• Berita
  • Ketika Rumah Bedeng Tamansari Menjadi “Lautan Api"

Ketika Rumah Bedeng Tamansari Menjadi “Lautan Api"

Satu-satunya rumah yang bertahan dari penggusuran proyek rumah deret Tamansari, kini tergusur. Kawan-kawan bersolidaritas untuk Eva Eryani menjadi korban kekerasan.

Kondisi rumah deret Tamansari dan rumah bedeng Eva Eryani dari flyover Pasupati, Bandung, Rabu, 18 Oktober 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul19 Oktober 2023


BandungBergerak.idLewat pukul lima sore, Eva Eryani memeluk erat Ayang, seorang warga Dago Elos yang menemaninya saat rumah Eva berakhir menjadi “lautan” api. Momen itu berlangsung setelah Eva bersama teman-teman solidaritas terkepung di rumah bedengnya selama dua jam oleh warga eks-Tamansari, dikawal Satpol PP, dan sejumlah orang yang diduga ormas, Rabu, 18 Oktober 2023.

Selain Ayang, Eva ditemani kuasa hukumnya Deti dari Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) Jawa Barat, dan kawan-kawan yang lain yang bersolidaritas pada Eva. Namun jumlah mereka jauh kalah banyak dibandingkan jumlah pihak Satpol PP Kota Bandung yang ingin menggusur rumah Eva.

Sejak awal kedatangan warga prorumah deret yang kompak memakai baju biru dan Satpol PP Kota Bandung ke rumah Eva, situasi terus memanas. Teriakan-teriakan protes yang disampaikan Eva dan kuasa hukum tak digubris Satpol PP yang sibuk membongkar pagar seng dan mengeluarkan barang-barang dari rumah Eva.

Puncaknya, api menyala di rumah bedeng tersebut. “Aku melawan kolonialisme hari ini. Rumahku telah kubakar, Tamansari lautan api,” bisik Eva, ketika menerima sapaan dan pemghiburan kawan-kawan solidaritas di pelataran Masjid Al Islam.

Api berkobar melahap habis atap rumah bedeng di sisi bangunan vertikal rumah deret. Angin kencang dan udara panas Kota Bandung membuat kobaran api di rumah bedeng semakin dramatis.

Detik-detik di Rumah Bedeng

Satu jam sebelumnya, sekitar pukul tiga, saya mendapati informasi dari grup redaksi BandungBergerak.id bahwa akan terjadi pembongkaran rumah Eva Eryani dan kondisi mulai rusuh.

Pukul 15.47 WIB, saya tiba di Tamansari dalam suasana cukup tenang. Tak ada lagi rusuh. Ternyata, seluruh kawan solidaritas dipukul mundur dengan kekerasan agar tidak berada di lokasi. Eks-warga Tamansari lalu menutup akses ke rumah bedeng Eva dengan memagari seng.

Di dalam kawasan rumah bedeng hanya ada Eva dan Deti yang terkepung Satpol PP, eks-warga Tamansari yang menyetujui rumah deret, dan sejumlah orang yang diduga ormas. Sebelum itu, kericuhan terjadi antara warga yang bersolidaritas untuk Eva dengan eks-warga Tamansari yang melarang mereka berada di lokasi. Pada peristiwa ini, sekitar tujuh kawan solidaritas menjadi korban kekerasan fisik dan verbal.

Barang-barang milik Eva pun sudah diangkut ke dalam mobil truk oleh Satpol PP. pukul 15.57 WIB, eks-warga Tamansari kembali memagari seng di salah satu celah masjid Al Islam. Melaui celah ini, orang bisa melihat kondisi di dalam kawasan rumah bedeng Eva.

Eva dan Deti benar-benar terkepung. Beberapa kawan solidaritas berusaha memantau dari lantai 2 masjid, tapi dilempari batu. BandungBergerak.id kemudian memutuskan ikut bersama-kawan solidaritas untuk melihat kondisi kawasan itu dari flyover Pasopati.

Terlihat, Satpol PP Kota Bandung berjaga di depan mobil truk, sedangkan eks-warga Tamansari yang mengenakan kaos biru duduk berpencar-pencar. Rumah Eva luput dari pantauan karena terhalang bangunan rumah deret.

Sekembalinya dari flyover, saya melihat eks-warga Tamansari dengan kawan solidaritas sedang bersitegang. Keduanya saling mengumpat. Eks-warga Tamansari mengancam akan “menghabisi” solidaritas. Kedua pihak itu lalu bertahan di posisinya masing-masing beberapa saat, Eks-warga Tamansari berada di parkiran Baltos yang menjorok ke Tamansari, warga solidaritas berkumpul di parkiran dekat masjid.

