• Opini
  • Peran Transformasi Digital dalam Mendongkrak Perekonomian Indonesia yang Dirontokkan Pagebluk

Peran Transformasi Digital dalam Mendongkrak Perekonomian Indonesia yang Dirontokkan Pagebluk

Indonesia berpeluang besar dalam merekonstruksi perekonomian yang terpukul pandemi Covid-19. Ada tantangan yang harus diatasi, antara lain kesenjangan digital.

Nathanael Kenardi

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar)

Pekerja mendorong dus minyak goreng di lokasi operasi pasar, Taman Dewi Sartika, Bandung, Jumat (3/12/2021). Di saat pandemi belum reda, masyarakat harus dipusingkan dengan melambungnya harga minyak goreng. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

7 Januari 2022


BandungBergerak.idPandemi Covid-19 membuat berbagai macam perubahan di hampir semua sektor kehidupan masyarakat. Sejak 2020 lalu wabah global ini telah membuat segala aktivitas masyarakat dibatasi untuk sementara waktu. Tak terkecuali di Indonesia. Berbagai macam langkah yang telah dilakukan pemerintah guna menangani pandemi misalnya dengan melakukan karantina wilayah di beberapa tempat yang rawan penularan Covid-19.

Pandemi menyebabkan banyak perusahaan gulung tikar hingga melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya. Lembaga-lembaga keuangan mengalami kehilangan pemasukan akibat minimnya pemasukan dari masyarakat. Angka kemiskinan mengalami peningkatan drastis. Dalam menghadapi hantaman badai pandemi ini pemerintah Indonesia telah mengeluarkan sejumlah kebijakan, antara lain, untuk menstabilkan perekonomian.

Meski demikian, masyarakat tetap beraktivitas di tengah pandemi, di antaranya kondisi perekonomian yang terpuruk, yang mana pelemahan perekonomian terjadi hampir pada semua sektor, terutama pariwisata, hiburan, transportasi, MICE, industri sandang, dan otomotif. Lalu mengapa transformasi digital dianggap mampu merekonstruksi perekonomian di Indonesia? Ekonomi digital di Indonesia terus berkembang pesat dalam satu dekade terakhir.

Pengembangan ekonomi digital dapat menjadi jawaban terhadap upaya merekonstruksi perekonomian di sektor-sektor ekonomi produktif di tengah kondisi pandemi Covid-19. Bagi Indonesia hal tersebut dapat menjadi strategis untuk lebih dikembangkan bila melihat pertumbuhan PDB ekonomi digital Indonesia 2020 yang dapat tumbuh hingga sebesar 11 persen.

Ekonomi digital ini banyak dilakukan para pelaku UMKM. Harus diakui bahwa UMKM sebagai penggerak utama (prime mover) dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah kondisi pandemi Covid-19. Potensi ekonomi digital Indonesia yang amat besar sebagaimana data yang dilansir Indonesia E-Commerce Association (idEA), menunjukkan pelaku UMKM yang tergabung ke dalam ekosistem digital sudah mencapai 13,7 juta pelaku atau sekitar 21 persen dari total pelaku hingga Mei 2021.

Sehingga akselerasi transformasi digitalisasi ekonomi, utamanya UMKM, menjadi sektor yang perlu menjadi prioritas untuk terus dikembangkan. Sebagai sektor yang menyumbang PDB nasional sebesar 61,7 persen serta berkontribusi menyediakan 97 persen lapangan kerja, UMKM Indonesia harus dapat didorong untuk ekspansi ke sektor digital sehingga pasarnya menjadi jauh lebih luas.

Selain itu, di masa pandemi ini bukan merupakan suatu kebetulan jika terjadi perubahan perilaku masyarakat dalam berbelanja baik barang maupun jasa, masyarakat cenderung memilih melakukan belanja lewat online shopping dibandingkan harus berbelanja ke mal atau pasar. Dilansir dari cnnindonesia.com, jumlah transaksi perdagangan elektronik meningkat dua kali lipat di tengah bencana nasional pandemi Covid-19. Pada 2019, jumlah transaksi mencapai 80 juta transaksi  dan pada tahun 2020 meningkat menjadi 140 juta transaksi. Di sini konsumen dalam suatu perputaran ekonomi memegang peranan sangat penting.dan tanpa disadari pandemi Covid-19 telah memunculkan pola hidup baru: masyarakat kita jadi terbiasa menggunakan teknologi digital.

