• Kolom
  • SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #6: Mengubur Kepala Kerbau untuk Peresmian Tanggal 7 September 1929

SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #6: Mengubur Kepala Kerbau untuk Peresmian Tanggal 7 September 1929

Peresmian Museum Geologi Bandung ditandai dengan mengubur kepala kerbau. Berdasarkan tradisi, demi menghalau makhluk-makhluk jahat.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Museum Geologi merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung, Rabu (25/5/2022). Museum yang dibuka sejak tahun 2000 ini menyimpan dan mengelola materi-materi geologi yang dikumpulkan sejak tahun 1850. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

23 Agustus 2022


BandungBergerak.idSetelah menelusuri lagi koran-koran lama, saya mendapatkan fakta baru terkait peresmian Museum Geologi Bandung. Fakta tersebut berbeda dari tanggal yang selama ini diperingati sebagai hari jadi Museum Geologi, yakni 16 Mei 1929, yang didasarkan pada niat jawatan pertambangan Hindia Belanda untuk memperlihatkan kompleks Geologisch Laboratorium kepada para peserta Fourth Pacific Science Congress antara 16-25 Mei 1929.

Tanggal yang saya temukan adalah 7 September 1929. Keterangannya saya peroleh dari berita Bataviaasch Nieuwsblad edisi Senin, 9 September 1929, dan Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch-Indie edisi Selasa, 10 September 1929.

Dalam Bataviaasch Nieuwsblad, kabarnya disajikan dalam tajuk “Inwijding geologisch Museum” (peresmian museum geologi). Di situ dikatakan gedung museum geologi di dekat Departement van Gouvernementsbedrijven (Gedong Sate) belum sepenuhnya selesai, tetapi pada beberapa taraf sudah dapat digunakan. Pada hari Sabtu yang lalu, para pegawai pribumi melakukan peresmian (museum) dengan jalan mengubur kepala kerbau, menurut adat kebiasaan lama. Penguburan itu merupakan mata acara utama perayaannya (“Zaterdag j. l. is het door het inlandsche personeel alvast naar oude zeden en gebruiken ingewijd, waarbij het begraven van een karbouwenkop met groot ceremonieel”).

Bila dihitung mundur dari edisi koran tersebut, hari Sabtu yang dimaksud jatuh pada 7 September 1929. Ini juga ditegaskan Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch-Indie dengan tajuk “Het geologisch museum”. Meski isi beritanya secara umum sama, tetapi ada beberapa rincian menarik. Misalnya penegasan bahwa meski belum selesai seluruhnya, Museum Geologi sudah beberapa lama digunakan, dan dapat diresmikan pada hari Sabtu pagi (“De voltooiing in zoo goed als gereed, zoodat het, ofschoon al eenigen tijd in gebruik, Zaterdagmorgen officieel kon worden ingewijd”).

Konon, peresmian tersebut digagas terutama oleh para staf bumiputra, berdasarkan tradisi, yaitu menguburkan kepala kerbau, demi menghalau makhluk-makhluk halus yang jahat. Atas peristiwa tersebut, kata berita, banyak pegawai bangsa Eropa yang sangat tertarik, karena sebelumnya belum pernah menyaksikannya. Kepala kerbaunya sendiri dikubur tepat di tengah ambang pintu depan gedungnya (“Het ‘graf’ van den kop was gegraven precies in het midden voor de stoep van het gebouw”). Itu sebabnya titik tersebut menjadi perhatian banyak orang untuk menyaksikannya.

Setelah upacara penguburan kepala kerbau selesai, acara dilanjutkan dengan pertandingan gulat bumiputra dan kenduri (“Na afloop hiervan had Inlandsch worstelen plaats, terwijl daarna een slametan werd gehouden”).

Kata-kata “Zaterdagmorgen officieel kon worden ingewijd” (pada Sabtu pagi secara resmi dibuka atau diresmikan) secara jelas menyatakan bahwa Museum Geologi Bandung diresmikan pada 7 September 1929, disertai fakta peresmiannya dihadiri bukan saja oleh para pegawai bangsa bumiputra yang menggagasnya melainkan juga dengan para staf bangsa Eropa.

Berita tentang peresmian Museum Geologi Bandung pada Sabtu, 7 September 1929. (Sumber: Bataviaasch Nieuwsblad, 9 September 1929)
Berita tentang peresmian Museum Geologi Bandung pada Sabtu, 7 September 1929. (Sumber: Bataviaasch Nieuwsblad, 9 September 1929)

Kunjungan Anggota Volksraad 

Bila dikaitkan dengan kunjungan para anggota Volksraad (dewan rakyat) sehari setelah peresmian itu, yaitu Minggu, 8 September 1929, maka tanggal 7 September saya pikir lebih meyakinkan dijadikan sebagai hari jadi Museum Geologi Bandung. Karena berarti peresmian itu menjadi salah satu bagian dalam rangka penyambutan kepada para anggota dewan rakyat yang memutuskan nasib pembangunan Geologisch Laboratorium, termasuk Museum Geologi, pada sidang tahun 1927.

