• Foto
  • Robohnya Sekolah Rakyat Malabar

Robohnya Sekolah Rakyat Malabar

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung baru memasukkan Vervoloog Malabar sebagai bangunan berpotensi ditetapkan Obyek yang Diduga Cagar Budaya.

Fotografer Prima Mulia1 Juni 2024

BandungBergerak.idDari kejauhan bangunan Vervoloog Malabar hanya terlihat seperti siluet puing-puing tanpa atap tanpa bilik (dinding anyaman bambu). Padahal bangunan ini memiliki nilai cagar budaya dan sejarah, yaitu sekolah pertama di Pangalengan, tepatnya di Kampung Malabar Ciemas, Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Tanggal 21 Mei 2024 saya terkesiap melihat kondisi bangunan yang sangat bobrok.

Vervoloog Malabar juga dikenal sebagai Sekolah Rakyat (SR) Ciemas atau SR Pangalengan setelah masa kemerdekaan. Yang tersisa dari sekolah berbentuk rumah panggung ini hanya konstruksi balok-balok kayu besar sebagai soko guru bangunan dan bingkai-bingkai jendela besarnya. Beberapa pintu setinggi dua meteran masih terlihat utuh, sisanya hilang.

Satu ruangan kelas yang terbilang utuh pintunya terkunci. Walaupun dinding bilik bambunya mulai robek dan atap sengnya terancam roboh juga. Tiga ruangan kelas lain kondisnya sangat buruk, seperti bangunan yang porak poranda dihantam angin topan.

Pintu-pintu setinggi dua meteran banyak yang raib entah digondol siapa. Semua bilik bambunya nyaris hilang, begitu juga dengan atap sengnya sebagian besar juga hilang. Lantai kayunya masih cukup kokoh tapi sudah mulai ditumbuhi lumut. Jika terus-terusan terekspos guyuran hujan dan panas tanpa upaya perbaikan, mungkin  pada akhir tahun nanti Sekolah Rakyat yang dibangun oleh Karel Albert Rudolf Bosscha pada tahun 1901 ini hanya akan jadi cerita sejarah saja, seperti nasib bangunan cagar budaya lainnya.

Rangka bangunan kayu jadi bingkai mengenaskan saat warga pencari rumput makanan ternak melintas di tanah lapang samping bangunan. Di bagian dalam kelas, wisatawan terdiam melihat kayu-kayu kusen jendela tua berukuran besar yang mulai dimakan lumut, jendela-jendela tua itu membingkai pemandangan gunung berselimut kabut di latar belakang.

Satu jama sebelumnya anak-anak SDN Malabar masih terlihat berolahraga bersama guru mereka di tanah lapang samping eks Vervoloog Malabar. Di tanah lapang ini dulunya berdiri satu bagian vervoloog, namun habis dilalap api pada peristiwa kebakaran tahun 2006.

Entah sudah berapa kali saya hiking menjelajah kebun teh Malabar, bangunan vervoolog ini selalu jadi obyek yang dilewati. Sampai tahun 2019 sekitar 90 persen kondisi bangunannya masih utuh, paling ada beberapa bagian biliknya mulai robek tapi itu mudah diperbaiki. Masuk masa pandemi tahun 2020 sampai 2022 kondisi bangunan mulai banyak kerusakan. Seperti atap seng dan bilik bambunya mulai bolong-bolong.

Tahun 2023 kondisinya sudah semakin rusak. Agaknya ada pembiaran entah dengan alasan apa, yang pasti dalam kurun waktu 4 tahun terakhir ini akhirnya Vervoloog Malabar seperti yang terlihat sekarang. Konon keluarga Bosscha pernah memberi bantuan 100 juta rupiah untuk perbaikan vervoloog, tapi entah seperti apa kelanjutannya.

Upaya pelestarian pernah dilakukan salah satunya dengan memanfaatkan bangunan ini untuk pendidikan luar biasa (SLB) sekitar tahun 2004 atau 2005. Yang cukup konsisten dalam upaya konservasi adalah komunitas Malabar 1901 yang punya niat untuk terus mengaktifkan kembali kegiatan di Vervoloog Malabar demi upaya pelestarian dan merawat sejarah ke generasi yang baru termasuk anak-anak sekolah.

Poster-poster yang menempel di sisa pintu ruang kelas vervoloog yang masih utuh adalah jejak para pemerhati dan pelestari sejarah di Pangalengan yang masih peduli dengan kondisi bangunan yang kian merana itu. Upaya lain melalui penggalangan dana secara daring melalui sharinghappines.org untuk renovasi Vervoloog Malabar.

