terkait Indisch Bronbeek dan Villapark Zorgvliet berdasarkan peta-peta lama Kota Bandung, diperkuat keterangan sezaman yang saya peroleh dari koran-koran.
Baca Juga: RIWAYAT JALAN DI KOTA BANDUNG (12): Lembah Cikapundung dan Pemandangan ke Gunung
RIWAYAT JALAN DI KOTA BANDUNG (13): Kompleks Tokoh Kesehatan
RIWAYAT JALAN DI KOTA BANDUNG (14): Kompleks Cipaganti
Indisch Bronbeek
Menurut nederlandsekrijgsmacht.nl, gagasan pendirian Indisch Bronbeek bagi pensiunan tentara mengemuka pada 1920, dengan mengambil inspirasi Indisch Bronbeek Arnhem, ibu kota Provinsi Gelderland, Belanda. Tetapi inisiatif itu menuai kritik, karena Indisch Bronbeek Arnhem dibiayai pemerintah, sesuai dengan dekrit kerajaan pada 31 Oktober 1862, sementara yang akan didirikan di Bandung dibiayai kalangan swasta.
Meski demikian, gagasannya terus berlanjut, terbukti dengan dibentuknya komitenya pada 5 September 1920, yang terdiri atas Residen Kedu H. van Santwijk (ketua), Mr. Dr. H. Westra (sekretaris), guru agama Salomonson (bendahara), Pastor van Hout dan guru agama berbangsa Ambon, Sahuleika. Pelindungnya gubernur jenderal. Setelah hasil urunan terkumpul sebesar 94.000 Gulden pada Desember 1923, akhirnya kompleks Indisch Bronbeek mulai dibangun pada 6 Januari 1924, dan para penghuni pertamanya mulai ada pada 1926.
Sekarang mari kita lihat sejenak peta-peta lama. Dalam peta Plan of Bandoeng (1924), kompleks Bronbeek belum terlihat, tetapi jalan yang melingkupinya sudah selesai. Jalan utamanya Pasirkalikiweg. Dua tahun kemudian, dalam Kaart van Bandoeng (1926), kompleksnya sudah ada dan disebut Indisch Bronbeek, tetapi jalan yang mengarah ke perumahannya terhenti sedikit di utaranya dan belum diberi nama.
Dalam Map of Bandoeng (1927), jalan utamanya masih disebut Pasirkalikiweg. Dari Kaart van de Gemeente Bandoeng (1930) barulah tercantum Bronbeekweg, sambungan Pasirkalikiweg. Bronbeekweg berawal dari persimpangan dengan Prof. Eykmanweg, melalui Sungai Cikakak, dan berakhir sedikit di utara kompleks Bronbeek. Dengan demikian, saya kira nama Bronbeekweg baru digunakan pada 1928 sesuai yang tertera dalam peta Gemeente Bandoeng (1928).
Kembali ke rencana pembangunan kompleksnya. Informasi rinci penggalangan dananya dapat disimak antara lain dalam AID de Preanger-bode dan lain-lain sejak 1920. Di Bandung, penggalangan dana dilakukan oleh Jhr. L.W. Van Suchtelen, direktur Technisch Bureau Soenda (AID, 21 Agustus 1920). Untuk keperluan itu banyak pihak yang berderma, di antaranya melalui pertandingan sepak bola oleh klub Sparta dan Velocitas pada 11 September 1920 (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, HNDNI, 15 September 1920).
Van Suchtelen mengajak Wakil Wali Kota Bandung S.A. Reitsma, residen Priangan, panglima KNIL, dan filantrof K.A.R. Bosscha. Comite Indisch Bronbeek Bandung juga menolong pensiunan tentara bergaji rendah, yang tinggal di perumahan milik pemerintah Kota Bandung di Cihapit. Tersiar kabar di Magelang juga dibentuk komite yang sama, dengan tujuan lebih luas, dan akan diupayakan kerja sama (AID, 24 September 1920). Memang terjadi kerja sama antara komite di Semarang yang sudah mengumpulkan uang sebesar 5.000 Gulden, Bandung sebesar 3.000 Gulden, dan Magelang (AID, 6 Oktober 1920).
