Kerontang
Kemarau panjang karena perubahan iklim terjadi di empat penjuru mata angin. Waduk Jatigede mengering. Begitu juga sungai-sungai yang menjadi nadi Bandung Raya.
Kemarau panjang karena perubahan iklim terjadi di empat penjuru mata angin. Waduk Jatigede mengering. Begitu juga sungai-sungai yang menjadi nadi Bandung Raya.
BandungBergerak.id - Jembatan apung di Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, sepitas tampak seperti jalan biasa dengan kiri kanan dinding pagar pembatas. Padahal sebagaimana namanya, jalan ini adalah jembatan apung yang membentang di atas Sungai Citarum. Musim kemarau yang ganas membuat air sungai yang dilintasi jembatan itu mengering, kecuali sampah-sampah yang berserakan di lumpur tandus.
Jembatan apung merupakan akses utama warga Kecamatan Batujajar menuju Cihampelas dan sebaliknya. Mereka biasa menggunakan sepeda motor untuk melaju di atas jembatan tradisional ini. Keberadaan jembatan apung cukup memangkas waktu karena jembatan beton permanen jaraknya cukup jauh dan harus memutar lebih dari 5 kilometer dari sana.
Sekitar 90 persen aliran air di badan sungai mengering akibat kemarau panjang 3 bulan terakhir. Aliran Citarum di Cihampelas merupakan titik awal pasokan air untuk Waduk Saguling. Potret kekeringan dampak el nino dan perubahan iklim tergambar di sejumlah daerah di wilayah Bandung Raya yang terpantau sejak Juli 2023.
Di kawasan Jelegong, bangkai-bangkai ikan keting (Mystus) terdampar di lumpur perairan Sungai Citarum yang mongering dan tercemar di Desa Jelegong, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, 5 September 2023. Hanya ikan sapu-sapu (Hypostomus plecostomus) yang masih bisa hidup dan banyak dijaring warga.
Saat kemarau tangkapan ikan sapu-sapu ikut susut. Warga menjual daging ikan yang bisa hidup di perairan tercemar ini dengan harga 12.000 rupiah per kilogram. Tanpa pemeriksaan uji laboratorum, daging ikan dari sungai tercemar ini selanjutnya diolah jadi bahan makanan.
Sungai Cikeruh di area irigasi pertanian di Desa Cileunyi Kulon, Bandung, pun mulai mengering sejak Juli 2023. Di tengah ancaman kemarau ekstrem, sungai ini semakin dangkal oleh sedimentasi dan sampah. Aliran air untuk pertanian harus dipompa dari sisa-sisa genangan air di badan sungai yang mengering, bergantian dengan petani lain dari wilayah Sumedang sampai Kabupaten Bandung.
Masih di bulan Juli 2023, warga di area proyek flyover Ciroyom yang berada di jalur feeder kereta cepat Jakarta Bandung di sekitar Pasar Ciroyom, Kota Bandung, masih bisa memanfaatkan sumur umum untuk dipakai mencuci sambil menghemat air sumur di rumah mereka. Sementara warga di permukiman harus mengeluarkan uang ekstra untuk membeli air bersih dengan harga sekitar 4.000 rupiah per jerigen.
Di wilayah Kabupaten Bandung Barat, lanskap Sungai Ciminyak yang mengering menjadi salah satu potret ancaman nyata kemarau panjang dan perubahan iklim. Sungai yang mengalir di Cililin ini hanya menyisakan aliran air mirip selokan pada 29 Agustus 2023.
Sungai Ciminyak merupakan bagian dari genangan Waduk Saguling dengan debit air yang terus menyusut selama kemarau panjang tahun ini. Warga dan petani bercocok tanam di badan sungai yang kemudian berubah jadi hamparan lahan yang cukup subur.
Pada musim kemarau yang tak kenal kompromi ini, sejumlah petani memilih naik dari ladang dan sawahnya, seperti yang dilakukan Indah (46 tahun) dan Ihat (37 tahun). Di saat musim kering, kedua perempuan petani asal Desa Cijenuk ini bekerja di area pembibitan pohon dengan penghasilan 80.000 rupiah per hari.
"Selama kemarau berhenti dulu turun ke sawah. Sekarang kerja di kebun pembibitan pohon keras milik AZ (salah satu raksasa farmasi Eropa) lumayan kerjanya tak banyak menyita waktu," kata Indah.