Pukul 16.15 WIB, beberapa barang dari rumah Eva kembali diangkut ke mobil truk. Tak sampai satu menit, terdengar suara teriakan-teriakan. “Cai mana cai,” terdengar demikian. Teriakan-teriakan itu terus terdengar selama empat menit kemudian, seperti saling memaki.

Puncaknya pukul 16.24 WIB, asap hitam membumbung tinggi dari rumah Eva. Si jago merah melalap rumah Eva. Suara gemeratak api melalap kayu renyah terdengar. Delapan menit kemudian, tiga unit mobil pemadam kebakaran tiba. Lalu secara berturut-turut selang sekitar lima menit, tiga mobil pemadam kebakaran lainnya datang.

Usai kebakaran, suasana perlahan mendingin. Kawan-kawan solidaritas masih berjaga. Salah satu kawan solidaritas yang terluka di kaki, diobati. Eva dan Deti muncul dari pojok masjid, memeluk kawan-kawan solidaritas.

Aparat Satpol PP Kota Bandung sedang mengangkut barang Eva Eryani ke mobil truk di Tamansari, Rabu, 18 Oktober 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Aparat Satpol PP Kota Bandung sedang mengangkut barang Eva Eryani ke mobil truk di Tamansari, Rabu, 18 Oktober 2023. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Kekerasan pada Kawan-kawan Solidaritas

Sekitar pukul 12.30 sebelumnya, eks-warga Tamansari telah menyampaikan tuntutan aksi. Dua awak redaksi BandungBergerak.id yang meliput sejak pagi juga sudah kembali. Fayyad, paralegal dan solidaritas Tamansari menyebutkan bahwa setelah ashar tiba-tiba sekelompok warga dan aparat Satpol PP datang dari arah Taman Film dan mulai memprovokasi solidaritas.

“Mereka terus menekankan bahwa yang bukan warga sini harus keluar, siapa pun itu. Bahkan paralegal dari PBHI pun harus terkena represifitas dari warga itu sendiri,” ungkap Fayyad, kepada BandungBergerak,id.

Ia menyebut, Satpol PP Kota Bandung hanya melakukan upaya kecil untuk melerai represifitas eks-warga terhadap kawan solidaritas. Eks-warga kemudian memagari seng agar tak ada akses untuk mendampingi Eva.

“Sempat terjadi ketegangan dan saya dipiting oleh beberapa warga dan ditonjok di bagian pelipis,” ungkap Fayyad.  

Nada, solidaritas lainnya juga mendapatkan ancaman akan dipikul jika tidak berhenti merekam video represifitas eks-warga Tamansari itu. Ia mengatakan, semua akses untuk melihat kondisi Eva dan Deti dihalangi.

“Diancam mau dipukul kalau misalkan aku gak berhenti video. Terus teh Ayang kan sempat videoin dari atas (lantai 2 masjid), dilempar batu. Posisinya di situ ada anak kecil dan beberapa orang lainnya,” terang Nada.

Banyak akses yang dihalangi oleh eks-warga yang mengenakan kaos biru dengan sablon tulisan “RW 11 Tamansari” itu untuk meliput ataupun solidaritas datang ke Tamansari. Jalan depan Baltos ke Tamansari maupun jalan dari Baltos ke rumah deret, misalnya.

Pada konferensi pers Tamansari Melawan yang diadakan di Dago Elos, Eva menyebutkan bahwa sebenarnya Eva tak ada masalah dengan warga eks-Tamansari. Sebab mereka telah melepaskan hak perdata mereka kepada Pemkot setelah menerima kerohiman untuk proyek rumah deret. Eva mengaku bermasalah dengan Pemkot Bandung.

Namun, yang terjadi kemudian adalah bagaimana warga sengaja dibentrokkan dengan warga. Pemkot menggunakan momen ini untuk mencuci tangan. Ia juga menerangkan tidak percaya dengan ajakan eks-warga Tamansari.

“Saya tidak ada masalah dengan kalian, masalah saya dengan Pemkot. Kalian dengan hadir di sini sudah jadi kaki tangan Pemkot,” ungkap Eva, pada konferensi pers, mengulang pembicaraannya dengan eks-warga Tamansari.