Uraian sejarah Indisch Bronbeek ditulis V.J. van Marie dengan judul “Beschouwingen Betreffende een Indisch Bronbeek” (AID, 27 Juli 1923). Dari tulisan itu kita diperkaya latar belakang dan rincian lain. Konon yang melandasinya keadaan tentara kolonial yang menderita setelah berdinas, misalnya pada Perang Lombok tahun 1895 dan Perang Aceh pada 1897-1898. Jenderal Schutstal van Woudenberg dan Resident Santwijk mula-mula menggagas Indisch Bronbeek pada 1920, tetapi mereka berdua meninggal dunia, dan meninggalkan dana sebesar 6.000 Gulden. Hal yang sama dilakukan sekelompok orang di Malang pada 1922 dan Wijbrands serta Muurling di Batavia. Di Bandung-lah upaya itu dapat diwujudkan.
Lahan untuk kompleks pensiunan tentara itu semula milik keluarga Baud yang punya pabrik teh di Ciumbuleuit. Oleh karena itu, residen Priangan meminta konsesi lahannya (Bataviaasch Nieuwsblad, BN, 20 Agustus 1923). Residen mendapatkan telegram dari Nyonya Baud, yang mengizinkan 8 persen lahannya dibangun (AID, 27 Agustus 1923).
Peletakan batu pertamanya pada 6 Januari 1923 oleh anak perempuan Van Marle (HNDNI, 7 Januari 1924). Selain Bronbeek, ternyata pada lokasi yang berdekatan didirikan “Tehuis voor Ouden van Dagen” atau rumah bagi para orang tua atau panti jompo di bawah pimpinan Residen Priangan Eyken. Lahannya pun disediakan keluarga Baud. Jumlah rumahnya 20 buah, masing-masing 12 untuk Eropa dan 8 untuk pribumi (Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 1 Oktober 1924).
Menurut pengunjung pada April 1925, pembangunan rumah-rumah di Indisch Bronbeek didasarkan pada sistem yang sama pada rumah-rumah kecil di Telukbuyung (di dekat Burgemeester Coopsweg). Di sana ada 45 rumah untuk pensiunan tentara dan 20 rumah bagi pegawai sipil. Di antara rumah-rumah itu hanya sedikit yang belum dihuni.
Karena lokasinya pada ketinggian, sehingga hawanya segar, ruang lapang dan sangat resik. Air dingin yang bersih dari pegunungan mengalir ke sana. Sementara kebun-kebun kecil mengelilingi perumahan, sehingga dalam waktu dekat akan berlimpah dengan bebungaan. Konon, anehnya, penghuni pertama di sana yang memilih di pintu gerbang, disebut sebagi Bloemhof (BN, 24 April 1925).
Namun, dua dasawarsa kemudian, di tempat yang sama terjadi kegemparan. Selama periode Bersiap dari 17 November 1945, paling tidak ada seratus orang indo yang diculik pihak republik. Konon, keadaan Bronbeek baru terkendali setelah pasukan Inggris ditambah KNIL turun tangan pada 17 Desember 1945 (nederlandsekrijgsmacht.nl).
Keterangan rincinya dapat disimak dalam Het Dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia. Pada edisi 14 Desember 1945 disebutkan pasukan Inggris telah menguasi bagian barat Cikapundung dan bagian utara rel kereta api. Dalam edisi 19 Desember 1945 dikatakan pada 17 Desember 1945 Inggris mengevakuasi penghuni Nieuw-Bronbeek, karena ada dalam bahaya. Selama minggu-minggu itu tidak kurang dari 28 orang penghuninya, yang kebanyakannya anak-anak muda, diculik. Semuanya 234 orang yang dievakuasi.
