CERITA DARI BANDUNG BARAT #9: Jalan Menuju Stasiun Tagogapu
Andi Kupat Tahu menyinggung beberapa peristiwa terkait Stasiun Tagogapu, mulai dari orang yang tertabrak kereta api, syuting film, dan lain-lain.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah26 Februari 2023
BandungBergerak.id - Melintas di jalur Tagogapu menuju Cikalongwetan mengingatkan saya akan perjalanan ke Stasiun Tagogapu, stasiun bersejarah di Kabupaten Bandung Barat yang kini tidak lagi beroperasi. Ceritanya terjadi pada Juni 2022, bertepatan dengan momen kelahiran Kabupaten Bandung Barat.
Hari Kamis (2/06/22), kebetulan gerimis. Lalu lintas dari Padalarang menuju Tagogapu tampak sibuk. Sebelum menuju Stasiun Tagogapu, saya mengunjungi dulu bangunan tua yang kini menjadi tempat tukang ojek mangkal, di bangunan itu tertulis nama Panendjoan.
Ada lima tukang ojek di sana, yang satu asyik bermain game online, perawakan kurus tapi ia bertingkah jenaka, ada yang badannya penuh dengan tato dan ia juga lucu, ada yang agak sudah berumur, ada pula seorang pemuda yang juga khusyuk bermain game online.
Dari mereka, diketahui bahwa Panenjoan dahulu dikenal akan pabrik kapurnya. Sekarang sebagian pabrik berubah menjadi permukiman penduduk, ada pula yang berubah menjadi tambang pasir.
Menurut sejarawan Bandung Atep Kurnia, Keberadaan batu kapur di sekitar Padalarang memang sangat menarik. Hal tersebut mencerminkan jejak-jejak keberadaan laut dangkal pada 27 juta tahun yang lalu (T. Bachtiar dan Dewi Syafriani, Bandung Purba: Panduan Wisata Bumi, 2014: 11, 17) sekaligus fenomena kegunungapian Gunung Sunda sejak 500 ribu tahun yang lalu dan pembentukan Situ Hyang atau Danau Bandung Purba (Bachtiar dan Syafriani, 2014: 6, 9).
Para tukang ojek lantas memberitahu sosok yang kemungkinan tahu tentang sejarah Tagogapu dan Panendjoan. Mereka menunjuk ke sebuah rumah yang halaman depannya tertancap sebuah bendera partai berwarna biru.
Sayangnya si pemilik rumah sedang tidak di tempat. Namun aku mendapat nama lain yang dikenal sebagai pegiat sejarah di Tagogapu. Namanya Andi Kupat Tahu.
Baca Juga: CERITA DARI BANDUNG BARAT #6: Bersama Z di Bawah Langit Cisarua
CERITA DARI BANDUNG BARAT #7: Naik Delman tak lagi Istimewa
CERITA DARI BANDUNG BARAT #8: Kisah Joki Roda Gila di Pasar Malam Bandung Barat
Stasiun Tagogapu Dulu dan Kini
Akhirnya perjalanan ini tiba di sisa-sisa peninggalan Stasiun Tagogapu. Di depan stasiun terdapat papan cagar budaya, masyarakat yang berada di sekitar di stasiun sedang mengobrol di halaman rumah. Di sana juga terdapat warung kecil milik warga.
Jika kita membaca penjelasan PT.KAI di haritage.kai.id akan mendapatkan keterangan bahwa stasiun yang terletak di Tagogapu, Padalarang, ini ada pada ketinggian lebih dari 595 meter di atas permukaan laut. Jalur ini berada di Daerah Operasi II Bandung ke arah timur, menyusuri batuan bukit kapur gamping yang terjal.
Beberapa bangunan di Stasiun Tagogapu sudah diperbarui, namun bangunan haritagenya masih dirawat dengan baik. Tampak kunci dan gembok serta beberapa peninggalan Saatsspoorwegen masih terawat.
Di sinilah aku bertemu dengan Kepala Stasiun yang humoris dan asyik diajak ngobrol. Namun sayangnya ia kurang mengetahui sejarah Stasiun Tagogapu.
“Cobaan tanya ka pihak haritage atuh, teu pati apal. Tapi baheula da emang ieu teh aya di zaman Belanda tinggal weh ieu,” katanya sembari menunjukkan peninggalan-peninggalan Staatsspoorwegen.
Menurut Sudarsono Katam dalam Album Bndoeng En Omstraken 1845-1910-an (2014), dulu jaringan rel kereta api Cianjur-Bandung di bangun pada bulan Mei 1884. Jaringan ini pasti melewati Tagogapu. Terlebih di sini ada pabrik kapur yang mendorong industri Hindia Belanda meraup keuntungan besar.
Saatsspoorwegen sendiri merupakan perusahan kereta api di zaman Hindia Belanda. Pada masa pembagunan jalur kereta api pertama yang dipegang oleh David Maarschalk, salah seorang mantan perwira KNIL yang lalu beralih profesi menjadi teknisi kereta api, ia membuat lintasan dari Buitenzorg (Bogor)-Bandung-Banjar-Kutoarjo-Yogyakarta sebagaimana yang dijelaskan oleh wikipedia.id.
Kita tahu pada saat itu pembagunan terowong dengan ciri khas hindies sudah dibangun oleh Hindia Belanda, salah satunya pembangunan terowong Sakasaaat. Terowongan ini berada di jalur Purwakarta dan Padalarang.
Setelah berbincang dengan kepala stasiun, menjelang senja saya beranjak ke tempat Andi Kupat Tahu. Saya mengunjungi tempat ia berjualan. Pada pagi hari ia berjualan kupat tahu dan malam hari ia berjualan roti bakar.
Di tempat Andi jualan, saya disuguhi minuman teh hangat. Kami lalu berbincang mengenai sejarah pabrik kapur. Menurut Andi, dulu di Tagogapu terdapat beberapa pabrik kapur, yaitu pabrik Noegaraha di Kampung Pojok, Bereuh di Cilio, dan satu lagi pabrik di Panendjoan.
“Tah nu ngawitan ayamah Noegraha tahujn 1920-1925 an,“ tutur Andi Kupat Tahu.
Namun Andi tidak ingat kapan pabrik kapur di Panenjoan berdiri. Padahal dulu bangunan dan titimangsanya masih terlihat.
Andi juga menyinggung beberapa peristiwa terkait Stasiun Tagogapu, mulai dari orang yang tertabrak kereta api, syuting film, dan lain-lain. Andi tidak banyak mengetahui sejarah Stasiun Tagogapu. Namun minatnya pada sejarah dan cintanya pada Tagogapu dan Kabupaten Bandung Barat selalu tertanam.
Data sejarah yang saya dapati dari Andi Kupat Tahu ini memang bersumber lisan, tetapi hal ini ia dapati dari kecintaanya membaca sejarah juga dan bertanya pada sepuh-sepuh yang hidup di zaman dulu.
Sebelum berpisah, saya meminta nomor ponsel Andi. Saat itu gawai saya mati, Andi menuliskan nomornya ke secarik kertas.
Lima belas tahun sudah berumur Kabupaten Bandung Barat. Banyak sejarah dan kisah masa lalu yang perlu diperhatikan.