• Berita
  • Manajemen Pengelolaan Air Bersih Kota Bandung masih Lemah

Manajemen Pengelolaan Air Bersih Kota Bandung masih Lemah

Pemkot Bandung meresmikan Mata Air Cikendi sebagai daerah konservasi air. Cadangan air bersih Kota Bandung mengkhawatirkan.

Gedung penangkap air Cikendi buatan tahun 1921 tampak kumuh di tengah hutan kawasan Hegarmanah, Kota Bandung, Rabu (29/12/2021). Kondisinya berlawanan dengan gempita peringatan 100 tahun Gedong Cai Cibadak yang juga dibangun 1921 di Kampung Cidadap Girang, 29 Desember 2021 lalu. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana20 Juli 2023


BandungBergerak.idPemerintah Kota (Pemkot) Bandung meresmikan Mata Air Cikendi sebagai daerah konservasi air untuk Kota Bandung. Kebutuhan air bersih kota berpenduduk hampir 2,5 juta jiwa ini sangat mendesak. Bahkan ke depan Kota Bandung diprediksi akan mengalami krisis air bersih jika tidak mampu mengelola sumber daya airnya.

Dalam penelitian ilmiah “Kajian Pengelolaan Supply dan Demand Air di Kota Bandung” yang dilakukan Astri W Hasbiah dan Dedeh Kurniasih dari Fakultas Teknik Universitas Pasundan (Unpas) Bandung, Januasi 2018, menemukan bahwa pada tahun 2015 persediaan air bersih di Kota Bandung menipis menjadi 60-70 persen dari kondisi normal.

Hal itu disebabkan karena kebutuhan air yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan bertambahnya sektor yang harus dilayani. Kedua peneliti mencatat, 80 persen kebutuhan air di Kota Bandung berasal dari air tanah. Rata-rata penduduk menggunakan air tanah sebanyak 150-250 meter kubik per hari, sedangkan industri besar mencapai 1.000 meter kubik per hari.

“Akibatnya di pusat-pusat pengambilan air tanah terjadi kemerosotan kuantitas, kualitas dan lingkungan air tanah,” tulis Astri W Hasbiah dan Dedeh Kurniasih, diakses Kamis (20/7/2023).

Penelitian Astri dan Dedeh juga merilis data prediksi penduduk Kota Bandung yang diperkirakan akan mencapai 4,1 juta jiwa pada tahun 2031. Jumlah ini telah melampaui daya dukung Kota Bandung yaitu sekitar 2.288.570 jiwa.

Disebutkan bahwa Bandung sebagai kota metropolitan memiliki standar kebutuhan air bersih sebesar 1,5 meter kubik per kapita per hari, namun kapasitas air yang tersedia hanya mampu memenuhi 69,3 % dari kebutuhan masyarakatnya atau sebesar 0,6 meter kubik per kapita per hari.

Keduanya menilai bahwa Kota Bandung membutuhkan pengelolaan atau manajemen air. Namun hal ini kurang berjalan di Kota Bandung.

“Pengelolaan atau manajemen air yang kurang berkembang di Kota Bandung juga menjadi kendala bagi optimalisasi ketersediaan air. Metode pengelolaan air bersih yang sudah ada belum optimal untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Bandung sehingga diperlukan pengembangan di sektor tersebut,” katanya.

Diperlukan manajemen terhadap air yang ada agar ketersediaan air dan kebutuhan terhadap air dapat seimbang. Dengan seimbangnya ketersediaan air dan kebutuhan air, maka kekhawatiran terhadap krisis air di masa depan dapat dihilangkan.

Baca Juga: Masalah Air Bersih yang Menjadi Keluhan Berulang
Perkembangan Indeks Kualitas Air di Kota Bandung 2016-2021
Menilik Akses Air Bersih di Kota Bandung

Mata Air Cikendi

Mata Air Cikendi merupakan salah satu dari sedikit mata air di Kota Bandung yang tersisa. Mata air yang dibangun di masa Hindia Belana ini beralamat di RT 02, RT03, RW 09 Kelurahan Hegarmanah Kecamatan Cidadap. Versi Pemkot Bandung, saat ini Kota Bandung memiliki 80 mata air meski tidak dirinci mata air mana saja dari klaim tersebut.

"Di Bandung itu ada 80 mata air. Mata air sangat dibutuhkan di Kota Bandung karena masyarakat perkotaan butuh air bersih. Makanya pengamanan ini harus lebih diutamakan untuk suplai kebutuhan air bersih yang dikelola PDAM," kata Plh Wali Kota Bandung Ema Sumarna, dalam peresmian Mata Air Cikendi sebagaimana dikutip dari siaran pers, Selasa (18/7/2023).

Ema menjelaskan, air dari Mata Air Cikendi disalurkan ke kawasan perkantoran pemerintah Provinsi Jawa Barat tepatnya di Gedung Sate dan pemukiman sekitar kelurahan Citarum Kecamatan Bandung Wetan.

Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung Didi Ruswandi menyampaikan, peresmian Mata Air Cikendi juga sebagai pemanfaatan ruang. Kawasan dengan luas 1.600 meter persegi itu menjadi potensi sebagai hutan kota yang wajib dilestarikan bersama masyarakat.

"Ini potensinya sebagai hutan kota. Di Kota Bandung itu langka hutan kota seperti ini," kata Didi.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//