• Kolom
  • SEJARAH SIPATAHOENAN 1924-1942 #16: Nomor-Nomor Khusus

SEJARAH SIPATAHOENAN 1924-1942 #16: Nomor-Nomor Khusus

Sipatahoenan menyediakan rubrik-rubrik khusus, mulai dari rubrik lebaran, Soekarno, hingga film dan bintang filmnya. Redaksi menegaskan tetap di jalur kiri.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Nomor khusus Sipatahoenan agaknya dimulai dengan edisi “Film Pagina” untuk Sipatahoenan edisi 20 Februari 1931. (Sumber: Perpusnas RI)

7 April 2023


BandungBergerak.idSetelah terbit harian dan jumlah halaman bertambah, pengelola Sipatahoenan mulai mencoba-coba hal baru. Di antaranya mengeluarkan nomor-nomor khusus yang disebut sebagai “Nomer Extra”, “Special Nummer”, dan “Nummer” tertentu lainnya. Pemicunya, biasanya, peristiwa-peristiwa besar, seperti pengadilan Soekarno, peresmian Masjid Cipaganti, perayaan Hari Raya Idul Fitri, pekan raya tahunan di Bandung (Jaarbeurs), kongres Paguyuban Pasundan, Kongres Perempuan Indonesia, dan peringatan ulang tahun Sipatahoenan sendiri.

Namun, siapa duga, tradisi menerbitkan nomor khusus oleh Sipatahoenan dimulai dengan “Film Pagina” sebagai “Nomer ExtraSipatahoenan (20 Februari 1931 atau 1 Sawal 1349 Hijriah). Keanehan ini memang diterangkan pihak redaksi dengan menulis tulisan pengantar bertajuk “Sipatahoenan Ningkah”.

Sadjabina ti kedah tetep dina rail kentja, richtingna Sipatahoenan oelah loeak-leok, redactie gadoeh kajakinan, jen tinantoe diantawis noe maraos teh aja noe kagoengan kapalaj anoe pabentar sareng noe sanes deui atanapi directie sareng redactiesna. Tjeuk ieu kedah kieu, tjeuk itoe kedah kitoe, salamina moal sami, malah moal matak heran oepami kana aflevering dinten ieu nja eta ngaloearkeun SIPATAHOENAN NINGKAH, njebatkeun olo-olo make ngajakeun filmpagina sagala”.

Artinya, selain harus tetap berada di rel kiri, richting Sipatahoenan jangan berbelak-belok, redaksi punya keyakinan, bahwa tentu saja di antara para pembaca ada yang punya keinginan berbeda dengan yang lain lagi atau dengan direksi dan redaksi Sipatahoenan. Menurut pembaca ini harus begini, kata pembaca itu harus begitu, selamanya tidak akan sama, bahkan tidak aneh bila terhadap aflevering hari ini, yaitu menerbitkan SIPATAHOENAN BERTINGKAH, menganggap tinggi hati hingga berani menerbitkan halaman film segala. Demikian keterangan awal redaksi Sipatahoenan.

Redaksi mengakui bahwa “Kaloearna Sipatahoenan dinten ieu, dipapaes koe filmpagina, sanes gadoeh maksad salamina ngajakeun eta pagina, samemeh kiat ieu mah moeng sakadar bade nembongkeun kakiatanana artis, kapan aja paripaos, naon bae oge ari koe tjapradja mah tiasa laksana” (Terbitnya Sipatahoenan hari ini, dihias dengan halaman film, bukan maksudnya akan selamanya mengadakan halaman tersebut, sebelum masih kuat, ini sekadar hendak menujukkan kekuatan uang, karena ada peribahasa, apa pun bila ada cap raja [maksudnya uang] akan terlaksana).

Halaman film itu terdiri atas empat halaman. Selain pengantar “Sipatahoenan Ningkah”, halaman pertama diisi profil singkat aktris Vilma Banky (“Vilma Banky, tetep benerna”) dan Janet Gaynor beserta potretnya. Halaman dua berisi kisah Mary Prevost (“Mary Prevost djeung katjintaanana”), ditambah potret Mary, potret Kenneth Harlan dan Ward Crane, serta adegan dari film The Movietone Follies. Di halaman tiga, ada profil dan potret Joan Bennet dan Lois Moran, foto-foto Constance Talmadge, pasangan antar-ras Stepin Ferchit dan Dorothy Stevenson (“Kawin ka lain bangsa. Oerang wetan meunang djodo ka oerang koelon. Stephin Ferchit bangsa Neger djeung pamadjikanana Dorothy Stevenson, oerang Los Angeles”), dan adagen dari film The Insidious Dr. Fu Manchu. Halaman empat diisi potret-potret aktor dan aktris film, termasuk yang disertai narasi agak panjang pada William Fox.

Baca Juga: SEJARAH SIPATAHOENAN 1924-1942 #13: Leleson Dinten Minggoe
SEJARAH SIPATAHOENAN 1924-1942 #14: Fonds Sapoeloeh Reboe
SEJARAH SIPATAHOENAN 1924-1942 #15: A.S. Tanoewiredja

Sipatahoenan edisi 24 Juli 1938 ditulis dalam bahasa Indonesia untuk menyambut Kongres Perempoean Indonesia III. (Sumber: Perpusnas RI)
Sipatahoenan edisi 24 Juli 1938 ditulis dalam bahasa Indonesia untuk menyambut Kongres Perempoean Indonesia III. (Sumber: Perpusnas RI)

Edisi Berbahasa Indonesia

Rupanya pola hidangan “Film Pagina” menjadi model bagi nomor-nomor khusus Sipatahoenan berikutnya. Ini terbukti dari halaman pertama “Ir. Soekarno Nummer” (Sipatahoenan, 31 Desember 1931). Di situ tersaji delapan potret dan teks pendek yang menunjukkan dan menjelaskan Soekarno, Mr. Sartono, Mr. Soejoedi, pengadilan Bandung, Idih Prawira di Poetra, Mevr. Soekarno (Inggit Garnasih), Mr. Sastromoeljono, dan Bakrie Soeraatmadja.

