• Cerita
  • Membangunkan Singa Depok di Dago Elos

Membangunkan Singa Depok di Dago Elos

Beragam acara digelar untuk menghidupkan ruang-ruang di Dago Elos, Bandung. Singa depok sebagai simbol perlawanan warga terhadap penggusuran.

Pertunjukan kesenian singa depok di Dago Elos, Bandung, Minggu, 4 September 2022. Rangkaian acara digelar menghidupkan ruang-ruang di Dago Elos. (Sumber Foto: Instagram Dago Melawan)

Penulis Sherani Soraya Putri16 September 2022


BandungBergerak.idAnak-anak tertawa lepas saat naik ke atas punggung singa depok yang diusung empat pemuda berpakaian hitam. Mereka menari diiringi gamelan, disaksikan orang tua dan anak-lainnya. Hari itu singa depok bangun dari tidurnya, menyuarakan perlawanan terhadap siapa pun yang akan merampas tanah rakyat di Dago Elos.

Pertunjukan kesenian singa depok di Dago Elos mulai berlangsung Minggu, 4 September 2022. Rencananya, kesenian Singa depok di Dago Elos akan digelar setiap satu minggu sekali.

Admin Instagram Dagomelawan mengabarkan bahwa tiga tahun ke belakang pagelaran Singa depok pernah digelar di Dago Elos. Setelah lama tertidur, singa depok kini dipentaskan kembali dengan hadirnya kelompok seni Balebat Pakidulan dari Ujungberung.

“Setalah putusan PK terdengar ditelinga kami, kabar itu membuat singa yang lama tertidur untuk bangkit & melawan,” demikian catatan admin Dago Melawan, dikutip Jumat (16/9/2022).

Kesenian singa depok sarat simbol perlawanan. Singa depok dipentaskan untuk menumbuhkan benih perlawanan yang sudah lama terkubur, sekaligus ajang pengumpulan donasi untuk biaya persidangan sengketa lahan Dago Elos.

Kasus sengketa lahan mendorong warga Dago Elos dan Cirapuhan untuk terus merapatkan barisan. Ruang-ruang pertunjukan dihidupkan dengan acara literasi, musik, pameran, acara anak-anak, dan kebudayaan seperti pentas singa depok. Acara-acara ini menegaskan bahwa merekalah yang merawat tanah dan berhak memilikinya.  

Respons warga terhadap kesenian Singa depok tampak antusias. Bahkan apabila dibandingkan dengan acara lainnya, banyak warga Dago Elos yang lebih tertarik dengan pertunjukan seni yang menjadi ciri khas daerahnya, dibandingkan penampilan seni modern.

“Tujuannya untuk mempertahankan budaya itu, karena anak zaman sekarang terhadap kesenian itu kurang. Saya ngelihat upaya yang positif juga untuk mempertahankan budayanya dan rumahnya,” ujar Indro, dari Aliansi Rakyat Antipenggusuran, kepada BandungBergerak.id, Selasa (13/09/2022).

Indro menganggap aktivasi ruang adalah kegiatan yang sangat penting untuk Dago Elos. Selain mengabarkan permasalahan sengketa lahan yang sedang terjadi, pemanfaatan ruang ini juga dimanfaatkan untuk mengangkat persoalan terkini seperti kenaikan BBM maupun RKUHP. Walaupun demikian, fokus utama aktivasi ruang lebih ditekankan pada permasalahan perampasan ruang hidup warga Dago Elos.

Namun yang jelas, forum warga dan aliansi tidak menutup akses bagi masyarakat sipil lainnya yang perlu menyuarakan isu penting selain penggusuran lahan. Syaratnya, isu yang diangkat harus berpihak pada kaum tertindas. Karena bagaimanapun, suara dari berbagai elemen masyarakat sangat diperlukan untuk melawan ketidakadilan, yakni dengan adanya penguatan jaringan lintas sektor maupun lintas daerah. Di mana akan memberikan dampak besar terhadap keberlanjutan pembelaan kasus terkait.