Selama operasi hari Rabu, pasukan Mahratta, yang menjadi anggota pasukan Inggris menangkap 12 orang Indonesia di Lembangweg, bersama senjatanya. Hari itu juga Bronbeek diperiksa dan ditemukan dua tubuh orang yang diculik (Het Dagblad, 21 Desember 1945). Pada edisi 12 Januari 1946 ada berita yang menyebutkan telah ditemukan 14 tubuh orang di Bronbeek dan ada enam orang Indonesia yang ditangkap dengan tuduhan membunuh 50 orang Eropa, indo, dan Indonesia.
Konon setidaknya ada 85 orang yang tewas oleh “aksi” pemuda republik (Het Dagblad, 16 Januari 1946). Inggris dan Belanda kemudian menyisir lagi orang Indonesia pada 6 Februari 1946. Mereka menginterogasi 487 orang Indonesia dan 217 di antaranya ditanyai lebih jauh (Het Dagblad, 8 Februari 1946). Pasukan Inggrisnya terdiri atas infanteri Mahratta, Punjabi dan Ghurka dan daerah penyisirannya di sekitar Bodjonegara, Lamping dan Sukajadi. Setelah dikonfrontir, di antara yang tertangkap itu ada yang langsung dikenali sebagai pelaku penculikan (Het Dagblad, 13 Februari 1946). Di kampung Lembang ditangkap dua orang yang diduga terlibat pada peristiwa Indisch Bronbeek (Het Dagblad, 30 Juli 1946).
Akhirnya, setelah menjalani pengadilan beberapa lama, lima orang pelaku dijatuhi hukuman. Tiga orang dihukum mati, satu orang seumur hidup, dan satu orang 20 tahun penjara. Sementara penuntut menghendaki empat yang dihukum mati dan seorang dibui seumur hidup (De Locomotief, 23 Juli 1948; Nieuwe Courant, 23 Juli 1948).
Villapark Zorgvliet
Sebagaimana yang dibilang sebelumnya, pembangunan Villapark Zorgvliet terkait Plan III. Menurut Prospectus voor de Uitgifte van Gronden (1923 dan 1931), rencana pembangunan itu berkaitan juga dengan Plan VIII yang antara lain mencakup Huygensweg, Tjikapajangweg, De Klerkweg, De Bazelweg, Maclainepontweg, Berlageweg, Ijzermanpark, dan Dr. de Grootweg.
Lokasi Plan III terletak di sebelah barat Dagoweg dan utara Villa Park atau bila dikaitkan dengan Indisch Bronbeek, ada di utaranya. Berita pertama rencana pembangunan Plan III mengemuka dalam AID edisi 13 Desember 1920. Di situ ada tulisan bertajuk “De Bandoengsche Woningnood”.
Di dalam berita itu dikatakan Biro Arsitek Korvet Van Somoren (“Het Architecten-bureau Korvet Van Somoren”) tengah sibuk merancang kompleks 500 rumah, yang ongkos sewanya berkisar di sekitar 40 hingga 100 Gulden. Meski demikian, firma itu belum mendiskusikannya dengan pemerintah Kota Bandung. Hanya saja bahan bangunannya sudah disepakati menggunakan batu bata. Perusahaan yang sama mulai membangun villapark di Dagoweg (seberang THS, ITB), terutama untuk villa-villa kecil. Jalan-jalannya akan mempunyai lebar 15-20 meter dan namanya akan disebut Zorgvliet.
Dua tahun kurang kemudian, Firma Korvet Van Somoren masih diberitakan akan membangun 28 rumah di Villapark Zorgvliet, Dagoweg. Sembilan buah rumah sudah dijual, dan lima rumah akan diselesaikan Oktober 1922. Perusahaan itu berharap momentum Jaarbeurs (pekan raya tahunan di Bandung) dapat dijadikan sebagai ajang transaksi atas rumah-rumah yang mereka bangun (AID, 23 September 1922).
