Fikom Fes 2022 Menumbuhkan Semangat Baru di Jalur Seni
Acara bertajuk “Art is Not Dangerous” ini berlangsung di The Hallway Space, Kosambi, mulai Sabtu (9/4/2021) hingga Selasa (12/4/2031). Berisi pameran dan diskusi.
Penulis Awla Rajul10 April 2022
BandungBergerak.id - Seni menjadi salah satu metode penyampaian pesan, dengan beragam mediumnya yang ada. Alih-alih menampilkan keindahan, seni juga mengkritisi persoalan-persoalan yang terjadi, medium ekspresi diri, maupun penggambaran realita kehidupan dengan penyampaian yang sunyi maupun riuh, namun cukup berbekas.
Bagaimana tidak, pegiat seni yang mengkritisi persoalan sosial dan politik, belakangan cukup menjadi perhatian pemerintah. Beberapa waktu lalu, aparat menghapus mural-mural yang mengkritik pemerintahan Joko Widodo. Hal ini menjadi salah satu petunjuk bahwa seni dinilai menjadi suatu hal yang berbahaya.
“Art is Not Dangerous” menjadi tema utama dalam rangakaian acara Fikom Fest 2022 Daffodil Ruang Seni Publik (RSP) yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Islam Bandung (Unisba), di The Hallway Space, Kosambi, mulai Sabtu (9/4/2021) hingga Selasa (12/4/2031).
Rangkaian acara tahunan Fikom ini menghadirkan pameran 44 karya mahasiswa Fikom yang terdiri dari foto, lukisan, dan puisi.
Selain pameran, ada talkshow yang diisi oleh Mufti Priyanka atau sering dipanggil Amenkcoy, serta live painting dan monolog oleh mahasiswa Fikom Unisba. Ketua pelaksana acara, Rendi menyebutkan bahwa penamaan Daffodil pada RSP berangkat dari nama sebuah bunga yang bermakna menumbuhkan semangat baru.
“Kontennya itu ada pameran, live painting, monolog. Tapi yang utamanya itu pameran. Nah, alhamdulillah kita bisa nampung 44 karya dari mahasiswa Fikom, karena balik lagi ke tujuannya. Praevent ini menampung minat bakar mahasiswa Fikom di bidang seni-budaya,” ungkap Rendi kepada BandungBergerak.id, Sabtu (9/4/2022)
Acara tahunan yang baru berlangsung dua tahun ini menjadi medium berekspresi dan berkarya. Tahun lalu tidak adanya talkshow, hanya pameran dan monolog. Ia bersyukur, selain tahun ini diadakan talkshow dan live painting, jumlah karya yang dipamerkan juga lebih banyak.
Di akhir, Amenk menyampaikan kepada pegiat seni pemula untuk terus melakukan eksplorasi. Konsisten dalam bereksplorasi juga menjadi salah satu kunci untuk merasakan proses. Yang terakhir, ia mengingatkan untuk menggali sebanyak mungkin sumber-sumber dan pengetahuan yang mendukung daya pikir yang berhubungan dengan hal yang menjadi ketertarikan dan kesulaan pegiat seni pemula.
Baca Juga: Musik Kota Bandung masih Kalah dengan Kota Lain, Benarkah?
Membuat Damar Kurung, Memelihara Lingkungan Cibogo
JEJAK PRAKTIK BAIK DI BANDUNG #3: Hidupkan 12 Nilai, Ciptakan Budaya Damai
Seni tidak Berbahaya
Perkembangan seni tidak lepas dari pengaruh teknologi. Berbeda dengan satu dekade yang lalu saat teknologi belum secanggih sekarang dan referensi masih sulit ditemui.
Seniman visual, Mufti Priyanka atau biasa dipanggil Amenk masih mengingat saat dirinya belajar dan mencari referensi seni visualnya dari buku-buku fisik, majalah, komik, maupun pewayangan. Amenk merupakan seniman ilustrasi dan komik yang mengaku banyak terinspirasi dari pewayangan dan komik.
Amenk membenarkan, bahwa seni memang tidak berbahaya. Yang membuat seni ditakutkan adalah stigma terhadap pembuat seninya. Baginya, seni meliputi seluruh indera manusia. Bahkan karena seni manusia jadi beradab.
“Street art saja ada yang ilegal dan legal. Tapi, itu kan sama-sama seni, ekspresinya seni juga. Yang membedekannya legal dan ilegalnya saja. Ya semua artis juga sudah punya logika yang berbeda-beda, cara pandang eksekusi suatu seni, kenapa harus di jalan,” ungkapnya dalam talkshow.
Seni bisa membahas apa pun, termasuk isu sosial-politik. Amenk merupakan salah satu seniman yang juga mengangkat isu sosial-politik di karya-karyanya. Menurutnya, menyampaikan isu tentang sosial-politik merupakan suara hati. Meski awalnya ia tidak menyentuh lini ini. Isu sosial-politik datang dari pengalaman berpikirnya, menyerap informasi, mendapatkan pengetahuan, dan semacamnya.
Memberanikan Diri Menampilkan Karya
Terdapat 32 karya foto yang dipamerkan dalam Daffodil Ruang Seni Publik. Salah satu peserta pameran, Salman Hafizh menampilkan tiga hasil jepretennya. Ia mengaku senang karena ketiga fotonya diterima panitia untu dipamerkan. Ketiga foto tersebut masing-masing memiliki ceritanya tersendiri.
Awalnya ia merasa malu dan khawatir dengan hasil karyanya, apakah akan cocok dengan kriteria yang diinginkan oleh panitia atau tidak. Namun ia pun memberanikan diri untuk mencoba. Selepas ketiga fotonya diterima, RSP menjadi pameran pertamanya dan mendorong semangat tersendiri baginya.
“Sebenarnya sih bukan lebih memamerkan. Sebelumnya juga karya saya belum pernah dipamerkan, jadi ya sudahlah saya sumbangkan ke sini. Terus kan bisa jadi bahan juga buat yang lain kayak gimana untuk berkembang. Terus ada juga yang malu-malu untuk ikut pameran. Jadi saya coba saja, dan akhirnya ditampilkan,” ungkap mahasiswa semester enam jurusan Manajemen Komunikasi ini.
Salah satu foto Salman diambil di seputaran Jalan Braga, ketika sebuah rombongan pesepeda meramaikan jalan ikonik tersebut. Bersamaan dengan fotografer yang lain, ia mengabadikan momen itu. Bagi Salman, setiap yang ia tangkap oleh lensanya adalah seni. Dan baginya, seni bukanlah hal yang berbahaya.