Warga Berbaju Biru

Kabar kedatangan ekswarga Tamansari ke sekitar rumah bedeng Eva terjadi sejak pagi. Pagi itu saya bertemu salah seorang aktivis dari Forum Tamansari Bersatu, di halaman rumah Eva Eryani. Dia mengatakan Eva sedang tidak di rumah.  

"Kami mau Dago Elos dulu, sok santai aja di sini," kata dia.

Saya masih mengambil gambar di sekitar rumah Eva. Jam masih menunjukan pukul 9 pagi. Tak lama, polisi berpakaian preman dan polisi berseragam bergegas menghampiri.

"Dari mana? Ada perlu apa ke sini?"

Setelah dijelaskan mereka pun tak banyak tanya lagi.Gerak gerik kami terus dipantau oleh mereka, mereka juga meminta foto bersama, mungkin untuk laporan ke kantornya.

Sejumah polisi, Babinsa TNI, dan Satpol PP bersama warga sejak pagi sudah terlihat berjaga di gerbang parkir area masjid Tamansari. Beberapa warga yang mengenakan kaus biru dengan tulisan warga RW 11 Tamansari juga terus mengawasi gerak-gerik jurnalis yang meliput.

Sekitar pukul 10 pagi puluhan warga mulai berdatangan ke lokasi rumah deret, persis di balik seng pembatas dengan area rumah Eva. Lalu mereka mulai membongkar seng pembatas antara area rumah deret dan rumah Eva. Setelah itu mereka membentang spanduk-spanduk dengan narasi bahwa Eva menghalangi mayoritas warga yang prorumah deret.

Usai mengambil beberapa foto dan wawancara warga, seorang pria berkaus biru yang mengaku warga Tamansari mendatangi kami. Ia meminta agar para wartawan jangan dulu ada di area rumah deret.

"Saya mohon kerja samanya, jangan dulu meliput disini ya," ujarnya. Karena suasana dikhawatirkan memanas, kami pilih untuk keluar dulu dari area yang disengketakan.

"Ini untuk mediasi, nggak ada demo, mayoritas warga setuju, kenapa yu kita ngobrol bareng. Silakan nuntut mah. Sebagai RW hak dia itu tetap harus dapat, tapi jangan ngorbanin warga yang sudah setuju, kita sudah nunggu 6 tahun, makanya dijaga jangan sampe ada pihak luar masuk untuk memperkeruh suasana," kata Rudi, Ketua RW 11.

“Solusinyanya warga mah kepengen damai sama dia, cepet-cepet dia pergi dari sini, dibongkar rumahnya, supaya terwujud rumah deret yang mau dibangun itu," timpal Imas (68 tahun), warga lainnya.

Sekitar pukul 11, Eva tiba didampingi Deti. Mereka terlibat adu argumen panas dengan 3 orang perwakilan warga prorumah deret.

"Kalian ngapain datang ke saya, datangnya ke Pemkot aja, yang mutusin Pemkot Bandung. Silakan tinggal ditempatin itu rumah deret," kata Eva.

Menurut Deti, tuntutan Eva sederhana saja, "Dia tidak minta ganti rugi uang, hanya dua tuntutan kami. Pertama, cabut WNI, kedua, rekognisi, akui kami bukan warga liar, kami hibahkan tanah kami, itu saja," kata Deti.

Baca Juga: Pemkot Bandung Menggusur Satu-satunya Rumah Warga Tamansari yang Bertahan dari Proyek Rumah Deret
Lagi-lagi Teror untuk Eva Eryani di Tamansari
Forum Dago Melawan dan Tamansari Bersatu Bergandengan Melawan Penggusuran di Kota Bandung

Rumah bedeng Eva Aryani di Tamansari, Bandung, sebelum digusur, Rabu pagi, 18 Oktober 2023. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Rumah bedeng Eva Aryani di Tamansari, Bandung, sebelum digusur, Rabu pagi, 18 Oktober 2023. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Dari Penggusuran ke Penggusuran

Pemkot Bandung akhirnya menggusur satu-satunya rumah yang bertahan dari proyek rumah deret Tamansari. Tercatat, dua kali kota yang mengklaim sebagai ramah hak asasi manusia (HAM) ini melakukan penggusuran di Tamansari.

Penggusuran pertama terjadi 12 Desember 2019 yang melibatkan 1.000 aparat gabungan Satpol PP, TNI, dan Polisi. Penggusuran ini diwarnai kekerasan terhadap warga Tamansari. Penggusuran kedua terjadi Rabu kemarin, 18 Oktober 2023.

