• Buku
  • Menelusuri Aman Pertama dalam Novel Langit Magenta dan Lagu SoulM

Menelusuri Aman Pertama dalam Novel Langit Magenta dan Lagu SoulM

Novel Langit Magenta dan lagu Aman Pertama dari SoulM saling beresonansi. Sama-sama membicarakan tentang rasa aman bagi diri sendiri.

Kegiatan diskusi dan bedah karya (Hal) Aman Pertama: Dengar Buku, Baca Lagu di salah satu book cafe di Bandung, Minggu, 29 Oktober 2023. (Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak.id)

Penulis Salma Nur Fauziyah2 November 2023


BandungBergerak.idGenggam tanganku. Lenganku masih untukmu. Pulanglah, amanmu di sini. Itulah penggalan lirik lagu Aman Pertama oleh SoulM (dibaca solem). Lagu ini dinyanyikan penuh penghayatan, diiringi petikan gitar, bass, dan dentingan piano; menjadi pembuka acara (Hal) Aman Pertama: Dengar Buku, Baca Lagu di Nimna Cafe, Bandung, Minggu sore, 29 Oktober 2023.

Suasana tempat yang nyaman dengan mengusung konsep book cafe ini dipadati oleh peserta. Beberapa berasal dari komunitas menulis CS Writer’s Club.

Di seberang meja kasir terlihat stan yang menjual buku Langit Magenta karya Sundea dan pernak-pernik band SoulM. Teman-teman yang belum sempat mempunyai karya Sundea dan SoulM bisa membeli langsung dengan penawaran spesial. 

Setelah penampilan single terbaru SoulM yang menggugah jiwa, Sundea atau dapat disapa Dea, membacakan cuplikan novel miliknya yang terbit pada bulan November tahun lalu, Langit Magenta.

Acara pun bergulir dengan sesi diskusi dan bedah karya yang dipandu oleh Ayu Oktariani. Peserta larut membedah makna lagu, novel, dan juga ilustrasinya. Semuanya ditutup dengan menulis secarik surat dan bernyanyi Aman Pertama bersama-sama.

Langit Magenta dan Aman Pertama

Alex, vokalis sekaligus gitaris SoulM, menyampaikan cerita yang melatarbelakangi terciptanya lagu Aman Pertama. Lagu ini lahir atas inisiasinya bersama salah satu personel SoulM bernama Evan lewat sebuah obrolan tentang seorang ayah yang mau ngobrol dengan anaknya.

“Dulu waktu kamu kecil, kamu main di depan rumah. Aku di beranda, kamu main-main ke sana. Kamu sangat-sangat tahu, sebahayanya-bahayanya halaman rumah gitu ya, gak masalah. Karena ada papaku,” jelas Alex, membicarakan percakapannya dengan Evan.

Seiring beranjak dewasa, Alex menuturkan banyak sekali hal yang membuat kita lupa bahwa keamanan menjadi diri sendiri itu dimulai dari orang-orang terdekat. Seperti contoh, ketika kita melakukan hal-hal bodoh, ayah atau ibu mungkin akan marah tapi tetap menerima kita apa adanya.

 “Sebenarnya amannya orang beda-beda. Dan aku sangat menyadari kalau enggak semua orang aman-nya itu keluarga,” lanjut vokalis SoulM ini mengenai aman setiap orang yang berbeda.

Tema aman juga ditemukan dalam karya Sundea, Langit Magenta. Buku ini bercerita tentang seorang anak remaja bernama Magenta yang sibuk mencari aman pertamanya. Dalam perjalannya, Magenta bertemu dengan orang-orang yang memiliki isu serupa.

Dea mulai membeberkan beberapa tokoh menarik dalam buku yang ditulis sejak tahun 2017 itu. Magenta, seperti remaja pada umumnya, memilih keluarga sebagai aman pertama; tetapi seiring berjalannya waktu justru menjadi boomerang bagi rasa amannya.

Kedua, ada Om Yan, paman Magenta, yang menjadikan kebebasan yang diberikan ibunya sebagai rasa aman pertama dan terbawa hingga dewasa. Terakhir, ada Ratna yang menjadikan nyanyian ibunya sebagai rasa aman pertama hingga ada sebuah peristiwa yang membuat Ratna kehilangan hal tersebut.

“Setiap rasa aman yang kita punya itu tuh, sebetulnya aman pertama kita yang berganti-ganti wajah,” ungkap Dea, saat mendefinisikan rasa aman yang sebetulnya tidak pernah betul-betul hilang. Seperti tokoh Ratna, yang tidak akan mungkin kembali mencari sosok sang ibu yang telah tiada. Rasa amannya kemudian berganti menjadi nyanyian suaranya sendiri.

Rasa aman pula yang menginspirasi Jessica Armelia, ilustrator yang berjasa membuat artwork untuk single terbaru SoulM. Jessica menjelaskan, makna dari artwork.

Setelah berulang kali mendengar lagu SoulM dengan tenggat waktu yang singkat, Jessica memutuskan membikin gambar dua buah kursi plastik jadul yang hanya diduduki salah satunya. Objek ini terinspirasi dari salah satu tempat amannya, yaitu sang Opa.

Menurut Jessica, yang saat ini tinggal bersama Opa, gambarnya merepresentasikan dirinya yang muda dan suka berkelana harus meninggalkan Opa sendiri di rumah.

Baca Juga: RESENSI BUKU : Puizine Ketam, Mengarsipkan Keseharian yang Tidak Pasti
RESENSI BUKU: Upaya Sia-sia Mengikuti Standar Orang
RESENSI BUKU: Pergulatan Karman

Kata Mereka Tentang Aman Pertama

Salah satu peserta, Dina, mengaku bahwa ini adalah kali pertamanya mengikuti acara seperti ini. Perempuan yang tengah sibuk menjadi content creator di bidang FnB ini datang untuk mendukung temannya yang menjadi illustrator sampul lagu Aman Pertama.

Dina yang telah terlibat dalam proses sang teman ketika menggarap gambar sampul itu menyampaikan pendapatnya mengenai ruang aman-nya.

Aman tuh, aku sih lihatnya di sini bukannya berubah dari A menjadi B. Tapi, tadinya A sekarang ada A dan B dan C,” ujar Dina saat menjelaskan bahwa seiring berjalannya waktu aman itu akan bertambah.

Tita (30 tahun) anggota dari komunitas CS Write’s Club atau CSWC sempat membacakan suratnya untuk aman pertamanya, Opa dan Oma, yang sudah berada di tempat terbaiknya. Sama seperti alasannya mengikuti CSWC, dia datang ke acara ini untuk melepas penat dan mengisi waktu luang.

Perempuan asal Bandung ini mengaku tempat amannya saat ini bisa dibilang komunitas yang tengah dirinya ikuti. Teman-teman komunitasnya sangat menyambut dirinya dan kegiatan menulis membuatnya merasa tenang.

“Mungkin kalau buat aku, aman pertama itu bukan tetang orang. Tapi mungkin tempat tentang komunitas pun bisa. Menurut aku CSWC, sih. Aku merasa aman sih ngeluarin unek-unek aku, mau seliar apa pun juga mereka akan mendengar,” jelasnya.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan lain dari Salma Nur Fauziyah, atau artikel-artikel menarik lainnya tentang Buku

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//