Berita kunjungan anggota Volksraad ke Bandung disiarkan sejak 4 September 1929 antara lain oleh koran terbitan Bandung, De Koerier. Selanjutnya De Locomotief memberitakannya pada 5 September 1929, Bataviaasch Nieuwsblad pada edisi 6 September 1929.

Dalam De Koerier dikatakan antara 6-8 September, sejumlah anggota Volksraad akan melakukan ekskursi ke Bandung, atas undangan direktur Gouvernementsbedrijven. Agendanya berupa kunjungan ke Cipanunjang, ke instalasi radio yang baru, ke Geologisch Laboratorium, dan mengunjungi fenomena vulkanik Gunung Tangkubanparahu.

Agenda lebih rinci tersaji dalam De Locomotief. Di situ disebutkan sejumlah besar anggota Volksraad akan berekskursi ke Bandung atas undangan direktur Gouvernementsbedrijven. Agendanya, Jum’at, 6 September 1929, ada pengenalan dari Ir. A.J.H. van Leeuwen, kepala bagian teknologi radio jawatan PTT, disambung acara percakapan radio dengan Belanda.

Hari Sabtu, 7 September 1929, antara pukul 06.00-15.00, anggota dewan, berkendara mobil, meninjau kemajuan pembangunan pembangkit listrik tenaga air di Situ Cipanunjang, Pangalengan. Mereka akan berjalan kaki ke Plengan dan Lamajang. Sorenya, pukul 17.00, mereka akan mengunjungi peneropongan bintang Bosscha di Lembang.

Minggu, 8 September 1929, mulai pukul 06.00, anggota Volksraad berangkat ke kawah Gunung Tangkubanparahu melalui Wates (Lembang). Kemudian pada pukul 11.00, mereka akan mengunjungi Geologisch Laboratorium. Dari Bataviaasch Nieuwsblad, bertajuk “Volksraadsleden op Excursie” (anggota dewan rakyat berekskursi), ada tambahan keterangan bahwa anggota dewan rakyat itu akan kembali ke Weltevreden, menggunakan kereta api ekstra pada pukul 14.35.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan, para anggota Volksraad mengunjungi Geologisch Laboratorium, termasuk Museum Geologi, pada hari Minggu, 8 September 1929, antara pukul 11.00 hingga 14.35.

Baca Juga: SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #3: Keterangan Arsitek Henri Menalda van Schouwenburg
SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #4: Tentang Tanggal 16 Mei 1929
SEJARAH MUSEUM GEOLOGI 1929-1945 #5: Pemerolehan Koleksi dan Jumlah Kunjungan antara 1929-1939

Rencana kunjungan anggotaVolksraad ke Bandung antara 6-8 September 1929 sudah tersiar sejak 4 September 1929. (Sumber: De Koerier, 4 September 1929)
Rencana kunjungan anggotaVolksraad ke Bandung antara 6-8 September 1929 sudah tersiar sejak 4 September 1929. (Sumber: De Koerier, 4 September 1929)

Ekskursi Geologi 

Kunjungan anggota Volksraad ke Geologisch Laboratorium dilaporkan secara panjang lebar dalam laporan bersambung Soerabaijasch Handelsblad edisi 10, 13, dan 14 September 1929. Laporannya berjudul “Met den Volksraad op Geologische Excursie” (bersama dewan rakyat berekskursi geologi).

Pada tulisan pertama dikatakan Ir. D. de Jongh, direktur Gouvernementsbedrijven, adalah pihak yang punya gagasan untuk mengundang anggota Volksraad ke Bandung. Pada hari Minggu, 8 September 1929, dalam pidatonya, ketua Volksraad Mr. Meyer Renneft antara lain menyatakan bahwa debat tidak pernah tidak panas bila menyangkut Tangkubanparahu. Kata penulis laporan, rombongan Volksraad dapat melihat langsung pengeluaran anggaran yang ditujukan untuk pembangunan Geologisch Laboratorium, tidak hanya di atas kertas. Di sini sains dan praktik dilakukan dengan sangat gembira, ditambah suhu sejuk Bandung yang sangat menyenangkan.

Di sini, kata penulis, bukan hanya sepuluh insinyur yang akan menyelesaikan kerja Junghuhn dan Reinier Verbeek, tetapi juga para teknisi laboratorium, ditambah intelektual Barat yang suka cita bekerjasama dengan tangan-tangan terampil orang Timur.

Di situ anggota Volksraad menyaksikan seorang tukang sibuk memecah tengkorak besar Mastodon. Mereka juga berkeliling sesuai minatnya masing-masing. Ada yang melihat batubara dari Boekit Assam-mijnen dan intan Montrado. Sementara para anggota Volksraad dari kalangan bumiputra sibuk bertanya-tanya kepada ahli geologi di sana.

Dalam pidatonya, ketua Volksraad menyatakan isi Geologisch Laboratorium sangat menarik, tata bangunannya efisien, dan gaya sederhananya mengagumkan, yang sebagian di antaranya nampak dibangun agak lebih rendah. Intinya, laboratorium tersebut adalah permata bagi semua orang Hindia (“Het laboratorium was een sieraad voor heel Indische!”).

