• Berita
  • Lebih dari 60 Persen Wilayah Kota Bandung Memiliki Potensi Bencana

Lebih dari 60 Persen Wilayah Kota Bandung Memiliki Potensi Bencana

Jenis-jenis bencana yang pernah terjadi di Kota Bandung mulai dari kebakaran, banjir, hingga pandemi Covid-19 yang menghancurkan hampir semua tatanan.

Perawat menunggu pasien yang baru masuk IGD Covid-19 RSUD Baleendah, Kabupaten Bandung, di masa puncak penularan pada 25 Juni 2021. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana15 Juli 2024


BandungBergerak.idPemerintah Kota (Pemkot) Bandung merilis bahwa sebagian wilayah Kota Bandung memiliki kerawanan bencana alam dan nonalam. Pernyataan ini disampaikan Penjabat Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono saat menetapkan Kecamatan Mandalajati sebagai Laboratorium Penanganan Bencana Kota Bandung.

Bambang meminta seluruh elemen Kota Bandung menyadari fakta bahwasannya 62 persen wilayah Kota Bandung memiliki potensi bencana alam dan nonalam. Data ini diambil dari Kajian Risiko Bencana Khusus Gempa Bumi dan Banjir Institut Teknologi Bandung.

"Kecamatan Mandalajati dikukuhkan sebagai Kampung Siaga Bencana. 29 Kecamatan lainnya harus belajar bersama. Kami sudah berkomunikasi dengan jajaran Forkopimda, dan kami sepakat, persoalan bencana adalah tanggung jawab bersama," pesan Bambang, dalam keterangan resmi, diakses Senin, 15 Juli 2024.

Meski demikian, Pemkot Bandung tidak merinci bencana apa saja yang menjadi kerawanan di kota berpenduduk hampir 2,5 juta jiwa ini. Namun, bandungbergerak telah menghimpun potensi bencana apa saja yang pernah terjadi di Bandung. Berikut ini rinciannya:

Bencana Kebakaran dan Banjir

Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) telah mengingatkan bahwa puncak musim kemarau 2024 terjadi pada Juli-Agustus. Salah satu potensi bencana yang memungkinan terjadi pada musim kemarau adalah kebakaran.  

Berdasarkan data yang disajikan Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Bandung antara tahun 2007 hingga 2021, kasus kebakaran di Kota Bandung selalu melebihi 100 kasus peristiwa kebakaran per tahunnya. Ini menunjukkan bahwa potensi kebakaran di kota padat penduduk ini tinggi. Kasus kejadian kebakaran paling tinggi terjadi pada tahun 2019 yang menyentuh angka 272 kasus kebakaran, dengan 82 korban luka dan tujuh korban meninggal dunia.

Selain kebakaran, Kota Bandung juga tidak luput dari bencana banjir terutama di musim hujan. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung antara 2018-2020 mencatat jumlah kelurahan yang mengalami bencana alam banjir dari 30 kecamatan yang ada di Kota Bandung. Pada 2018 terdapa 54 kelurahan terdampak bencana banjir, tahun 2019 terdapat 50 kelurahan, dan tahun 2020 terdapat 38 kelurahan.

Baca Juga: Bandung Darurat Bencana, Pemerintah Perlu Memperhatikan Lansia dan Disabilitas Selama Bencana
Bencana Banjir dan Longsor Melanda Cekungan Bandung, Langkah BP Cekban Baru Sebatas Pelantikan
Warga Usul Miliaran Rupiah Dana Bencana Kota Bandung segera Dipakai

Gempa Bumi

Patahan Lembang yang membentang di Bandung Raya telah lama diteliti dan disimpulkan sebagai sumber gempa bumi aktif. Tidak ada yang mengharapkan terjadinya bencana, namun realitasnya manusia harus hidup berdampingan dengan risiko-risiko bencana seperti bencana geologi gempa bumi.

Rifky Dwi Saputra Rumadan dan Ira Safitri Darwin dari Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung (Unisba), menyatakan patahan Lembang memiki potensi kegempaan yang bisa terjadi kapan saja tanpa diduga.

Kedua peneliti mengutip hasil penelitian Eko Yulianto dari Pusat Penelitian Geoteknologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang mengatakan potensi gempa yang disebabkan sesar Lembang masih ada.

Hal itu didasari dari rekam jejak sejarah gempa patahan Lembang dengan kekuatan 6,8 skala richter semenjak 2.000 tahun lalu dan berlanjut gempa 6,6 richter yang terjadi sekitar 500 tahun lalu. Selain gempa besar itu, juga tercatat gempa lain berskala kecil dari tahun 1972, 1999, 2000, 2003, 2005, hingga 2011.