Itu sejarah awalnya. Sementara bila kita lihat perkembangannya dari peta-peta lama, saya menemukan keanehan. Sebab dari peta 1921 hingga 1938, Villapark Zorgvliet belum dicantumkan, apalagi nama-nama jalannya. Saya baru mendapatkannya dari Bandoeng Guide Map (1946). Peta ini disusun Survey Directorate Head Quarters AFNEI berdasarkan rencana kota tahun 1933 dan 1937 serta peta skala 1:25.000 (1930-1931), lalu direvisi melalui foto udara yang diambil pada Desember 1945.
Di dalam peta itu saya mendapati Kersenlaan dan Ganitrilaan yang saling berhadapan, terpisah oleh sebuah taman. Dari taman itu lurus ke utara adalah Damarlaan dan di sebelah barat jalan itu ada Boengoerlaan. Rumah-rumahnya pun sudah terlihat digambar dalam peta.
Temuan ini menjadi tanda tanya tersendiri bagi saya. Apakah upaya yang dilakukan Firma Korvet Van Somoren sejak 1920 di sekitar Zorgvliet tidak berlanjut? Dari pelacakan informasi tahun 1940-an, hasilnya seakan menjawab bahwa perusahaan tersebut tidak meneruskan usahanya di sana selama 1930-an. Saya antara lain mendapatkan buktinya dari De Indische Courant edisi 4 Januari 1941, BN edisi 10 Juli 1941, dan BN edisi 23 Agustus 1941.
Dalam De Indische Courant ada berita pemisahan jaringan telepon di Bandung sebelah utara. Maksudnya untuk memaksimalkan beban dua kabel di perumahan di Bandung utara. Untuk sementara, stasiun daya akan disimpan di sebuah bangunan dekat penyuplai air di Zorgvliet, sebelum dipindahkan ke tempat permanennya di Dennelust.
Selanjutnya dalam BN edisi 10 Juli 1941, dikabarkan Bandung kekeringan, sehingga suplai air minum menjadi sulit. Itu sebabnya di lingkungan Ciumbuleuit, Dennelust dan Zorgvliet, serta sebagian Lembangweg, air ledeng tidak tersedia antara pukul 18.00 hingga pukul 06.00 keesokan harinya. Sementara untuk Dagoweg ke utara Ruysdaelweg dan semua kompleks di timurnya, air ledeng tidak akan ada antara pukul 07.00 hingga pukul 06.00.
BN edisi 23 Agustus 1941 dapat dikatakan semacam kunci pencarian saya. Karena dalam edisi itu diwartakan sedang berkecamuk wabah perampokan di Bandung utara, terutama di Zonnevliet (sic!), Dennelust, dan sekitarnya. Saya pikir maksudnya Zorgvliet bukan Zonnevliet, karena kompleks itu dikaitkan dengan Dennelust, yang tentu saja berkaitan dengan Dennelaan (Jalan Karangsari) dan Hoofdweg Dennenlaan (Jalan Hegarmanah). Namun, yang sangat penting adalah pernyataan kedua kompleks itu beserta yang lainnya adalah villa baru di Bandung utara (“in de nieuwe villawijken in het Noorden van Bandoeng, met name Zonnevliet, Dennelust en omgeving”).
Apakah ini artinya pembangunan yang dilakukan Firma Korvet Van Somoren sejak 1920 (dan barangkali dilanjutkan oleh perusahaan lainnya) baru selesai setidak-tidaknya pada 1941? Kecenderungan ke arah sana memang mungkin. Karena pada peta Bandung 1938 pun kompleksnya belum dicantumkan. Demikian pula dengan Kersenlaan (Zorgvliet), Ganitrilaan, Damarlaan dan Boengoerlaan yang baru terlihat pada peta 1946.