• Opini
  • Hari Habitat dan Hari Kota Dunia 2024: Sudahkah Bandung Menjadi Kota Layak Huni untuk Pemuda?

Hari Habitat dan Hari Kota Dunia 2024: Sudahkah Bandung Menjadi Kota Layak Huni untuk Pemuda?

Bandung memiliki orang-orang muda yang kreatif dan mau terlibat. Pertanyaannya, sejauh mana kota ini sudah memberikan ruang untuk mereka?

Nurulitha Andini Susetyo

Spesialis pengembangan perkotaan dan keterlibatan masyarakat, menekuni isu tata kelola, kebijakan publik, inklusi sosial, dan pembangunan berkelanjuta

Ilustrasi. Orang muda dan kotanya. (Ilustrator: Arctic Pinangsia Paramban/BandungBergerak)

21 Oktober 2024


BandungBergerak - Oktober diperingati oleh warga dunia sebagai Urban October karena terdapat perayaan dua hari besar secara global yaitu World Habitat Day atau Hari Habitat Dunia (setiap Senin pertama di bulan Oktober) dan World Cities Day atau Hari Kota Dunia (setiap 31 Oktober). Tahun ini tema yang diangkat adalah “Engaging youth to create a better urban future: Youth leading climate and local actions for cities”. Ada pengakuan, sekaligus dorongan, atas kontribusi penting orang-orang muda dalam berbagai aksinya untuk menjaga lingkungan perkotaan, termasuk dari ancaman dan risiko perubahan iklim.

Memang banyak sekali kisah pemuda di tingkat lokal maupun global yang bergerak di bidang lingkungan dan sangat vokal dalam menuntut perubahan yang sistematis demi keadilan lingkungan hidup. Greta Thunberg, misalnya, kerap kali menyuarakan ketidakadilan lingkungan dan menuntut transparansi serta akuntabilitas korporasi besar yang merusak lingkungan serta memperburuk dampak dan risiko dari perubahan iklim. Di Kota Bandung, ada komunitas Seni Tani yang bergerak di isu pangan perkotaan demi mewujudkan ketahanan pangan lokal dan memberdayakan petani urban. Gerakan ini menjadi contoh kecil bahwa orang-orang muda memiliki segudang ide dan energi yang luar biasa yang bila disalurkan dengan tepat, akan menghasilkan dampak yang lebih konkret di kehidupan.

Namun yang justru jadi pertanyaan adalah apakah Bandung sudah menjadi kota yang layak untuk pemuda? Apakah kota ini sudah mampu menampung dan memfasilitasi ide dan gagasan kreatif dari komunitasnya?

Baca Juga: Pemuda Bandung Menuntut Tindakan Nyata Pemerintah dalam Mengurangi Dampak Krisis Iklim
Musik dari Orang-orang Muda Bandung Membela Dago Elos
Pemuda Kota Bandung Jaga Asa Kreativitas di Tengah Pandemi

Kelompok Potensial yang Rentan

Merujuk catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, dari sekitar 2,5 juta penduduk Kota Bandung pada tahun 2023, 27 persen di antaranya tergolong kelompok pemuda, yaitu penduduk yang berusia 16-30 tahun. Dari segi tingkat pendidikan, mayoritas pemuda di kota ini (45,50%) merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat dan sekitar 11% saja yang merupakan lulusan sarjana. Data juga mencatat bahwa lebih dari 70% pemuda di Kota Bandung merupakan perokok sehingga dapat meningkatkan risiko kesehatan di kemudian hari.

Diketahui, mayoritas pemuda di Kota Bandung merupakan pekerja (54%) dan hanya sebagian kecil dari mereka yang pengangguran (11%). Dari aspek ekonomi, kelompok pemuda yang termasuk golongan miskin masih cukup banyak, yakni 38%, sedangkan yang tergolong kelas menengah sebesar 41%. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak kelompok pemuda kita yang belum sejahtera dan rentan miskin apabila terjadi guncangan sosial ekonomi yang mengganggu kehidupan mereka.

Rentetan data di atas sedikit banyak bisa menunjukkan bagaimana kondisi pemuda, kelompok yang digadang-gadang menjadi pemimpin di masa depan. Dengan tingkat pendidikan yang cukup baik, keterpaparan internet, serta kemampuan untuk bekerja secara produktif, secara umum kelompok pemuda di Kota Bandung boleh disebut sebagai sumber daya manusia (SDM) yang cukup berkualitas. Salah satu faktor penyebabnya sangat mungkin adalah keberadaan banyak lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi yang baik, yang mendorong peningkatan kualitas akses pendidikan secara lebih merata.

Namun, jika berbicara mengenai kualitas kota dan apa yang sudah kota ini berikan kepada para pemudanya, masih ada banyak hal yang perlu kita bincangkan. Narasi generasi milenial dan gen Z sulit untuk memiliki rumah sepertinya terjadi juga di Kota Bandung meski pada tahun 2023, BPS Kota Bandung mencatat sekitar 58% penduduk kota ini tergolong mampu untuk memiliki rumah sendiri.

Data menunjukkan, masih ada 22% pemuda di Kota Bandung yang bekerja di sektor informal, yang umumnya rentan dan tidak memiliki perlindungan kerja yang memadai. Akses pemuda terhadap ruang publik untuk menyalurkan energi dan kreativitasnya pun belum meningkat signifikan. Baru 8% dari seluruh luas Kota Bandung yang difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH), atau sangat jauh dari ketentuan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mengamanatkan sedikitnya 30% dari luas kota sebagai RTH.

Dalam isu lingkungan hidup, terutama perubahan iklim yang menjadi tema Hari Habitat dan Hari Kota Dunia tahun ini, pemuda juga menjadi salah satu kelompok terdampak signifikan. Laporan UNICEF pada tahun 2021 mengenai Children’s Climate Risk Index menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan risiko tinggi, di mana perubahan iklim berdampak signifikan terhadap kualitas hidup anak-anak dan pemuda. Anak-anak dan pemuda Indonesia sangat rentan terhadap vector-borne diseases, polusi udara, dan banjir di kawasan pesisir. Di saat yang bersamaan, investasi di infrastruktur sosial yang sangat dibutuhkan anak-anak dan pemuda juga masih minim, seperti pendidikan dan kesehatan.

Dengan demografi kaum muda yang menyimpan banyak potensi, Kota Bandung seharusnya memiliki aset SDM yang dapat diberdayakan demi kemajuan pembangunan kota. Apalagi kota ini dikenal dengan banyaknya komunitas di beragam bidang, mulai dari lingkungan, kesehatan, pendidikan, hingga sektor kreatif. Kota Bandung, dengan segala aparatus pemerintahannya, harus mampu menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh kelompok pemuda ini untuk terus berkembang serta berkolaborasi dengan mereka dalam pengambilan kebijakan kota. Hal ini juga sejalan dengan apa yang menjadi strategi utama kerangka Kota Ramah Anak dan Pemuda yang digaungkan oleh UNICEF, seperti partisipasi anak dan pemuda, advokasi kebijakan, dan keterlibatan dalam perencanaan pembangunan kota.

Topik kepemudaan di Hari Habitat dan Hari Kota Dunia di Urban October 2024 bisa jadi momentum yang sangat baik untuk mulai melibatkan kaum pemuda secara lebih bermakna dan merencanakan kota yang baik untuk mereka. Kata orang-orang, pemuda adalah masa depan. Oleh karenanya, sebagai perencana kota, kita harus menyiapkan tempat terbaik bagi mereka untuk bertumbuh dan berkembang demi masa depan yang lebih baik.

 

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain tentang Orang-orang Muda Bandung

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//