• Kampus
  • Mahasiswa Universitas Indonesia Menciptakan Aplikasi TODerse untuk Mengurangi Kemacetan

Mahasiswa Universitas Indonesia Menciptakan Aplikasi TODerse untuk Mengurangi Kemacetan

Aplikasi TODerse dirancang khusus untuk penanganan kemacetan di Indonesia dengan memanfaatkan potensi penggunaan ponsel pintar.

Kemacetan di Jalan Cimincrang menuju Masjid Al Jabbar, Kelurahan Cimincrang, Gedebage, Kota Bandung, Jumat (13/1/2023). Pembangunan masjid yang menyedot perhatian publik kurang mendapatkan dukungan dari sarana dan prasarana jalan. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana30 Mei 2023


BandungBergerak.idBandung selalu menempati daftar teratas kota paling macet se-Indonesia. Tak berdayanya sistem transportasi publik menopang pemeringkatan ini. Di saat yang sama, jumlah kendaraan pribadi terus meningkat. Orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum.

Menurut makalah yang disusun Direktorat Jenderal Kajian dan Aksi Strategis Kementerian Luar Negeri Lembaga Kepresidenan Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), pada tahun 2014, Kota Bandung menduduki peringkat ketujuh sebagai kota termacet se-Indonesia, yaitu dengan tingkat kemacetan 14,3 kilometer per jam. Makalah berjudul Bandung Macet: Infrastruktur Atau Tak Teratur? ini mengkhawatirkan Bandung akan menjadi kota yang tidak memberikan kenyamanan terhadap penduduknya yang terlalu sering terjebak macet.

Sejumlah kajian dan inovasi sebenarnya telah dipublikasikan untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Terbaru, Tiga mahasiswa Fakultas Teknik (FT) yang terdiri atas Wahyu Aji Syahputra, Muhammad Hafiz Risat Julian, dan Zuniar Ayu Permata Sari membuat aplikasi TODerse guna membantu terwujudnya sustainable transportation dan mempermudah para commuter untuk melakukan mobilisasi dengan transportasi umum. 

“TODerse merupakan media berbasis digital berupa aplikasi yang dapat menunjang urban living sustainability dalam menerapkan sistem transportasi yang berkelanjutan di kehidupan sehari-hari. TODerse dibikin khusus untuk penanganan kemacetan di Indonesia dengan memanfaatkan potensi penggunaan smartphone di Indonesia,” demikian dikutip dari laman Universitas Indonesia, Selasa (30/5/2023).

Berdasarkan data yang dirilis Inrix pada 2016, kondisi kemacetan lalu lintas di Indonesia menempati peringkat kedua terburuk di dunia. Sementara itu, data dari Newzoo menyebutkan sepanjang 2022, pengguna smartphone di Indonesia mencapai 192,15 juta orang, terbanyak keempat di dunia.

Melihat potensi ini, mahasiswa yang tergabung dalam Tim Gazebian FT yang dibimbing oleh Kepala Disiplin Ilmu Transportasi Teknik Sipil Sutanto Soehodho menciptakan TODerse yang diharapkan bisa membantu mengurai kemacetan di Indonesia.

Aplikasi TODerse memberikan pelayanan kepada pengguna berupa bantuan dalam melakukan mobilitas dengan konsep Transit Oriented Development (TOD). Pengguna dapat dengan mudah mengetahui jadwal dan rute perjalanan dari berbagai moda transportasi publik yang terintegrasi untuk memberikan keleluasaan dalam menyesuaikan waktu keberangkatan dan jenis moda sesuai dengan preferensi pengguna.

Di luar penggunaan moda transportasi publik, aplikasi TODerse juga mendukung mobilitas moda nonmotorized, seperti sepeda atau berjalan kaki oleh pengguna, melalui pemberian reward poin yang dapat ditukarkan untuk tiket perjalanan menggunakan layanan transportasi publik. Selain pada aspek mobilitas, aplikasi TODerse memberikan pelayanan preferensi tempat hunian berupa aparthouse untuk mendukung pembangunan konsep TOD.

