• Opini
  • Daun Singkong sebagai Bahan Baku Pembuatan Kantong Plastik Ramah Lingkungan

Daun Singkong sebagai Bahan Baku Pembuatan Kantong Plastik Ramah Lingkungan

Penggunaan kantong plastik dalam kehidupan sehari-hari mungkin terlihat sepele. Tetapi pemakaian plastik memiliki dampak bahaya berkepanjangan.

Sheryl Devina Tjandra

Mahasiswi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar)

Seorang pemulung mengais sampah plastik bekas minuman saat perahunya di pinggir Sungai Citarum, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 11 Desember 2022. Menurut data dari Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, timbunan sampah di Daerah Aliran Sungai Citarum dari 8 wilayah kota dan kabupaten mencapai 15.838 ton per hari. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

29 Desember 2022


BandungBergerak.id - Isu lingkungan khususnya pencemaran sampah plastik kini menjadi masalah yang mendunia. Begitu juga di Indonesia di mana penggunaan kantong plastik telah menyebabkan permasalahan lingkungan yang sangat serius.

Semakin hari volume penggunaan kantong plastik di Indonesia semakin tinggi. Jika tidak ditangani dengan benar atau hanya dibiarkan saja, maka akan menyebabkan permasalahan bagi lingkungan dan manusia. Berbagai inovasi telah ditawarkan agar sampah kantong plastik di bisa berkurang.

Salah satu inovasi di bidang plastik ialah pembuatan kantong plastik ramah lingkungan, eco-friendly, yaitu plastik dari bahan baku konsentrat daun singkong.

Permasalahan Kantong Plastik di Indonesia

Isu lingkungan mengenai sampah plastik di Indonesia sudah menjadi rahasia umum. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan volume sampah di Indonesia pada tahun 2021 tercatat 68,5 juta ton. Berdasarkan data tersebut, sebanyak 17 persen atau sekitar 11,6 juta ton sampah di Indonesia disumbang oleh sampah plastik. Dapat kita simpulkan permasalahan sampah plastik di Indonesia adalah masalah yang sangat serius.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan sehari-hari sangatlah bergantung pada plastik. Selain harganya yang terjangkau dan mudah digunakan, pembuatan plastik juga dapat dibilang relatif mudah. Hal ini yang membuat kehidupan sehari-hari sangatlah bergantung pada plastik.

Hampir semua kemasan makanan maupun minuman menggunakan plastik. Belum lagi penggunaan plastik untuk kebutuhan lain, seperti peralatan makan, mainan anak-anak, perabotan rumah tangga, peralatan elektronik, peralatan medis, dan sebagainya.

Dengan kata lain, penggunaan plastik khususnya kantong plastik di Indonesia masih menjadi konsumsi sehari-hari. Sebagai contoh, saat berbelanja kita pasti menggunakan kantong plastik untuk membawa barang bawaan yang kita beli. Selain itu, semenjak pandemi tingkat belanja online meningkat. Pembungkusan dari barang-barang yang kita beli secara online sering kali menggunakan kantong plastik yang berlebihan, berlapis-lapis, bahkan ditambah bubble wrap.

Selain peningkatan belanja online, penggunaan layanan pesan antar makanan online pun meningkat. Sebelum pandemi, kebanyakan masyarakat lebih suka makan langsung di restoran  dibandingkan take away. Dampak yang dihasilkan oleh pandemi membuat masyarakat lebih suka membeli makanan secara online dengan menggunakan jasa layanan antar sehingga makanan dibungkus dengan kantong plastik.

Peningkatan dari take away ataupun membeli makanan secara online dengan menggunakan jasa layanan antar membuat penggunaan kantong plastik pun meningkat. Sering terlihat bahwa pihak restoran kerap kali menggunakan kantong plastik berlapis-lapis untuk membungkus makanan tersebut. Hal ini sebenarnya untuk menjaga keamanan dari makanannya. Akan tetapi penggunaan kantong plastik yang berlebihan ini menimbulkan dampak yang berbahaya bagi lingkungan.

Baca Juga: Volume Sampah Plastik per Hari di Kota Bandung 2008-2020
5 Jenis Produksi Sampah Terbesar di Kota Bandung 2020
Jutaan Lembar Sampah Plastik Cemari Laut Indonesia

Dampak Kantong Plastik

Penggunaan kantong plastik dalam kehidupan sehari-hari mungkin terlihat sepele. Tetapi pemakaian plastik memiliki dampak yang berkepanjangan. Sifat kantong plastik tidak mudah diurai secara alamiah. Membutuhkan beratus-ratus tahun agar kantong plastik dapat terurai.

Bahkan plastik berbahaya jika dimusnahkan dengan cara dibakar. Proses pembakaran kantong plastik yang dilakukan di ruang terbuka dapat mengakibatkan terjadinya polusi udara. Plastik berasal dari bahan olahan campuran dari berbagai bahan kimia. Jika plastik dibakar, maka akan melepaskan dioksin atau bahan kimia beracun ke udara.

Dioksin merupakan salah satu hasil bahan kimia yang berbahaya dari pembakaran sampah. Jika dioksin terhirup oleh manusia, maka akan menimbulkan masalah pada pernapasan. Selain dioksin, pembakaran sampah juga akan melepaskan benzo(a)pyrene (BAP) dan polyaromatic hydrocarbon (PAH). Kedua bahan ini sudah sangat terkenal sebagai penyebab kanker.