Badan Geologi juga mencatat kejadian gempa bumi disebabkan sesar Lembang terjadi pada 28 Agustus 2011 yang mengakibatkan kerusakan rumah-rumah warga di desa Muril Rahayu, Kabupaten Bandung Barat. Sesar ini juga pernah melepaskan energi berkekuatan di bawah 5 SR pada 1999.

Menurut Rifky Dwi Saputra Rumadan dan Ira Safitri Darwin, total panjang sesar Lembang mencapai 29 kilometer dengan titik nol kilometer di daerah Padalarang dengan percepatan geser dari 3 sampai 5,5 milimeter per tahun (LIPI, 2015). Tercatat dari 2009-2015 patahan lembang bertambah panjang kurang lebih 7 kilometer.

“Potensi gempa dari sesar Lembang cukup besar dengan skala magnitudo 6,5 sampai 7 apabila seluruh segmen sesar bergerak,” demikian kata Rifky Dwi Saputra Rumadan dan Ira Safitri Darwin dalam jurnal penelitiannya.

Kota Bandung yang berjarak hanya 10 kilometer dari sesar Lembang, jelas tidak bisa tidak melakukan mitigasi bencana terkait kewaspadaan gempa bumi sesar Lembang. Menurut hasil penghitungan Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB) Institut Teknologi Bandung (ITB), potensi kerugian ekonomi akibat gempa bumi yang dipicu gerakan sesar Lembang mencapai 51 triliun rupiah.

Hitung-hitungan tersebut didapat dari nilai kerusakan pada sekitar 2,5 juta rumah tinggal di Kota Bandung dengan 500 ribu rumah di antaranya diperkirakan rusak total. Jumlah kerugian ini belum termasuk sarana perkantoran, sekolah, pasar, dan fasilitas publik lainnya.

Selain Sesar Lembang, Bandung juga dikelilingi sesar gempa bumi lainnya. Di antaranya, patahan Cileunyi-Tanjungsari, patahan Cicalengka, patahan Gunung Geulis, dan patahan Jati. Aktivitas patahan-patahan gempa bumi ini pernah dibahas dalam Geoseminar “Patahan Lembang: Fakta dan Realita” di Auditorium Badan Geologi, Bandung, 7 September 2018.

Patahan-patahan tersebut tercatat pernah menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan kurang dari 5 SR, antara lain gempa bumi Tanjungsari pada tahun 1972 dan 2010, gempa bumi Gunung Halu dan Jati pada 2005, gempa bumi Pangalengan pada 2016, gempa bumi Cicalengka pada 2000 dan 2005, serta gempa bumi Ujungberung pada 2011. Dengan catatan historis ini, mitigasi bencana mutlak diperlukan.

Pandemi Global

Masih lekat di ingatan kita, Bandung dan kota-kota lain di dunia pernah merasakan pandemi Covid-19. Pemerintah Kota Bandung mencatat kasus pertama Covid-19 di Kota Kembang terjadi tanggal 17 Maret 2020 yang menimpa pasien laki-laki warga Babakan Ciparay yang memiliki riwayat perjalanan di Ibu Kota Jakarta. Temuan ini berselang dua pekan setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020.

Per 17 Maret 2021, situs Pusat Informasi Covid-19 (Pusicov) Kota Bandung menyebut 14.390 kasus Covid-19. Dari jumlah tersebut, 13.126 kasus dinyatakan sembuh dan 262 orang kehilangan nyawa.

Sementara itu situs web Covid-19.go.id mengumumkan jumlah akumulatif kasus positif sebanyak 1.437.283 kasus, termasuk 1.266.673 kasus sembuh dan 38.915 kasus meninggal dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), secara global pandemi yang pertama kali diketahui pada akhir 2019 tersebut telah menjalar ke 223 negara dan menyebabkan 120.383.919 terkonfirmasi positif dengan 2.664.386 orang di antaranya meninggal dunia.

Pandemi Covid-19 meluluhlantakkan seluruh tatanan kemanusiaan. Laman Lapor Covid yang diakses Senin, 15 Juli 2024 mencatat, ribuan tenaga medis menjadi korban. Total terdapat 2.087 tenaga kesehatan yang gugur, terdiri dari dokter 751 orang, dokter gigi 46 orang, perawat 670 orang, bidan 398 orang, dan lain-lain.

*Kawan-kawan yang baik bisa menyimak artikel-artikel terkait Bencana di Kota Bandung dalam tautan berikut ini

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//