Pemkot Mengangankan Energi Terbarukan di Tengah Tingginya Kebutuhan Listrik Kota Bandung
Para aktivis lingkungan berusaha menekan penggunaan batu bara dan BBM. Mereka mendorong setiap negara agar beralih ke energi baru terbarukan.
Penulis Iman Herdiana7 April 2022
BandungBergerak.id - Kebutuhan energi listrik Kota Bandung naik setiap tahunnya. Sumber energi listrik yang dipakai tentunya berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang menghasilkan listrik dengan teknologi konvensionalnya, yakni menggunakan pembangkit dari batu bara maupun bahan bakar minyak (BBM).
Baik batu bara maupun BBM yang bersumber dari minyak bumi merupakan energi yang bakal habis alias tidak dapat diperbarui. Kedua sumber energi ini juga disinyalir menyumbang gas rumah kaca yang menyebabkan suhu bumi atau pemanasan global.
Para aktivis lingkungan berusaha menekan penggunaan batu bara dan BBM. Mereka mendorong setiap negara agar beralih ke energi baru terbarukan. Dorongan ini juga muncul dari negara-negara maju yang khawatir dengan krisis iklim akibat pemanasan global, krisis yang diyakini bisa memicu bencana besar melebihi pandemi Covid-19 yang terjadi dua tahun terakhir hingga kini.
Masalah energi menjadi satu dari empat isu yang dijejaki kerja samanya antara Pemerintah Kota Bandung dan Inggris. Hal ini mencuat dalam pertemuan daring Pelaksana Tugas Wali Kota Bandung Yana Mulyana dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Owen Jenkins, Kamis (7/4/2022).
Empat isu tersebut antara lain transportasi, pengolahan sampah, ketersediaan air bersih, serta energi terbarukan. Di bidang energi terbarukan, Yana Mulyana mengatakan Pemkot Bandung sedang berupaya menjadikan Kota Bandung menjadi “terang benderang”.
“Kami yakin Inggris telah memiliki sistem teknologi yang mutakhir. Dengan itu, Pemerintah Kota Bandung sangat terbuka menjalin kerja sama, khususnya di empat kebutuhan prioritas tadi,” ucap Yana Mulyana, dalam siaran persnya.
Yana menjelaskan nantinya lampu jalan konvensional akan diganti menjadi lampu berbasis LED dengan daya listrik lebih rendah. Untuk diketahui, lampu jalan konvensional selama ini memiliki besaran daya sekitar 500 watt. Bila dikonversi ke lampu berbasis LED, maka energi yang diperlukan hanya sekitar 120 watt.
Baca Juga: NGULIK BANDUNG: Mata Air Cikendi, Dulu Berjasa kini Dilupakan
Warga Anyer Dalam Menyerahkan Bukti Kepemilikan Rumah ke Pengadilan
Kapan Penyandang Disabilitas Bisa Mudah Mengakses Pelayanan Administrasi Pemkot Bandung?
Rencana yang tak Mudah
Sebagai kota besar, Bandung memang membutuhkan pasokan energi listrik yang besar setiap harinya. Di sisi lain, Bandung sudah saatnya merencanakan membangun sumber-sumber energi baru terbarukan. Dari mana sumber-sumber energi baru terbarukan tersebut? Pertanyaan ini yang harus dipikirkan oleh Pemkot Bandung dan PLN.
Diketahui bahwa energi baru terbarukan tidak sesederhana yang diucapkan. Produksi energi ini harus ditopang oleh sumber daya alam dan manusianya. Di bidang sumber daya alam, sumber energi baru terbarukan yang lazim dipakai meliputi tenaga angin, air, matahari. Dan ada pula – meski kontroversial – energi nuklir.
Di antara sumber-sumber energi tersebut, tampaknya matahari paling memungkinkan untuk dipakai sebagai sumber energi baru terbarukan di Kota Bandung.
Namun ada masalah lain yang juga tidak mudah diatasi. Setiap tahunnya, jumlah warga Bandung yang membutuhkan energi listrik terus meningkat. Sebagai gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung merilis data pelanggan listrik Kota Bandung pada 2012 sebanyak 672.153 pelanggan.
Angka tersebut terus meningkat menjadi 888.968 pelanggan pada 2019. Dipastikan tahun ini jumlah pelanggan yang menggunakan listrik PLN juga akan terus bertambah seiring laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung yang tembus 3 juta jiwa.
Di tengah tingginya kebutuhan listrik Kota Bandung, maka membangun sumber-sumber energi baru terbarukan menjadi keniscayaan, walaupun ini pekerjaan yang tidak mudah. Tetapi Pemkot Bandung maupun PLN harus bisa merealisasikannya. Agar tak lama menjadi angan.