Proyek pembangunan rumah deret Tamansari dimulai sejak era Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Cikal-bakalnya berawal dari sebuah tender bernama “Jasa Konsultasi Penelitian untuk Lokasi Lahan Pembangunan Rusunawa di Kelurahan Tamansari” di bawah satuan kerja Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya pada Oktober 2013.

Pembangunan rumah deret yang menelan puluhan miliar rupiah dari APBD ini kemudian dilanjutkan Wali Kota Oded M Danial (almarhum). Di era mang Oded ini, pada 12 Desember 2019 dilakukan penggusuran. Warga yang bertahan menjadi korban kekerasan aparat gabungan. Korban kekerasan ini terdiri dari anak sekolah menengah pertama sampai orang dewasa.

Rumah Eva Eryani turut digusur. Pascapenggusuran, Eva mendirikan rumah bedeng di lahan bekas rumahnya sambil terus mempertanyakan dan menuntut hak-haknya kepada Pemkot Bandung. i

Rumah bedeng berwarna kelabu tersebut berdiri di antara puing-puing sisa rumah di RW 11 Tamansari yang sudah digusur sejak tahun 2019. Lokasi rumah bedeng menempati lahan kecil di pojokan kampung, di bawah gedung-gedung tinggi rumah susun yang disebut rumah deret. Kini rumah bedeng telah dilumat api.

RW 11 Tamansari, lokasi proyek rumah deret, mulanya merupakan permukiman warga yang terus tumbuh sekitar awal tahun 1960-an. Status lahan tersebut adalah tanah milik negara. Sebagian besar warga yang mengaku memiliki surat tanah dan bangunan resmi menolak proyek tersebut.

Sementara itu, Pemkot Bandung bersikukuh bahwa lahan tersebut merupakan milik pemerintah. Dibuktikan dengan masuknya kawasan RW 11 Tamansari dalam daftar inventaris barang.

Pada tahun 2019, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Bandung menyatakan lahan RW 11 Tamansari sebagai tanah sengketa. Artinya, proyek pembangunan apapun tidak boleh dilakukan di sana. Namun toh pembangunan terus berjalan.

Banyak kontroversi melingkupi pembangunan rumah deret di Tamansari. Pemkot Bandung dianggap tidak mempersiapkan infrastruktur pemenuhan HAM sebagai Kota Peduli HAM.

“Penggusuran di Tamansari itu tentang perampasan ruang dengan dalih kumuh oleh Pemkot Bandung,” ungkap anggota Tim Divisi Riset dan Kampanye LBH Bandung Heri Pramono, dikutip dari BandungBergerak.id. 

Klarifikasi dari Pemkot Bandung

Pembongkaran rumah bedeng miliki Eva Eryani di Tamansari diklaim sebagai upaya penertiban aset demi mendahulukan kepentingan umum, seperti disampaikan Sekda Kota Bandung Ema Sumarna. 

"Kita memikirkan kepentingan masyarakat yang lebih banyak. Di situ ada sekitar 190 KK (Kepala Keluarga). Mereka akan terhalang," ujar Ema, dikutip dari siaran pers, Kamis, 19 Oktober 2023.

Soal penertiban, Ema yakin Satpol PP melaksanakan tugas sesuai standar operasional yang berlaku.

"Saya punya keyakinan bahwa Satpol PP itu pasti sesuai dengan SOP dan regulasi. Saya yakin tidak mungkin aparatur bekerja di luar regulasi," tegasnya.

Disinggung soal kepastian rampungnya rumah deret, Ema berharap tahun ini bisa selesai pembangunan. Sehingga masyarakat bisa menghuni tempat tinggal tersebut.

"Saya inginnya yang sudah jadi dicicil masuk. Kalau yang selesai siap huni, ya sudah mulai saja. Tidak harus sama-sama masuknya. Kalau sudah siap, tapi menunggu selesai misalnya 3 bulan lagi, artinya kan buang waktu juga," tutur Ema.

Ia menuturkan, hadirnya Rumah Deret Tamansari untuk kebutuhan masyarakat yang dulu tinggal di kawasan tersebut. Sehingga Pemkot Bandung memprioritaskan hunian itu untuk warga setempat.

"Ini kepentingan umum, 190 KK yang menjadi fokus kita," katanya.

*Reportase ini mendapatkan sokongan data dari Prima Mulia, kawan-kawan yang baik juga bisa membaca tulisan-tulisan lain tentang Penggusuran Tamansari

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//