Baca Juga: Kemacetan Menciptakan Budaya Ngaret Kolektif, sebuah Kerugian bagi Warga Bandung
Kota Kembang Lautan Kendaraan Pribadi
Menghitung Kerugian Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan karena Kemacetan di Kota Bandung

Fitur-fitur Aplikasi TODerse

Aplikasi TODerse memiliki lima fitur unggulan. Pertama, Integrated Ticketing. Dalam proses perencanaan operasi angkutan umum, sinkronisasi jadwal merupakan strategi yang berguna untuk mengurangi perpindahan waktu tunggu dan meningkatkan konektivitas layanan. Integrated scheduling (penjadwalan terintegrasi) dapat dilakukan guna memberikan kepuasan bagi pengguna transportasi umum dengan adanya perkiraan waktu keberangkatan dan kedatangan untuk masing-masing jenis moda.

Fitur kedua, Preferensi Tempat Hunian – Aparthouse. Terbatasnya tanah di kawasan perkotaan sebagai lokasi sasaran pembangunan TOD mendorong tingginya harga tanah di kota. Aparthouse dapat dijadikan solusi alternatif untuk masalah keterbatasan lahan. Terlebih, pemilik Aparthouse akan mendapat sertifikat hak milik tanah, serta memperoleh kemudahan akses transportasi umum di sekitar tempat hunian.

Fitur ketiga aplikasi TODerse adalah Mode Choice (termasuk Rute). Fitur ini menyediakan moda dan rute yang dapat dipilih pengguna untuk sampai ke tujuan dengan jarak tempuh terdekat, waktu tercepat, dan biaya termurah. Masyarakat dapat memperkirakan dengan bijak pilihan yang akan diambil dalam bertransportasi.

Selanjutnya, fitur Integrated Ticketing. Pembayaran tiket “satu pintu” membawa manfaat bagi banyak pihak. Masyarakat memperoleh kemudahan, kenyamanan, tarif yang terjangkau, serta transportasi yang cepat dan efektif. Bagi operator transportasi umum, ini dapat meningkatkan jumlah penumpang dan pendapatan, bisnis proses lebih efektif dan efisien, pengelolaan aset lebih efisien, rekonsiliasi pembayaran terpusat, dan seamless transaction. Sementara, bagi pemerintah, kebijakan ini menjadi bentuk tarif tepat sasaran, mengurangi subsidi jangka panjang, mengurangi kemacetan, data transportasi terpusat, dan memperbaiki kualitas udara perkotaan. 

Terakhir, fitur Non-Motorized Reward dimaksudkan untuk membiasakan budaya berjalan dan bersepeda bagi masyarakat Indonesia. Dengan berjalan kaki atau bersepeda, selain mengurangi emisi karbon, ini dapat menjadi life style yang baik. Untuk memicu kesadaran yang lebih tinggi pada masyarakat, para pengguna non-motorized akan diberikan reward berupa poin yang dapat dikumpulkan dan ditukarkan menjadi tiket perjalanan transportasi umum. 

Sistem TODerse juga menerapkan delapan prinsip sustainable pada kawasan TOD, yaitu walk (meningkatkan pejalan kaki), cycle (optimalisasi jalur pesepeda), connect (interkoneksi satu area dengan area lainnya), transit (angkutan umum massal yang mudah dijangkau), mix (tata guna lahan yang bervariasi), densify (pemadatan antar bangunan), compact (pemanfaatan lahan kosong), serta shift (perpindahan antar moda yang efektif dan efisien). 

Dengan mengusung tema “Implementasi Media Berbasis Digital terhadap Urban Living Sustainability pada Kawasan Transit Oriented Development”, aplikasi TODerse pernah memenangkan Juara 2 kompetisi Sustainable Transport Innovation Challenge (STIC) yang diadakan di Bali pada 20–21 Oktober 2022 lalu.  

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//