• Nusantara
  • Puluhan Titik Rawan Macet dan Bencana di Jalur Mudik Jawa Barat Perlu Diwaspadai

Puluhan Titik Rawan Macet dan Bencana di Jalur Mudik Jawa Barat Perlu Diwaspadai

Ada 49 titik kemacetan, 40 titik rawan bencana, 87 titik rawan longsor, dan 30 titik rawan banjir di jalur mudik Jawa Barat.

Gerbang Tol Cisumdawu seksi 1 Rancakalong Cileunyi, Kabupaten Bandung, Senin (24/1/2022). Tol Cisumdawu bisa dipakai mudik lebaran 2022. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana26 April 2022


BandungBergerak.idMudik lebaran tahun ini diperkirakan akan melibatkan masyarakat dalam jumlah besar mengingat sejak dua tahun lalu terjadi pembatasan karena pagebluk Covid-19. Jawa Barat sebagai wilayah yang menjadi tujuan maupun jalur lintasan mudik, diprediksi akan dilalui 14,9 juta pemudik.

Sementara pemudik yang akan keluar Jabar mencapai 9,2 juta orang. Artinya akan ada penambahan sekitar 5,7 juta warga yang masuk ke Jabar yang akan diikuti mobilitas kendaraan dari berbagai aktivitasnya. Kendaraan yang akan digunakan pemudik akan didominasi oleh kendaraan pribadi, baik mobil ataupun motor.

Mobil diprediksi akan mencapai 28,6 persen sementara motor sekitar 21,5 persen. Sisanya menggunakan kendaraan angkutan umum seperti bus kota (17,38 persen), kereta api (9,7 persen), pesawat (8,13 persen) dan sisanya lewat jalur laut atau sungai.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menghimpun titik-titik rawan yang akan dilalui pemudik, khusunya jalur darat baik utara maupun selatan. Titik rawan tersebut terdiri dari rawan macet dan rawan bencana longsor maupun banjir.

49 Titik Kemacetan

Masyarakat diimbau untuk mengantisipasi 49 titik kemacaten di Jawa Barat pada mudik lebaran 2022. Berdasarkan pengalaman mudik sebelum pandemi, titik-titik langganan macet tercatat di 12 daerah yakni Sumedang, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Bogor, Cianjur, Bekasi, Sukabumi, Bandung Subang, Purwakarta, dan Karawang.

Kebanyakan disebabkan aktivitas pasar tradisional dan pasar tumpah, terminal resmi dan terminal bayangan, persimpangan jalan, tanjakan, jalan berkelok-kelok, tempat wisata, atau hanya karena memang volume kendaraan yang meningkat. 

Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat A. Koswara mencontohkan kemacetan sudah hampir pasti akan terjadi di daerah Limbangan, Garut. Namun ia mengklaim telah mengantisipasinya.

"Di Limbangan, Kabupaten Garut ada tiga titik pasar. Kemacetan disebabkan banyak orang menyeberang. Nanti akan dibuat pembatasan agar tidak menyeberang sembarangan," ujarnya, dalam acara Jabar Punya Informasi di Gedung Sate, Selasa (26/4/2022).

Titik macet berikutnya, Cileunyi. Kemacetan di wilayah ini bisa saja terjadi akibat kebingungan pemudik membaca rambu lalu lintas akibat jalan layang yang abru saja dibuat. Sehingga nantinya akan ditambah rambu-rambu lalu lintas di sekitar exit tol Cileunyi.

"Kami juga menyiapkan Cisumdawu sebagai alternatif menuju Sumedang dan Majalengka," katanya.

Koswara mengatakan selain kendaraan pribadi, Dishub Jabar juga telah memastikan angkutan umum, khususnya bus AKDP/AKAP yang akan melayani pemudik sudah melalui pemeriksaan, baik di poll atau pun di terminal saat akan berangkat.

Bus yang dipersiapkan berjumlah 3.709 unit dengan perkiraan mampu mengangkut penumpang sebanyak 166.905 orang perharinya. Pemerintah juga sudah menetapkan tarif batas atas khusus untuk kelas ekonomi.

40 Titik Rawan Bencana

Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Provinsi Jabar Bambang Tirtoyuliono mengatakan di Jawa Barat ada 34 ruas jalan utama yang akan dilalui pemudik. Ia menyebut seluruh jalan dalam kondisi baik dan laik lintas. Namun, karena intensitas hujan yang tinggi, potensi kerusakan jalan sangat mungkin terjadi.

Sebanyak 34 ruas jalan tersebut tersebar di Jabar bagian utara, tengah dan selatan. Adapun untuk kesiagaan, DBMPR Jabar menyiagakan 41 posko yang tersebar di seluruh Jabar.

DBMPR Jabar juga mencatat beberapa titik daerah yang rawan bencana dan kemacetan. Bambang mengatakan, sedikitnya ada 40 titik rawan bencana seperti pergerakan tanah dan tanah longsor

"Untuk pergerakan tanah dan tanah longsor sebagian besar di wilayah selatan. Sementara untuk kemacetan di antaranya, di ruas Cibeet, Bekasi dan Rancakalong Sumedang," katanya.

Seluruh informasi mengenai jalur mudik, kondisi jalan, daerah rawan bencana dan lain-lain, bisa dilihat di laman http://s.id/dbmprjabar2022.

Baca Juga: NGULIK BANDUNG: Situ Patengan Favorit Junghuhn
Kawah Putih, dari Tempat Wisata ke Tambang Belerang
Jalan Bebas Hambatan antara Bandung dan Batavia

Titik Longsor dan Banjir

Karena banyaknya titik-titik rawan bencana, maka pemudik diimbau untuk selalu hati-hati dalam perjalanan. Terlebih saat ini hujan lebat masih kerap turun, sehingga bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan angin puting, serta bencana lain berpotensi menghambat perjalanan mudik.

Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat mencatat ada 87 titik rawan longsor (56 di jalan provinsi, 31 jalan nasional) dan 30 titik rawan banjir (25 jalan provinsi, 15 jalan nasional).

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jabar Budi Juanda mengatakan untuk wilayah Pantai Utara (Pantura) pemudik wajib mewaspadai gangguan akibat bencana angin puting beliung dan rob.

"Kondisi Pantura dan jalur selatan berbeda. Di Pantura harus waspadai kemungkinan angin puting beliung dan banjir terutama akibat rob," ujarnya.

Menurutnya hujan diprediksi masih akan turun dengan deras di wilayah Pantura. Inilah yang akan menyebabkan munculnya banjir akibat air laut meluap atau rob.

Sementara di jalur selatan, kewaspadaan berbeda. Di jalur selatan dan tengah, pemudik wajib mewaspadai bencana hidrometeorologi seperti longsor, banjir dan tanah bergerak.

Budi mengatakan Jabar memang memiliki banyak titik lokasi bencana yang harus diwaspadai. Ia menyatakan sejak Januari hingga April 2022 sudah tercatat sekitar 400 kejadian.

"Artinya, potensi memang ada ditambah dengan adanya pergerakan orang pas mudik," tuturnya.

Selain bencana alam, ia juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap COVID-19.  Pergerakan orang dalam jumlah besar harus diantisipasi dengan prokes yang ketat.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//