Barter Sampah untuk Mengatasi Pencemaran Sungai Citarum di Cianjur
Kegiatan barter sampah melibatkan tim dari ITB. Berupaya mengurangi pencemaran sampah sekaligus memberi manfaat ekonomi kepada warga.
Penulis Iman Herdiana19 April 2023
BandungBergerak.id - Persoalan sampah tak hanya dihadapi masyarakat kota. Hal serupa dihadapi warga Desa Cinangsi di Kabupaten Cianjur yang merupakan salah satu permukiman dekat anak Sungai Citarum.
Di Desa Cinangsi, sampah domestik belum terkelola dengan baik karena sistem pengumpulannya hanya melayani 10 persen warga. Sampah sisanya akan dibakar atau dibuang begitu saja ke Sungai Citarum.
Melihat kondisi tersebut, ITB melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) berupa bank sampah. Bank sampah bertujuan mengurangi sampah yang berpotensi mencemari sungai sekaligus memberi manfaat ekonomi kepada warga.
Kegiatan ini melibatkan tim dari ITB yang terdiri atas dua orang dosen FTSL dari KK Pengelolaan Udara dan Limbah, Dinda Annisa Nurdiani dan I Made Wahyu Widyarsana, serta tiga orang mahasiswa program studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan. Keterlibatan mereka merupakan bagian dari program Merdeka Belajar untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Untuk memulai kegiatan PKM, tim ITB melakukan kunjungan ke bank sampah lain di Bandung dan Jatinangor yang sudah lama beroperasi untuk mengetahui cara membangun model yang berkelanjutan.
Selain itu, tim juga mendatangi bank sampah muka Kabupaten Cianjur untuk mendapatkan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah anorganik menjadi kerajinan. Melalui studi banding tersebut dapat diketahui bahwa bank sampah umumnya memiliki dua sistem yaktu sistem tabungan sampah dan barter.
Pada sistem tabungan, nasabah akan memberikan sampah organiknya ke bank sampah untuk dijual ke pengepul. Sebanyak 80 persen hasil penjualan akan diserahkan kembali kepada nasabah dalam bentuk tabungan dan 20% akan dipakai sebagai dana pengelolaan. Sistem ini cukup mudah untuk diterapkan dan membuat warga terbiasa menabung. Akan tetapi, kekurangannya ialah mereka tidak bisa merasakan langsung manfaatnya sehingga antusiasmenya pun relatif rendah.
Model bank sampah yang diusulkan di Desa Cinangsi adalah sistem barter. Caranya, petugas yang ditunjuk ketua RW akan berkeliling ke rumah-rumah warga untuk mengumpulkan sampah yang dapat dijual setiap dua hingga empat minggu sekali. Sampah yang diterima antara lain botol plastik, besi, kertas, kardus, dan rongsokan yang bernilai jual berbeda-beda. Sampah kertas, misalnya, dihargai 1.000/kg rupiah, plastik 2.000/kg rupiah, dan logam 3.000/kg rupiah.
Keunikan bank sampah ini sebenarnya terletak dari imbalan yang diterima saat menjual sampah. Warga tidak akan mendapatkan uang, tetapi sembako senilai sampah yang dijual. Setelah itu, sampah yang terkumpul di bank sampah akan dijual ke pengepul dan keuntungannya digunakan sebagai biaya operasional. Model ini dipilih setelah diskusi dengan berbagai pihak dan mempertimbangkan aspek keberlanjutan program.
Baca Juga: Co-firing Biomassa, Akal-akalan Memperpanjang Umur PLTU
Evaluasi Kebijakan Pengurangan Kantong Plastik!
Plastik Berbahaya bagi Umat Manusia dan Lingkungan, Sudah Waktunya Berhenti Menggunakannya
Tim ITB juga melakukan kunjungan ke SD Tegalsari pada 15 Oktober 2022 untuk menyosialisasikan pentingnya pengelolaan sampah berdasarkan jenisnya. Kegiatan ini dihadiri oleh 100 siswa kelas 5 dan 6. Sosialisasi dilakukan pula kepada RW 02 yang terdiri atas empat RT dengan konsep diskusi kelompok terpumpun (FGD) mengenai model bank sampah yang akan diterapkan.
“Warga sangat antusias menyambut rencana program bank sampah dan sebagian besar memang memilih model barter sembako,” ungkap Dinda sebagai ketua tim ITB, dikutip dari laman ITB, Selasa (5/4/2023).
Setelah sistem disepakati, warga melakukan simulasi pertama dengan mengumpulkan sampah yang berada di RT 01, 02, dan 04. Saat itu, sampah yang terkumpul sebanyak 55 kg yang terdiri atas 13 kg ember, 8 kg kardus, 10 kg rongsok, 3 kg gelas bersih, 7 kg PET, 3 kg botol bekas AMDK, dan sebagainya.
Penjualan limbah-limbah tersebut ke pengepul menghasilkan uang sebesar 156.700 rupiah dan keuntungan yang didapat bank sampah adalah Rp51.500. Hasil pengumpulan sampah ini meningkat menjadi 59,75 kg pada simulasi kedua dengan hasil penjualan dan keuntungan adalah 166.200 rupiah, dan 55.000 rupiah.
“Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, khususnya pengelolaan sampah,” pungkas Dinda.