• Berita
  • Pameran Lukisan Mengenang Ropih

Pameran Lukisan Mengenang Ropih

Karya-karya Ropih dipamerkan dalam pameran Pulau Emas: Mengenang 22 Tahun Ropih Berkarya di Rumah Seni Ropih, Jalan Braga, Bandung, 7-28 Agustus 2022.

Karya Ropih Amantubillah dipamerkan dalam pameran Pulau Emas, Mengenang 22 Tahun Ropih Berkarya, di Rumah Seni Ropih, Jalan Braga, Bandung, 7-28 Agustus 2022. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana9 Agustus 2022


BandungBergerak.idAda ciri khas yang tidak bisa dilepas dari Jalan Braga, Kota Bandung, yaitu lukisan. Salah satu tokoh yang berjasa menjadikan lukisan sebagai ikon Jalan Braga adalah almarhum Ropih Amantubillah. Karya-karya Ropih kini dipamerkan dalam pameran “Pulau Emas: Mengenang 22 Tahun Ropih Berkarya” di Rumah Seni Ropih, 7-28 Agustus 2022.  

Pameran tidak hanya memajang karya Ropih, tetapi juga karya keluarga dan anak didiknya. Kurator pameran, Rahmat Jabaril yang juga Ketua Dewan Kesenian Kota Bandung, mengatakan pameran lukisan dengan tema Pulau Emas memiliki makna yang mendalam.

“Realitas yang ingin disampaikan oleh Ropih pada publik, bahwa tingkatan dari seluruh tingkatan kemewahan manusia adalah “kemenangan”. “Kemenangan” itu semacam “Pulau Emas” yang sesungguhnya ada di semua mahluk hidup yang memahami pikirannya itu sendiri. Jadi acuan yang menjadi hidangan di dalam percakapan dunia kesenian, adalah tujuan hidup manusia itu sendiri,” terang Rahmat Jabaril, dikutip dari siaran pers, Selasa (9/8/2022).  

Pameran menampilkan sekitar 30 lukisan dalam periode 2002 sampai 2017. Kurun ini menunjukkan perjalanan kesenirupaan Ropih, termasuk aliran lukis yang dijelajahinya mulai realis, abstrak dan lain-lain. Namun menurut Rahmat, Ropih tipe seniman yang tidak mau terjebak pada gaya tertentu.

Tetapi mengenai dedikasinya pada seni rupa, Ropih tak bisa dipertanyakan lagi. Sudah lama Ropih menyukai warna meas dalam setiap lukisannya. Rahmat Jabaril mengatakan warna emas menjadi acuan ideologis Ropi Amantubillah dalam berkesenian.

"Pulau emas bukan diartikan secara harfiah, tapi pulau emas bagaimana kita menjunjung pemahaman tentang jati diri manusia," ujarnya.

Ia mengatakan, pameran Pulau Emas bukan hanya sekedar memajang karya lukisan melainkan memberikan pesan tentang jalan hidup manusia untuk mencapai kedamaian dan ketenangan hidup.

"Ada sesuatu yang disampaikan oleh Abah (Ropih Amantubillah) berkaitan dengan jalan hidup umat manusia. Ini penting buat generasi muda melihat karya ini, bagaimana mencapai kedamaian dan ketenangan dalam hidup," ujarnya.

Baca Juga: Lukisan Gaya China Tak Pudar Dihantam Pandemi COVID
CERITA ORANG BANDUNG (41): Syarif Pelukis di Jalan Braga, Berawal dari Kontraktor Bangunan kini Menjadi Seniman
PROFIL INSTITUT DRAWING BANDUNG: Belajar Melukis di Jalanan Kota Bandung

Lukisan Ropih Amantubillah dipamerkan dalam pameran Pulau Emas, Mengenang 22 Tahun Ropih Berkarya, di Rumah Seni Ropih, Jalan Braga, Bandung, 7-28 Agustus 2022. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Lukisan Ropih Amantubillah dipamerkan dalam pameran Pulau Emas, Mengenang 22 Tahun Ropih Berkarya, di Rumah Seni Ropih, Jalan Braga, Bandung, 7-28 Agustus 2022. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Ropih: Setiap Orang Memiliki Tambang Emas yang Harus Digali

Ropih Amantubillah sudah sejak kecil melukis. Ia mengaku lahir dari keluarga sederhana. Dari keluarganya inilah ia bersentuhan dengan seni lukis sejak dini.

“Saya melukis dari budak (kecil), orang tua saya melukis. Saya gaul dengan para pelukis, jadi bagi saya lingkungan itu mewarnai dan membentuk saya,” kata Abah Ropih, tahun 2016.

Sejak SMA, Ropih sudah menjadi penjual lukisan asongan di beberapa hotel di Bandung. Ia akan memburu tamu yang turun dari bus untuk menawari lukisan.

Ia juga pernah melukis dan memajang lukisannya di pinggir jalan seperti yang dilakukan seniman lukis pinggir Jalan Braga. Menjadi sukses sebagai pelukis tidaklah mudah. Namun ia ingin maju dan mandiri, tidak tergantung kepada orang lain.

Orangtuanya selalu berpesan agar ia selalu bekerja keras. Ropih memaknai betul nasihat tersebut. Kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil ketika ia kuliah di Universitas Pasundan (Unpas). Sampai masa tuanya, ia bisa membuka studio lukis di Jalan Braga. Tahun itu ia memiliki 12 karyawan dan pelanggan lukisan hasil karyanya.

Di studionya di Jalan Braga itulah ia mulai sering mengolah warna-warna emas. Menurutnya, warna emas adalah simbol dari potensi positif yang ada pada diri manusia. Potensi ini harus digali dengan kerja keras. “Setiap orang memiliki tambang emas yang harus digali,” katanya.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//