Akhir Tahun 2022 Warga Jawa Barat Bahagia? Mari Kita Tengok Angka Kemiskinannya
Jawa Barat memiliki masalah serius soal kemikinan. Ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum yang masa kerjanya kurang dari setahun.
Penulis Iman Herdiana4 Januari 2023
BandungBergerak.id - Sedih dan gembira ibarat satu mata uang yang kerap dikantongi manusia di saku celananya. Sedih bisa berubah menjadi gembira dalam hitungan detik. Begitu juga sebaliknya.
Malam pergantian tahun baru kemarin, misalnya, identik dengan acara-acara untuk merangsang kegembiraan: pelesir, meniup terompet, menyalakan kembang api, bakar-bakaran, dan sebagainya.
Tapi itu pun hanya sesaat. Mulai Januari dan bulan-bulan berikutnya kehidupan terus menemukan dinamikanya. Pekerja melajutkan pekerjaanya, pengangguran melanjutkan pencarian kerjanya, warga miskin berusaha bertahan di hadapan sulitnya kehidupan, dan seterusnya.
Semua itu dipastikan dialami pula oleh warga Jawa Barat yang kini memasuki tahun 2023. Pada pergantian tahun kemarin Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan bahwa situasi tahun baru di provinsi yang dipimpinya berlangsung kondusif.
Ridwan Kamil melaporkan situasi tersebut saat video conference dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dari Gedung Sate Kota Bandung, dalam siaran pers, Sabtu (31/12/2022). Bahwa pergerakan masyarakat Jawa Barat terpantau aman terkendali dan merasakan kegembiraan malam pergantian tahun baru 2023 dengan nyaman.
Meskipun demikian, Ridwan Kamil berpesan kepada seluruh masyarakat Jawa Barat yang berbahagia merayakan malam pergantian tahun untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan.
"Secara umum laporan malam ini terjadi kepadatan tapi masih terkendali. Saya melihat warga semua 100 persen happy tinggal mudah-mudahan tidak ada sampah biasanya masalah pascamalam tahun baru sampah," kata Ridwan Kamil.
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk besar, sekitar 50 juta jiwa. Mereka tinggal di wilayah yang luas, di perdesaan dan perkotaan. Di balik jumlah penduduk yang besar tersebut tentu tidak semunya bernasib baik-baik saja jika diukur dari sisi ekonomi, misalnya.
Masalah ekonomi kerap bikin warga dirundung kesedihan, yaitu kemiskinan. Mungkin pada pergantian malam tahun baru 100 persen warga Jawa Barat happy karena menyambut tahun 2023. Tetapi mungkin juga tidak.
Menurut BPS Jabar, jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 sebesar 4,07 juta orang, naik 66,1 ribu orang terhadap jumlah penduduk miskin pada September 2021.
Meski demikian, BPS Jabar mencatat persentase penduduk miskin perkotaan di Jawa Barat pada Maret 2021 sebesar 7,82 persen, turun menjadi 7,57 persen pada Maret 2022. Sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret 2021 sebesar 10,46 persen, turun menjadi 9,88 persen pada Maret. 2022.
Angka-angka tersebut, meski naik turun, menunjukkan Jawa Barat memiliki masalah serius soal kemikinan dan ketimpangan sosial. Ini yang menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintahan daerah yang dipimpin Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum yang kini masa kerjanya kurang dari setahun lagi, habis pada 5 September 2023.
Lebih jelasnya mengenai tren kemiskinan Jawa Barat dirinci dalam data terbuka Jawa Barat, di mana pada September 2020 jumlah kemiskinan di perkotaan sebanyak 3 juta jiwa dan perdesaan 1,18 juta jiwa.
Angka itu naik pada Maret 2021, kemiskinan perkotaan 3,05 juta jiwa dan kemiskinan perdesaan 1,14 juta jiwa. Angka-angka ini tentunya akan berpengaruh pada indeks kebahagiaan warga Jawa Barat. Sebab ada sekitar 4 juta warga yang dirundung kesedihan karena didera kemiskinan.
Baca Juga: Ratusan Ribu Warga Jabar Mengalami Kemiskinan Ekstrem
Bandung Bertahun-tahun Menghadapi Masalah Kemiskinan
HUT Jawa Barat, dari Masalah Pengangguran hingga Lingkungan Menjadi Sorotan
Kualitas SDM Jawa Barat
Masalah kemiskinan Jawa Barat juga menjadi sorotan Rektor Universitas Padjadjaran (Unpar) Rina Indiastuti. Rektor kampus negeri yang berdiri di Bandung dan Jatinangor, Sumedang, itu mengatakan kunci dari pemerataan kesejahteraan pembangunan Jawa Barat adalah meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusianya.
Menurut Rina, Jabar memiliki beragam potensi yang luar biasa. Di sektor ekonomi, selain menjadi sasaran investasi terbesar, provinsi ini juga memiliki potensi ekspor yang tinggi, hingga mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari nasional.
Namun, di sisi lain, tingkat pengangguran dan kemiskinannya juga masih tinggi. Soal ini menjadi permasalahan substansial yang masih menjadi pekerjaan rumah di Jabar.
“Kalau melihat struktur masalahnya, Jabar itu ibarat pohon yang tinggi menjulang tetapi cabang-cabangnya belum mampu meneduhkan banyak orang. Pohonnya kuat tetapi kurang rindang,” kata Rektor, saat menjadi pembicara pada acara Dialog Lintas Bandung Pagi “Refleksi Pembangunan Jawa Barat 2022 dan Prospek 2023”, dikutip dari laman Unpad, Senin (2/1/2023).
Menghadapi 2023, Jabar diprediksi memiliki potensi di bidang pertumbuhan ekonomi yang kuat. Agar potensi ini mampu menghasilkan efek domino yang baik, peningkatan kualitas dan produktivitas SDM perlu diperkuat.
“Bayangkan saja, investor mau masuk, tetapi ternyata orangnya mau kerja tetapi keterampillanya masih tradisional,” tutur Rektor.
Rektor memaparkan, penambahan keterampilan SDM Jabar dengan berbagai keterampilan modern sangat diperlukan. Salah satunya penguatan keterampilan digital. Selain itu, penguatan etos kerja juga penting dilakukan oleh SDM Jabar.
“Ini masalah substansial yang perlu diselesaikan,” kata Rektor.