• Kampus
  • Masa Depan Bangsa Ditentukan oleh Permainan Anak-anak Saat Ini

Masa Depan Bangsa Ditentukan oleh Permainan Anak-anak Saat Ini

Ada temuan bahwa PAUD-PAUD saat ini banyak yang menekankan baca tulis pada anak-anak. Padahal anak-anak mestinya mendapat fasilitas bermain.

Anak-anak bermain permainan tradisional di Cicadas, Kampung Wargaluyu, Kelurahan Cikutra, Kota Bandung, Kamis (4/3/2021). Pengurus RT membuat mural permainan anak seperti ular tangga dan lain-lain agar anak-anak lepas dari gadget. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana25 April 2022


BandungBergerak.idPepatah mengatakan masa depan suatu bangsa di tangan para pemuda. Sedangkan masa depan pemuda sendiri tergantung anak-anak usia dini yang saat ini ada di dunia permainan mereka. Maka, ketersediaan ruang maupun fasilitas bermain penting jika ingin mereka tumbuh sebagai pemuda berkualitas.

Terkait pentingnya peran anak-anak ini, maka para tutor di Asrama ITB Mengajar menyelenggarakan acara Edukasi Pengabdian Masyarakat (Edupengmas), Sabtu (19/3/2022). Sasaran Edupengmas adalah anak-anak yang tinggal di sekitar Asrama Sangkuriang ITB, Jalan Sangkuriang Dalam No.60/160A, Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.

Dalam acara bertema “Kembali Menyala” ini diharapkan mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya rasa peduli melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Acara Kembali Menyala menghadirkan kurang lebih 40 orang anak. Angka partisipasi ini terbilang cukup ramai.

“Jadi di sini kegiatannya bertujuan untuk memberikan gambaran kepada individu bahwa pengabdian masyarakat bisa dilakukan di lingkungan terdekat dengan memanfaatkan status dan ilmu kita sebagai mahasiswa,” ujar Ilyas Bianto (SI’19), dikutip dari laman resmi ITB, Senin (25/4/2022).

Meskipun ramai, acara ini tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat terhadap segala komponen yang berpartisipasi dalam acara ini. Anak-anak yang hadir dalam kegiatan ini dibagi menjadi beberapa kelompok guna mencegah kerumuman.

Kegiatan diawali dengan memantau dan memandu anak-anak menaati protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan pembersih tangan, hingga pengecekan suhu masing-masing anak. Kemudian dilanjutkan dengan sesi berkelompok.

Di sesi berkelompok ini anak-anak diberi edukasi terkait keprofesian. Setelah selesai, anak-anak mengikuti berbagai permainan seperti berhitung, dan sebagainya yang bisa dicerna oleh anak SD. Setelah selesai, acara diakhiri dengan sesi foto bersama.

Baca Juga: Pemkot Bandung Menghadapi Masalah Penganggur Usia Produktif
Implementasi UU TPKS Membutuhkan Kerja Panjang Kolaborasi
Pasar Kekinian The Hallway Space Menyambut Momen Hari Buku Sedunia

Masa Depan Anak

Leli Halimah, dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengatakan bahwa kemajuan suatu bangsa di masa depan dalam berbagai sektor kehidupan, sangat tergantung pada generasi muda yang mungkin saat ini masih berada pada kelompok anak usia dini. Kelompok usia tersebut akan menjadi investasi dan sumber daya manusia yang berkualitas apabila dipersiapkan dengan baik.

“Terkait pendidikan anak usia dini banyak mengungkapkan bahwa agar potensi semua aspek perkembangan anak berkembang secara optimal, maka pembelajaran yang relevan dengan perkembangan anak yaitu melalui bermain,” kata Leli Halimah pada kegiatan pemaparan Kepakaran Calon Guru Besar, di Ruang Rapat Lantai 1 Gedung I Kampus UPI di Cibiru, dikutip dari laman resmi UPI, Senin (25/5/2022).

Berkaitan dengan pentingnya bermain bagi anak usia dini, kata Leli, kurikulum pendidikan anak usia dini idealnya harus lebih mengutamakan untuk memfasilitasi anak bermain, dan itu menjadi salah satu karakteristik dari pengembangan kurikulum yang menerapkan pendekatan praktik yang sesuai perkembangan anak atau dikenal dengan developmentally appropriate practice (DAP).

Berbagai hasil kajian literatur menunjukkan bahwa bahwa kurikulum pendidikan anak usia dini (PAUD) yang menerapkan pendekatan DAP merupakan best practice untuk menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak secara optimal.

Hasil studi literatur terkait pengembangan kurikulum PAUD berbasis DAP mengungkapkan pentingnya memfasilitasi anak untuk bermain dengan menyediakan lingkungan sesuai dengan kebutuhan individu anak, sesuai kelompok usia anak, dan sosial- budaya anak.

Kondisi ideal tersebut berbeda dengan hasil studi lapangan yang dilakukan Leli. Menurutnya, masih banyak layanan PAUD yang cenderung mengkondisiskan anak untuk belajar baca, tulis, hitung secara formal.

“Kegiatan pembelajaran yang disediakan sebagian besar menggunakan lembar kerja yang harus anak ikuti sesuai dengan petunjuk dari guru, dengan kata lain anak kurang diberikan pilihan untuk bermain sesuai minatnya masing-masing,” ujar Leli Halimah.

Selain itu, penataan lingkungan kelas yang saat ini diterapkan juga masih cenderung kaku dengan ketersediaan alat main yang minim. Sekolah belum memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada di lingkungan sekitar anak, termasuk belum dimanfaatkannya lingkungan luar kelas untuk menjadi area bermain bagi anak.

Dijelaskan, bahwa kurikulum pada esensinya dapat dipandang sebagai jantungnya pendidikan dan berfungsi sebagai alat atau instrumen untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, berfungsi atau tidaknya kurikulum sangat bergantung pada pihak yang menggunakannya, dalam hal ini adalah para pendidik termasuk peran aktif keluarga.

Menyikapi hasil studi literatur baik mencakup landasan teoretik, hasil penelitian, dan pengalaman penulis dalam pengembangan kurikulum PAUD pada umumnya memberikan arahan untuk menerapkan pendekatan DAP, sebagai upaya yang baik dalam pelaksanaan pemberian layanan bagi anak usia dini.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//