Teks pendek untuk Bakrie adalah “Versplaggever Sipatahoenan dina papariksaan PNI noe henteu aja towongna dina 50 kali zitting djero doea boelan njieun verslagna eta papariksaan. Nja ti harita pisan Sipatahoenan ti para langgananana meunang titel Si Etjes teh, lantaran verslagna tea, tjoekoep tetela djeung matak kaharti” (Versplaggever Sipatahoenan dalam pemeriksaan PNI yang tiada berhenti pada 50 kali sidang selama dua bulan menulis laporan pemeriksaan tersebut. Dari saat itulah Sipatahoenan mendapatkan julukan Si Etjes [si jelas] dari para langganannya. Sebab laporannya cukup jelas dan dapat dimengerti).

Halaman dua diisi tulisan panjang “Ir. Soekarno dina Pergerakan” yang bersambung ke halaman tiga.

Selanjutnya, untuk tahun 1932, saya mendapati empat nomor khusus Sipatahoenan, yaitu “Speciaal Lebaran Nummer” (8 Februari 1932), “Speciaal Masdjid Nummer” (30 Juli 1932), “Speciaal Masdjid Tjipaganti-Nummer” (29 Oktober 1932), dan “Speciaal Mi’radj Nummer” (25 November 1932).

Pada halaman pertama “Speciaal Lebaran Nummer” terhidang foto-foto para pengurus besar Paguyuban Pasundan dan teks pendek yang menjelaskan fungsi masing-masing pengurus. Misalnya, Oto Iskandar di Nata sebagai “Voorzitter Hoofdbestuur Pagoejoeban Pasoendan” disbeutkan “Ti barang noe djadi Voorzitter Hoofdbestuur Pagoejoeban Pasoendan, ieu pagoejoeban leuwih rea tjabang-tjabangna. Nepi ka ajeuna geus aja 42 tjabang Pasoendan” (Sejak menjadi ketua pengurus besar Paguyuban Pasundan, paguyuban ini bertambah lagi cabang-cabangnya. Hingga sekarang sudah ada 42 cabang Paguyuban Pasundan).

Pada pengantar “Speciaal Masdjid Nummer” dijelaskan bahwa penerbitannya dimaksudkan untuk memperingati hari ulang tahun Nabi Muhammad SAW setiap 12 Mulud (“Meungpeung dina boelan Mauloed keneh, sanadjan geus katompernakeun, ngahadja poe ieu Sipatahoenan ngaloearkeun ‘Speciaal Masdjid Nummer’. Da boelan Mauloed teh, koe sakoemna Kaoem Moeslimin dianggap hidji boelan noe katjida moeljana, doemeh dina tanggal 12 Maoeloed teh, ninggang dina wewetonna Kangdjeng Nabi Moehamad SAW panoetanana Kaoem Moeslimin”).

Tahun berikutnya, 1933, saya menemukan tiga nomor khusus Sipatahoenan. Ketiganya adalah “Speciaal Lebaran Nummer” (30 Januari 1933), “Jubileum Nummer” atau “10 Taoen Sipatahoenan” (21 April 1933), dan “Speciaal Nummer Sport”(5 Agustus 1933). Dalam Sipatahoenan tahun 1934, saya hanya menemukan “Speciaal Pasoendan Studiefonds-Nummer” (19 Mei 1934). Untuk 1935, ada “Onderwijs-Nummer” (14 Desember 1935) dan “Lebaran-Nummer” (26 Desember 1935). Beberapa edisi-edisi khusus lainnya yang berhasil saya temukan adalah “Jaarbeurs Nummer” (30 Juni 1937), “Nummer Kongres Perempoean Indonesia III” (24 Juli 1938), dan “Congresblad” (8 April 1939).

“Nummer Kongres Perempoean Indonesia III” sangat menarik. Pertama, edisi tersebut diterbitkan pada hari Minggu, 24 Juli 1938. Padahal biasanya Sipatahoenan hanya terbit hingga Sabtu. Kedua, edisi tersebut seluruhnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain, Sipatahoenan edisi  24 Juli 1938 adalah Sipatahoenan yang menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa Sunda.

Sudah tentu, keistimewaan tersebut berasal dari anggapan dan sikap yang ditunjukkan oleh pihak administrasi dan redaksi Sipatahoenan terhadap penyelenggaraan Kongres Perempoean Indonesia III yang diselenggarakan di Bandung. Administrasi dan redaksi Sipatahoenan sangat menghormati perhelatan tersebut, sehingga perlu menerbitkan edisi khusus pada hari Minggu dan berbahasa Indonesia untuk menyambutnya.

Ini memang dijelaskan Sipatahoenan. Kata redaksi, dalam sambutannya, “Boeat kami, Sipatahoenan, jang mendjadi keloearga Pasoendan, soenggoeh memandang sebagai soeatoe kehormatan, bahwa Kongres Perempoean Indonesia itoe, pimpinannja ada ditangan Pasoendan Istri (Pasi), diadakannja digedoeng Pasoendan dan jang berdiri di Pasoendanweg 14”.

Selanjutnya redaksi Sipatahoenan menyatakan, “Oentoek menghormati Kongras Perempoean Indonesia itoe, dengan sengadja Sipatahoenan ini hari mengeloearkan nummer Kongres didalam bahasa Indonesia”.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//