Gagal Panen
Kemarau yang sangat kering dan lembap juga membuat was-was para petani di Kampung Bojong Jambu, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, ketika memanen padi, 18 September 2023. Rata-rata para petani di wilayah timur Bandung ini bisa memanen 5 ton gabah basah dari 1 hektare sawah. Kemarau membuat penghasilan dari panen menyusut. Minimnya pasokan air jadi biang keladi susutnya volume panen. Petani harus menyedot air dari Sungai Citarik yang debitnya terus surut, sementara air di Sungai Cibodas sudah kering tak bisa lagi disedot.
"Panen kemarau pasti jumlahnya turun, sawah kita kekurangan air. Tapi intinya panen padi saat ini seperti tidak ada harganya. Jumlah panen tak seberapa, hasil penjualan habis untuk membayar pupuk, sewa traktor, dan buruh pekerja, pupuk yang paling makan biaya," kata Aan (69 tahun).
Pria asli Kampung Bojong Jambu ini mengeluhkan sulitnya mendapat pupuk bersubsidi yang harganya murah. Ia juga menyayangkan sifat masyarakat di perdesaan yang saat ini seolah lupa makna gotong royong di saat masa sulit sekarang. Semua petani menyedot air dari sungai, namun tak dibarengi dengan manajemen pembagian yang baik. Aan pernah mendapati selang airnya rusak dibacok dan dibolongi entah oleh siapa. Ia menduga ini pasti masalah berebut air di saat kemarau.
Nun jauh di perairan Waduk Jatigede, Sumedang, sisa-sisa konstruksi bangunan SDN Sukahaji dan perkampungan Desa Cibogo yang seharusnya tenggelam di dasar waduk kini kembali muncul, 3 Oktober 2023. Fenomena ini terjadi karena dampak dari menyusutnya volume air waduk Jatigede selama kemarau panjang.
Daratan-daratan yang muncul kembali di Waduk Jatigede dimanfaatkan warga untuk bercocok tanam, mendirikan warung-warung makan di bekas konstruksi permukiman, dan membuat saung pemancingan ikan di area yang masih berair.
Warga mengatakan, fenomena surutnya air waduk dan munculnya kampung yang tenggelam sudah mulai berlangsung sejak 3 bulan kebelakang. "Ini bekas TK, yang itu SD Sukahaji, sebelahnya bekas tsanawiyah," cerita Salimah (61 tahun), eks warga Desa Cibogo yang dalam 3 bulan terakhir ini mendirikan warung makan di bekas konstruksi rumahnya saat air waduk surut.
Dalam kondisi normal, Waduk Jatigede sendiri difungsikan untuk menambah volume tampungan air guna mendukung 90.000 hektare jaringan irigasi di Indramayu, sebagai pemasok air baku, dan pengaman banjir di area seluas 14.000 hektare.
Bebek tak Berenang
Kembali ke kawasan Bandung, iring-iringan bebek dengan suara berisik berbaris di Sungai Cipamokolan, Kamis, 5 Oktober 2023. Ya, bebek-bebek itu berbaris, tidak berenang, karena air sungai surut sampai ke dasar-dasarnya, hanya menyisakan kubangan-kubangan kecil.
Menurut warga, Sungai Cipamokolan yang mengalir di Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, sudah mengering sejak 3 bulan terakhir selama musim kemarau panjang. Tak sedikit buruh tani beralih menjadi pembuat bata atau kerja serabutan sambil menunggu musim tanam baru dan berharap musim hujan segera datang.
"Biasana tani atau sesekali kerja bangunan. Sekarang mah jadi buruh pabrik bata saja dulu," kata Enjang (40 tahun). Pabrik-pabrik bata merah yang ada di sekitar daerah aliran sungai memang sedang giat berproduksi saat musim kamarau. Konsekuensinya, produksi berlebih harga pun jatuh. Buruh pabrik bata seperti Enjang hanya mendapat upah 100 rupiah dari setiap bata yang dijual satuan seharga 450 rupiah.
BMKG memperkirakan puncak El Nino terjadi pada Agustus sampai September. Sedangkan perkiraan curah hujan akan terjadi di bawah normal dan sangat rendah, bahkan di banyak daerah hujan tidak turun sama sekali dalam beberapa bulan terakhir.
Dampak lain yang dirasa adalah saat sebagian warga tak lagi terjamin pasokan air bersihnya selama kemarau. Harga-harga hasil bumi naik (khususnya beras). Banyak gagal panen, rantai pasok terganggu, kualitas produk pertanian turun, dan harga-harga pun terus berubah. Seperti kondisi lingkungan yang juga terus berubah, semakin memburuk di tengah ancaman krisis iklim yang sangat nyata.
*Foto dan Teks: Prima Mulia, simak Cerita Foto BandungBergerak.id lainnya
COMMENTS