“Kita butuh dukungan sebanyak-banyaknya, penting sekali, dari situ kita bisa mengampanyekan berbagai isu, bukan hanya penggusuran. Siapa pun yang tidak sepakat dengan penindasan, kalau memang butuh menggunakan tempat di sini silakan dipakai,” ajaknya.

Warga Dago Elos menjalin komunikasi dengan warga di titik-titik penggusuran lainnya di Kota Bandung, seperti Tamansari dan Anyer Dalam.

Babak Pengadilan

Tahun 2016 warga Dago Elos dan Cirapuhan didugat ke Pengadilan Negeri Bandung oleh ahli waris yang mengklaim memiliki bukti kepemilikan tanah pada zaman Belanda. Anehnya, ahli waris memberikan kuasa gugatan kepada pengembang properti.

Gugatan ini tentunya menjadi ancaman bagi warga yang telah lama tinggal di tanah itu sejak era kemerdekaan. Baik orang tua maupun anak-anak tentu mengalami kekhawatiran yang besar akan terusir dari kampung halaman sendiri.

Maka sejak itulah aliansi dan forum warga bergerak untuk mengadakan berbagai kegiatan-kegiatan. Di antaranya, Festival Kampung Kota pertama, guna meningkatkan semangat untuk berjuang. Menurut Indro, festival ini dapat dikatakan sebagai yang paling besar di Dago Elos.

Di saat yang sama, kasus gugatan masuk ke proses banding. Warga bersama solidaritas semakin giat menggelar mumusikan, mewarnai dan menggambar, serta acara kesenian lainnya. Para orang tua terlibat aktif menggelar diskusi bersama tim kuasa hukum serta ahli pertanahan dan sosial lainnya.

Pada 2020, putusan kasasi Mahkamah Agung (MA) menyatakan warga menang. Mereka pun bisa merasa tenang. Fokus mereka kini pada pengurusan legitimasi tanah. Walaupun begitu, warga tetap dibayangi kekhawatiran penggusuran mengingat putusan kasasi masih bisa dimentahkan oleh proses hukum yang lebih tinggi lagi, yaitu Peninjauan Kembali.

“Cuma karena kita komunikasi terus sama tim forum dan kuasa hukum, pertanyaan itu sudah terjawab, sudah relatif tenang. Cuma itu tugas kita untuk terus bertahan dan mempertahankan rumahnya di sini,” kata Indro.

Antara tahun 2019-2021, perhatian tim aliansi terbagi dengan titik sengketa lainnya, yaitu Tamansari. Kemudian tahun 2021-2022, Anyer Dalam juga mengalami persoalan serupa.

Pada dasarnya tim aliansi dan warga telah mempertimbangkan kemungkinan PK di kemudian hari setelah warga Dago Elos menang tingkat kasasi. “Pertimbangannya, untuk menang di MA, kecil untuk kena yang lain-lain lagi. Cuma memang ternyata benar ketimpa hal yang aneh-aneh lagi,” katanya.

Baca Juga: Dago Elos Melawan: Nepi Sabubukna
Dago Elos dalam Angka, Warisan Kolonial Merongrong Warga
Warga Dago Elos Merebut Kemerdekaan di Tanah Sendiri

Grafiti di Dago Elos, Bandung, menyuarakan perlawanan terhadap gugatan ahli waris dan pengembang, 30 Juni 2022. Warga Dago Elos terus menghidupkan ruang-ruang kehidupan mereka untuk mempertahankan tanah. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Grafiti di Dago Elos, Bandung, menyuarakan perlawanan terhadap gugatan ahli waris dan pengembang, 30 Juni 2022. Warga Dago Elos terus menghidupkan ruang-ruang kehidupan mereka untuk mempertahankan tanah. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Ruang Aktivasi

Kemenangan yang telah dirasakan sebelumnya hanya bertahan sebentar, karena itu semangat juang terus diupayakan lagi untuk kebaikan warga dan anak-anak. Pada bulan Juni-Agustus 2022, kegiatan aktivasi dilakukan dengan adanya berbagai agenda.