Beruntung konstruksi rumah panggung Vervoloog Malabar menjadikan bangunan ini tahan gempa. Gempa bumi Jawa Barat magnitudo 7 tahun 2009 lalu yang mengguncang Bandung, Tasikmalaya, Cianjur, dan Garut, merusak infrastruktur di beberapa wilayah di Jawa Barat.

Gempa ini merusak hampir sebagian besar bangunan dan fasilitas publik di Pangalengan, kecuali Vervoloog Malabar, imah hideung (rumah pekerja kebun teh yang dibangun Bosscha), dan rumah-rumah panggung di perkampungan lain termasuk rumah-rumah Belanda yang konstruksinya tahan gempa.

Lantas tanggung jawab siapa untuk perbaikan dan perawatan Vervoloog Malabar? Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung yang membidangi kebudayaan hanya melakukan perawatan dan perbaikan pada cagar budaya yang sudah ditetapkan. Aturannya ada di UU No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Demikian jawaban dari pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung melalui pesan WhatsApp.

Dinas terkait juga berkewajiban menetapkan beberapa Obyek yang Diduga Cagar Budaya (ODCB) yang berpotensi ditetapkan menjadi Cagar Budaya. Dinas memiliki beberapa daftar ODCB yang secara berkala dikurasi dan diobservasi kelayaknnya bersama Tim Ahli Cagar Budaya (TACB).

Untuk Vervolog Malabar atau SR Pangalengan belum masuk dalam daftar ODCB, bersamaan dengan bangunan/situs/benda lain yang berpotensi masuk menjadi ODCB masih didata dan belum terobservasi.

Alurnya, dinas mengkurasi ulang data ODCB yang sudah terdata, setelah itu mendata ulang ODCB. Dari data dan daftar ODCB tersebut yang kemudian akan ditetapkan jadi CB tingkat kabupaten. Sejauh ini dinas baru memasukkan Vervoloog Malabar atau SR Pangalengan bersama dengan bangunan/situs/benda lainnya yang berpotensi untuk ditetapkan sebagai ODCB, demikian jawaban Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung.

Minimnya tenaga ahli di bidang cagar budaya jadi kendala pembentukan tim penetapan cagar budaya di Kabupaten Bandung. Padahal begitu banyak ODCB di Kabupaten Bandung yang latar sejarahnya sangat jelas untuk mempermudah riset dari TACB.

Sedangkan bagian sekretariat PT Perkebunan Nusantara VIII sebagai pemilik lahan perkebunan di mana Vervoloog Malabar berada menyatakan, aset berupa bangunan eks vervoloog yang terancam roboh tersebut bukan milik PTPN VIII. Bangunan ini memang berada di HGU PTPN VIII, namun untuk pemeliharaannya sudah menjadi tanggung jawab Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, demikian pernyataan dari sekretariat PTPN VIII melalui WhatsApp.

Apa Kata Alumnus?

Undang, pria berusia 83 tahun yang saat ini bekerja sebagai penarik ojek pangkalan di kawasan Pintu Malabar, adalah salah satu alumnus Vervoloog Malabar. Undang menyebut Vervoloog Malabar dengan sebutan SR Ciemas.

"Tahun 1958 abah sudah lulus dari SR Ciemas (Vervoloog Malabar), sekolah ini dulu  dibangun oleh Bosscha. Kondisinya dulu mah bagus, tidak seperti sekarang. Ah nggak ada bantuan apa pun dari pemerintah,” kata Undang.

Dahulu SR Ciemas satu-satunya sekolah di Pangalengan. Semua anak-anak Pangalengan sekolahnya di SR ini. “Zaman abah masuk SR mah kan kita sudah merdeka ya, orang tua abah dulu juga sekolah di sana, lalu kerja di rumah pegawai perkebunan yang orang Belanda," lanjut Undang.

Undang mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat Malabar di masa kepemimpinan Administratur Van Deer Meer (1945-1948) dan Brewer (1955-1958). Undang tidak tahu nama administratur di zaman ayah dan kakeknya sekolah SR Malabar. Namun, boleh jadi kakeknya Undang sekolah di masa Administratur Karel Albert Rudolf Bosscha (1896-1928) sedangkan ayahnya mungkin di masa administratur R.A. Kerkhoven (1928-1934) atau Ermeling (1934-1942).

Bangunan SR Malabar seharusnya wajar jika berstatus Cagar Budaya mengingat catatan sejarah panjangnya yang begitu terang benderang. Vervoloog Malabar jadi satu-satunya sekolah di dataran tinggi Pangalengan (1,524 mdpl) waktu itu. Saksi bisu perjuangan Bosscha agar generasi muda Pangalengan bebas buta huruf dan pandai berhitung ini berdiri di area PTPN VIII di wilayah Pemerintah Kabupaten Bandung. Aset negara di tanah negara tapi diabaikan negara.

*Foto dan Teks: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//