• Berita
  • Pemkot Bandung masih Mencari Solusi Penanganan Sampah, Apa Kabar dengan Kang Pisman?

Pemkot Bandung masih Mencari Solusi Penanganan Sampah, Apa Kabar dengan Kang Pisman?

Padahal Pemkot Bandung sudah lama memiliki program nol sampah Kang Pisman yang mestinya dimaksimalkan untuk mengurangi sampah Kota Bandung.

TPS Jalan Cikutra, Bandung, 20 Oktober 2022. Pengangkutan sampah di Bandung Raya terganggu akibat akses jalan ke TPA Sarimukti digenangi lumpur dan limbah cair sampah. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana31 Maret 2023


BandungBergerak.idPemerintah Kota (Pemkot) Bandung masih mencari solusi penanganan sampah. Padahal Pemkot Bandung sudah lama memiliki program nol sampah Kang Pisman. Program Kang Pisman memiliki nol sampah yang diusung kampanye global dalam menangani sampah, khususnya sampah plastik.

Program nol sampah juga telah ditetapkan oleh PBB sebagai solusi penanganan sampah. PBB menyepakati bahwa 30 Maret sebagai Hari Tanpa Limbah Internasional. Penetapan momentum ini hasil deklarasi nol sampah yang diusung Aliansi Global untuk Alternatif Insinerator (GAIA).

Di dalam program nol sampah yang menjadi semangat Kang Pisman (kependekan dari kurangi pisahkan manfaatkan), tidak boleh ada pengolahan sampah dengan pembakaran atau pemanasan dalam bentuk apa pun.

Meski memiliki Kang Pisman, tampaknya Pemkot Bandung merasa belum cukup sehingga harus terus mencari solusi yang tepat. Terbaru Wali Kota Bandung Yana Mulyana meninjau alat pengolah sampah di Jalan Raya Lembang Kabupaten Bandung Barat, Kamis 30 Maret 2023.

Di tempat tersebut, terdapat mesin pencacah sampah, mesin pencetak briket, mesin pencuci plastik, mesin Hybrid Burner, Kompor Bara Api (Kobara) dan lain-lain.

Yana Mulyana mengaku tertarik menjalin kerja sama menggunakan model pengelolaan sampah di Lembang tersebut. Yana menuturkan, ada beberapa kelebihan dari mesin pengolah sampah yang bisa memaksimalkan kerja alat pengolah sampah yang kini ada di Tempat Pengolahan Sampah (TPS) di Kota Bandung.

"Ini sejenis RDF, sama seperti yang kita kembangkan di TPS milik Pemerintah Kota Bandung. Hanya saja di sini lebih singkat waktu pengolahannya bisa selesai dalam hitungan jam. Tentu kami tertarik untuk menjalin kerja sama," ucap Yana, dalam siaran pers.

 Nantinya mesin-mesin pengolah sampah tersebut akan diaplikasikan di beberapa TPS milik Pemkot Bandung.

"Ada sekitar 135 TPS milik Pemkot Bandung, tentunya kita akan melihat TPS mana yang sudah representatif (instalasinya). Minimal harus sudah ber-lantai, berdinding, dan beratap untuk ketahanan alatnya juga ke depannya. Selain itu juga perlu daya listrik walaupun tidak besar," terang Yana.

Baca Juga: Anak Muda Diharapkan Aktif Berkomunikasi Politik di Media Sosial
Jangan-jangan di Bandung Banyak Reklame tak Berizin, Mudah Roboh, dan tidak Membayar Pajak?
Mahasiswa Bandung Menghadiahi Telur Busuk kepada DPRD Jabar sebagai Simbol Penolakan UU Cipta Kerja

Rekomendasi Nol Sampah

Proses mengatasi sampah dengan cara pembakaran atau pemanasan untuk pembuatan briket atau RDF yang dipraktikkan di Kota Bandung justru bertolak belakang dengan rekomendasi GAIA, organisasi global yang fokus pada sampah.

GAIA menekankan menekankan pentingnya mengurangi limbah melalui penggunaan kembali, isi ulang, perbaikan, dan desain ulang, serta mendorong pemerintah untuk lebih jauh melakukan investasi infrastruktur kritis dan kebijakan yang memfasilitasi sistem ini.

Pengelolaan sampah yang ideal adalah dengan melakukan pemisahan limbah, daur ulang, dan pengomposan yang berpotensi besar mengurangi total emisi gas rumah kaca. Berbeda dengan pengelolaan sampah yang dibakar atau dipanaskan yang malah akan menimbulkan gas rumah kaca sebagai pemicu pemanasan global.

Anggota GAIA memperingatkan para pemimpin agar tidak terjebak dalam praktik pengelolaan limbah berbahaya yang melemahkan nol limbah.

“Pembakaran limbah dalam bentuk apa pun, termasuk di tempat pembakaran semen dan apa yang disebut 'daur ulang' bahan kimia, mencemari iklim, beracun, menguras dana publik, dan mendorong lebih banyak pemborosan,” kata Weyinmi Okotie, Juru Kampanye Energi Bersih GAIA Afrika, dalam siaran pers.

Sementara itu, Aditi Varshneya, Manajer Pengembangan Jaringan di GAIA AS dan Kanada memuji Perserikatan Bangsa-Bangsa atas keputusannya untuk mencanangkan 30 Maret sebagai Hari Internasional Bebas Sampah.

“Ini adalah validasi yang berarti bagi ribuan anggota GAIA yang telah bekerja tanpa lelah selama beberapa dekade untuk membangun sistem tanpa limbah di komunitas mereka yang melindungi alam, iklim, dan hak asasi manusia,” katanya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//