Rangkaian acara yang rutin digelar menjadi kesempatan bagi warga untuk mendapatkan sedikit penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti membuka lapak berjualan di acara yang diselenggarakan.

Indro berujar secara keseluruhan acara demi acara memberikan dampak yang positif terhadap warga dan anak-anak. “Kalau dari warganya membentuk Dago Melawan, kalau kita dari aliansi men-support warga, bukan kita yang ambil kendali,” tandasnya.

Pun dari massa yang datang jumlahnya lebih banyak, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya dukungan pada Dago Elos. Salah satunya menggunakan pemanfaatan media sosial. Indro menegaskan tidak akan mungkin acara ramai tanpa melibatkan peran media sosial.

“Beberapa dari kita yang sudah banyak pengetahuan medsos, coba diperbanyak lagi kemampuan di medsosnya,” usulnya.

Dalam proses penyelengaraan acara berdasarkan pada solidaritas kawan-kawan yang peduli terhadap isu di Dago Elos. Apabila ada pihak yang ingin mengusulkan diadakannya acara di sini, tim aliansi dan warga sangat menerima dengan tangan terbuka. Biasanya mereka akan mengumpulkan orang-orang yang ingin terlibat, baik dari aliansi atau warga akan membantu mendukung acara tersebut.

“Misal butuh alat-alat kita bisa patungan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, jadi memang untuk misal dalam konteks ngadain acara, uang nggak selalu jadi masalah, murni solidaritas,” ungkap Indro.

Relasi Orang Tua dan Anak

Indro menceritakan tentang kondisi orang tua dan anak-anak di tengah ancaman penggusuran. Kondisi mereka cukup terganggu secara psikologis. Karena itu ada acara khusus untuk anak, misalnya acara menggambar yang cukup efektif menghibur anak-anak.

Di sisi lain untuk mengembangkan pendidikan literasi kepada anak-anak, dibuat pula perpustakaan oleh inisiatif kawan-kawan yang memiliki kepedulian terhadap Dago Elos. Lebih lanjut lagi nantinya akan ada kelas bahasa Inggris.

Dari sisi orang tua, tentu sedikit pengetahuan tentang hukum diperlukan untuk bisa memahami proses advokasi yang sedang warga jalani. Namun Indro menyampaikan bahwa selama ini kebutuhan tersebut sudah cukup didapatkan melalui komunikasi intens antara warga, aliansi dan kuasa hukum ketika merancang atau menetapkan suatu keputusan. Sehingga suatu bantuan pelatihan hukum secara berkelanjutan tidak terlalu diperlukan untuk saat ini.

Menguatkan Warga

Setelah mengadakan serangkaian acara di bulan Agustus, aliansi dan forum warga menitikberatkan untuk mendorong kekuatan warga. Hasilnya nanti segala sesuatu itu akan datang dari warga.

“Kita ingin empowering warga, bulan September sampe ke depannya kita kuatin lagi di warga, agar mereka yang lebih bergerak,” ungkap Indro.

Forum warga akan dijadikan sebagai ruang untuk menimbang lagi langkah berikutnya setelah PK kedua. Dari informasi yang Indro dapatkan ketika ada PK 2, prosesnya pasti akan jauh lebih sulit dan berat.

Akan tetapi harapan harus terus dirawat dan ditumbuhkan, agar memicu kekuatan besar untuk mempertahankan dan melawan segala bentuk ketidakadilan terhadap warga Dago Elos. Oleh karena itu diharapkan kepada negara dan korporasi, baik di pusat maupun daerah untuk mengerti dan memahami bahwa jangan bertindak sewenang-wenang kepada warga yang tinggal di tempat. Bagaimanapun warga memiliki hak untuk tinggal disana.

“Mulailah berhenti melakukan penggusuran dan cobalah menggunakan alternatif lain untuk memenuhi kepentingannya,” tutupnya.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//