Belum lagi dengan sampah kantong plastik yang terbawa arus sungai. Sampah ini akan menumpuk di satu titik dan akan menyebabkan penyumbatan hingga mengakibatkan banjir. Selain banjir, sampah kantong plastik juga menimbulkan pencemaran air sehingga masyarakat sulit mendapatkan air bersih. Sampah kantong plastik yang terbawa arus sungai ini dapat terurai menjadi butiran-butiran kecil. Butiran-butiran kecil dari sampah kantong plastik tidak dapat terurai secara langsung oleh bakteri. Masalah ini dapat membahayakan kesehatan, baik hewan yang tinggal di dalamnya seperti plankton maupun ikan. Bahkan ikan yang dikonsumsi manusia bisa tercemar sampah plastik. Jadi jelas sampah plastik membahayakan kesehatan manusia.

Proses penguraian kantong plastik yang tertimbun dalam tanah menghasilkan partikel mikroplastik dan zat kimia lainnya. Partikel mikroplastik dan zat kimia ini dapat menempel pada tumbuhan (sayur-sayuran dan buah-buahan) yang tertanam di dalamnya. Jika sayur-sayuran dan buah-buahan tersebut dikonsumsi oleh manusia, maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Selain itu, tanah yang sudah terkontaminasi oleh sampah kantong plastik akan menurunkan tingkat kesuburannya.

Alternatif Pembuatan Bahan Baku Kantong Plastik

Seiring berkembangnya zaman, inovasi meningkat. Untuk mengurangi sampah kantong plastik maka diciptakanlah pembuatan kantong plastik alternatif yang lebih ramah lingkungan. Kantong-kantong plastik ini lebih dikenal dengan sebutan bioplastik. Bioplastik sendiri terbuat dari bahan baku tumbuhan. Tujuan diciptakannya bioplastik adalah agar tidak terjadi penimbunan sampah kantong plastik. Seperti yang kita ketahui, penguraian kantong plastik membutuhkan waktu yang sangat lama. Bioplastik akan lebih mudah terurai secara alamiah.

Salah satu contoh bahan baku dari bioplastik adalah singkong. Bioplastik berbahan baku daun singkong ini diambil dari patinya karena struktur dari pati singkong memiliki kemiripan dengan struktur polimer pada bahan kantong plastik biasa. Bioplastik dengan berbahan baku konsentrat daun singkong sangatlah ramah lingkungan.

Seperti yang kita ketahui, singkong merupakan makanan pokok orang Indonesia, tetapi siapa yang sangka bahwa bagian daunnya dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan baku pembuatan bioplastik. Bioplastik yang terbuat dari bahan baku daun singkong dapat kembali menyatu dengan tanah dan menjadi kompos alami dalam kurun waktu kurang lebih dua sampai enam bulan. Pengurainnya pun sangat mudah, cukup dengan direndam dalam air hangat. Walaupun bioplastik yang terbuat dari bahan baku daun singkong tidak dapat dipakai berkali-kali, tetapi dapat mengurangi limbah plastik di Indonesia.

Alasan Perusahaan di Indonesia Jarang Menggunakan Bioplastik

Masih banyak perusahaan di Indonesia yang masih belum menggunakan bioplastik dengan alasan plastik konvensional lebih murah daripada bioplastik. Tidak hanya itu, proses produksi bioplastik membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal daripada proses produksi plastik konvensional. Selain proses produksi yang membutuhkan biaya yang relatif mahal, proses produksi dari bioplastik membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 5 hari, sehingga akan cukup sulit untuk memproduksi bioplastik secara massal.

Sementara itu, banyak perusahaan membutuhkan kantong plastik dalam jumlah yang masif dengan waktu yang singkat untuk memaksimalkan kinerja dari perusahaan tersebut. Maka dari itu, banyak perusahaan yang lebih memilih kantong plastik konvensional untuk meningkatkan produktivitas perusahaannya.

Seperti yang kita ketahui, daun singkong juga dapat dijadikan bahan pangan. Akibatnya, banyak perusahaan di Indonesia jarang menggunakan bioplastik berbahan baku daun singkong. Hal ini disebabkan karena bahan baku yang digunakan merupakan bahan pangan masyarakat Indonesia sehingga akan meningkatkan kompetisi akan kebutuhan bahan makanan. Maka, tidak heran masih banyak perusahaan di Indonesia yang jarang menggunakan bioplastik.

Kendati demikian, peran bioplastik sangatlah penting bagi kehidupan manusia saat ini untuk mengatasi isu lingkungan. Sebab, bioplastik dibuat dari bahan baku organik. Bahan baku organik berarti bahan baku yang ramah lingkungan dan mudah teruraikan oleh alam. Berbeda dengan kantong plastik konvensional yang membutuhkan ratusan tahun untuk terurai.

Dengan adanya bioplastik, maka penimbunan sampah kantong plastik di Indonesia dapat berkurang. Namun, penggunaan bioplastik masih jarang ditemukan karena beberapa faktor yang tidak mendukung dalam penggunaan bioplastik.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//