Pada tulisan kedua, saya mendapatkan fakta Anthropologisch Laboratorium disatukan di Geologisch Laboratorium, karena ruangannya cukup. Di sisi lain, para anggota Volksraad sangat tertarik melihat-lihat Museum Geologi. Museum tersebut terbagi menjadi dua sayap, yaitu sayap barat berisi mineral dan sayap timur berisi fosil paleontologi. Dari sisi kepentingan ekonomi Hindia, konon, sayap barat merupakan bagian yang sangat penting. Itu sebabnya, para anggota dewan rakyat itu mula-mula berkeliling di ruangan koleksi mineral.

Tulisan pertama dari laporan kunjungan anggotaVolksraad ke Museum Geologi. (Sumber: Soerabaijasch Handelsblad, 10 September 1929)
Tulisan pertama dari laporan kunjungan anggotaVolksraad ke Museum Geologi. (Sumber: Soerabaijasch Handelsblad, 10 September 1929)

Saat berjalan di sudut logam mulia, tempat ditampilkannya tambang emas Salida, Lebong Simpang, Tambang Sawah, dan lain-lain, optimisime para anggota Volksraad meningkat, karena dalam benaknya urusan kesukaran anggaran akan teratasi. Namun, dalam sekejap harapan itu musnah, sebab bijihnya sudah habis. Namun, ketika uraian tentang dimulainya eksploitasi perak dan emas di Jampang dan Banten Selatan, hadirin tinggal beberapa istri anggota dewan rakyat itu.

Salah seorang anggota dewan menggeleng-gelengkan kepala saat melewati meteorit besar, dengan berat 250 kilogram, yang jatuh di Madiun. Para anggota kemudian menuju Laboratorium Agrogeologi. Menurut penulis laporan, pertautan antara pertanian dengan geologi sangatlah erat. Bahkan dia bilang agrogeologi pertama-tama dan terutama adalah geologi, sehingga jelas termasuk domain Geologisch Laboratorium. Jika tidak demikian, konon, Jawa akan tetap menjadi anak tiri sains, karena kepentingan pertanian haruslah didudukkan pada tempat pertama (“Anders blijft Java als gewoonlijk weer het stiefkind van de wetenschap. De belangen van den tani echter moeten in de eerste plaats in acht worden genomen”).

Pada bagian ketiga, ada uraian dari kepala pemetaan Pulau Jawa Ir. Krol, yang memandu anggota Volksraad ketika berkeliling di Museum Geologi. Katanya, Geologisch Laboratorium menerima banyak permintaan dari lembaga sains Amerika untuk menyediakan replika kerangka fosil Pithecanthropus, berapapun biayanya mereka akan membayar. Perhatian besar juga tertuju pada koleksi Dubois yang saat itu sudah ada di Belanda, padahal biaya penyelidikannya berasal dari pemerintah Hindia.

Pada bagian ini, saya juga mendapatkan fakta tidak kurang dari 30 kaca mikroskopik yang dihasilkan di Geologisch Laboratorium per harinya, sehingga merupakan produksi perlengkapan saintifik terbesar yang dihasilkan di dunia. Semuanya membentuk dasar bagi peta geologi yang besar di aula. Oleh karena itu, area putih yang besar dan menyelimuti Pulau Kalimantan sekarang sudah setengahnya menghilang, sebagai salah satu hasil penyelidikan Ir. Krol, termasuk daerah Serawak yang menjadi tetangga Hindia Belanda.

Umumnya anggota Volksraad juga sangat tertarik kepada fosil mamalia. Daerah Bumiayu banyak menyajikan fosil kerangka, meskipun Gunung Patiayam di Pati, Gunung Kendeng, Gunung Pandanen, dan Gunung Sehu juga mengandung banyak fosil. Di Bumiayu, banyak kawanan Mastodon dan hewan purba lainnya terjebak oleh lahar. Meskipun belum ada satu pun kerangka yang lengkap, tetapi konon setiap saat potongan demi potongan ditambahkan. Termasuk fosil buaya. Itu semua antara lain hasil kerja keras Prof. Gerth dan Dr. Umbrgrove.

Sedangkan para anggota Volksraad sangat tertarik kepada penyelidikan vulkanologi yang dipimpin oleh Dr. Stehn dan bagian petrografi yang dipimpin oleh Dr. Gisolf.

Lalu, apa benang merah antara ekskursi geologi para anggota dewan rakyat Hindia Belanda tersebut tanggal 8 September 1929 dengan peresmian Museum Geologi pada 7 September 1929? Sebagaimana yang sudah saya ungkap di atas, besar kemungkinan peresmian tersebut adalah dalam rangka mempersiapkan penyambutan atas kunjungan anggota Volksraad yang memang sengaja diundang oleh direktur Gouvernementsbedrijven Ir. D. de Jongh, yang pada 1927 di hadapan sidang Volksraad bersikukuh membela pembangunan pentingnya Geologisch Laboratorium.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//