Gempa Garut Meruntuhkan Rumah di Kabupaten Bandung Barat
Gempa Garut dirasakan oleh warga Jawa Barat umumnya, juga warga yang berada di luar Jawa Barat. Masyarakat diminta memeriksa retakan di dinding rumah.
Penulis Prima Mulia29 April 2024
BandungBergerak.id - Engkos menata dan mengencangkan tali lembaran terpal plastik yang menutupi hampir 70 persen dinding belakang rumahnya yang ambruk di Kampung Citatah RT 04 RW 10, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 28 April 2024. "Rubuh pas kemarin malam sehabis gempa," kata pria 52 tahun ini.
Ia berulang kali memeriksa lembaran terpal plastik berwarna oranye dan biru yang menutup dinding dari ruang dapur dan satu kamar di bagian belakang rumahnya. Rumah Engkos jadi salah satu bangunan yang rusak terdampak gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2 yang berpusat di Kabupaten Garut, Sabtu malam, 27 April 2024 pukul 23:29 WIB.
Jarak rumah Engkos dengan sumber gempa Garut lebih dari 100 kilometer. Pusat gempa sendiri berada di Samudera Hindia kedalaman 70 kilometer. Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mencatat, lindu dirasakan di sejumlah daerah dengan tingkat skala intensitas berbeda-beda, mulai dari Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, Tangerang, Bogor, DKI Jakarta, Kebumen, Banyumas, Cilacap, Purwokerto, Bantul, Sleman, Kulonprogo, Trenggalek, Malang.
Kampung kediaman Engkos berada di lahan miring kawasan karst Citatah. Ada lebih dari 10 rumah di lembah yang masuk wilayah RT 04 Kampung Citatah tersebut. Rumah Engkos jadi satu-satunya yang rusak terdampak gempa di RT 04.
Engkos bercerita, gempa tengah malam itu membuat ia dan keluarga yang berjumlah tujuh orang langsung berhamburan keluar rumah. Begitu juga dengan semua tetangga.
"Guncangannya keras, setelah gempa mereda selang beberapa detik kemudian tiba-tiba ada suara keras dari arah belakang rumah. Ternyata dinding rumah saya runtuh di bagian belakang, kalau kata tetangga saya mah suaranya mirip truk pengangkut batu kapur yang terguling," kata Engkos.
Susanti juga merasakan kepanikan yang sama saat gempa mengguncang rumahnya. Wanita 28 tahun ini bersama empat orang anggota keluarga yang lain langsung berhamburan keluar rumah ketika gempa terjadi.
"Sampai sekarang masih ngeri karena getarannya keras sekali. Padahal pusat gempanya jauh ya. Alhamdulillah rumah saya tidak mengalami kerusakan, malah rumah tetangga yang rusak, roboh dindingnya," kata Susanti.
Baik Susanti, Engkos, dan warga Kampung Citatah yang lain, terpaksa harus melek semalaman karena takut ada gempa susulan. "Sampai subuh kami masih terjaga. Baru tadi siang dinding rubuh rumah saya ditutup pakai terpal plastik dibantu oleh petugas BPBD, biar tidak keanginan dan kehujanan bagian dalam rumahnya," kata Engkos.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 28 April 2024 pukul 14.00 WIB, tercatat sebanyak 110 unit rumah terdampak gempa dengan rincian 3 unit rumah rusak berat, 21 unit rumah rusak sedang, 34 unit rumah rusak ringan, 11 unit rumah terdampak, dan 44 unit rumah rusak.
Kerusakan paling banyak terjadi di Kabupaten Garut sebanyak 41 unit rumah, Kabupaten Bandung 24 unit rumah, Kabupaten Sukabumi 17 unit rumah, Kabupaten Tasikmalaya 7 unit rumah, dan Kota Tasikmalaya 5 unit rumah.
Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan. Delapan orang mengalami luka dan 75 KK terdampak. Selain rumah, dampak gempa juga merusak sejumlah fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit dan sarana fasilitas kesehatan, kantor, serta tempat ibadah. BPBD Jawa Barat bersama pemerintah derah kota dan kabupaten akan melakukan perbaikan fasilitas umum, pembersihan material dampak gempa, dan perbaikan rumah-rumah warga.
Minggu, 28 April 2024 pukul 15.00 WIB, BPBD Jawa Barat merilis pemutakhiran data bahwa gempa berdampak pada 14 kabupaten dan kota yakni Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Bandung, Kabupaten Pangadaran, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Sumedang, Kota Tasikmalaya, Kota Banjar, Kota Cimahi, dan Kabupaten Cianjur.
“Sebelas jiwa mengungsi, 8 orang luka-luka, yang banyak terdampak di Kabupaten Ciamis,” demikian pernyataan resmi BPBD Jabar.
Ratusan rumah mengalami kerusakan dan 159 jiwa terdampak dengan rincian, 102 rumah rusak ringan, 47 unit rumah rusak sedang, dan 5 rumah rusak berat. “Kondisi dalam pendataan dan assament di lapangan, data masih dinamis dapat berubah,” terang BPBD Jabar.
Baca Juga: Jangan Mengusik Tanah Kami!
Napak Tilas Rumah Proklamasi Milik Djiauw Kie Siong di Rengasdengklok
Melihat Pertautan Kerajaan Tarumanegara dan Sriwijaya di Candi Batujaya Karawang
Sumber Gempa Garut dan Kondisi Tanah
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, gempa bumi Kabupaten Garut disebabkan aktivitas deformasi batuan lempeng Indo-Australia tersubduksi di bawah lempeng Eurasi di selatan Jabar. Lindu ini dikenal sebagai gempa dalam lempeng (intra-slab earthquake) dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Gempa Garut tidak berdampak berpotensi tsunami, namun dirasakan di banyak daerah termasuk oleh warga luar Jawa Barat. Daryono mengimbau agar masyarakat tidak terpengaruh oleh isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenerannya. Ia menganjurkan agar menghindar dari bangunan yang retak.
“Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah,” terang Daryono, dalam keterangan resmi.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan mengatakan, tipe tanah mempengaruhi dampak gempa. Perbukitan pesisir Jawa Barat selatan memiliki morfologi bergelombang terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan.
“Berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi,” kata Hendra Gunawan, dilansir dari keterangan resmi.
Ia mencatat, lindu yang disebabkan akibat aktivitas penunjaman atau disebut intraslab dengan mekanisme sesar naik di Jabar bagian selatan telah beberapa kali mengakibatkan bencana dari tahun 1979, 2007, 2017, 2022, dan 2023.
Pesisir Jawa Barat selatan secara umum tersusun endapan kuarter baik berbentuk aluvial pantai, batuan rombakan gunung api muda, aluvial sungai, dan batuan berumur tersier. Sebagian batuan berumur tersier serta batuan rombakan gunung api muda telah mengalami pelapukan.
“Endapan Kuarter dan batuan yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi,” terang Hendra Gunawan.
*Reportase ini mendapatkan sokongan data dari jurnalis BandungBergerak.id Muhammad Akmal Firmansyah