Hal tersebut juga diperkuat dengan bonus demografi di Indonesia yang menciptakan growing number of middle class. Peningkatan ini disebabkan oleh pertumbuhan ritel daring (e-commerce) yang pesat. Selain itu, customer market di Indonesia merupakan pasar paling penting di dunia, terutama di kawasan Asia Tenggara. Hal ini terjadi karena Indonesia memiliki banyak pengguna aktif media sosial. Laporan Digital 2021: the Latest Into The State of Digital.menyebutkan, bahwa dari total 274,9 juta penduduk di Indonesia, sebanyak 170 di antaranya telah menggunakan media sosial. Dengan demikian jumlah pengguna media sosial di Indonesia setara dengan 61,8 persen dari total populasi pada Januari 2021. Angka tersebut juga meningkat 10 juta atau sekitar 6,3 persen dibandingkan tahun lalu.

Peluang membangkitkan ekonomi melalui transformasi digital juga dapat dilihat dari lonjakan penggunaan internet yang begitu besar. Penggunaan aplikasi online (dalam bidang pendidikan, pekerjaan, dan konsultasi kesehatan) naik 443 persen, ritel daring (e-commerce)  naik 400 persen, dan penggunaan televisi naik 80 persen, sejak diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Laporan terbaru e-conomy SEA 2021 menyebutkan, bahwa nilai ekonomi digital Indonesia mencapai US$ 70 miliar pada tahun 2021. Jumlah ini meningkat pesat 49 persen year on year bila dibandingkan dengan nilai ekonomi digital pada tahun 2020 yang hanya mencapai US$ 47 miliar. Oleh karena itu, transformasi digital bisa menjadi solusi meningkatkan kembali perekonomian Indonesia yang menurun akibat dampak pandemi Covid-19.

Baca Juga: Mencegah Kekerasan Seksual dengan Film
Tersisihnya Budaya Lokal karena Globalisasi
Bangkitnya Popularitas Batik di Kalangan Generasi Z Indonesia

Kesenjangan Digital

Namun tentu saja manifestasi transformasi digital ada tantangannya, di mana cyber security masih menjadi persoa tantangan utamanya. Tantangan ini dihadapi di berbagai belahan negara yang mengembangkan sistem perekonomian digital. Begitu pula di Indonesia. Sebagai negara berkembang yang memiliki peluang besar, dengan arus transaksi online yang terus meningkat setiap tahunnya, perekonomian digital di Indonesia menjadi celah baru bagi pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan cyber.

Di satu sisi, tingkat persaingan yang semakin ketat, keterbatasannya pembangunan sumber daya manusia, juga menjadi salah satu tantangan dalam manifestasi transformasi digital. Di sisi lain, berkembangnya e-commerce menjadi jalur masuknya produk-produk dari berbagai negara ke Indonesia dengan mudah. Akibatnya, produk-produk lokal pun sulit untuk berkembang dan akan tergerus oleh produk dari negara lain yang cenderung dijual dengan harga terjangkau.

Dan kurangnya ketersediaan akses internet yang mumpuni, serta regulasi yang belum mengikuti perkembangan zaman, menjadi salah satu faktor yang menghambat transformasi digital. Saat ini akses internet masih terpusat di pulau-pulau terbesar saja, terutama Jawa. Sedangkan akses internet di wilayah lain seperti Kalimantan, Sulawesi, Papua masih minim dengan regulasi yang kurang memadai.

Akhirnya, ekonomi digital di Indonesia yang terus berkembang diharapkan mampu untuk menopang dan merekonstruksi perekonomian di Indonesia di masa mendatang. Namun tentu saja harus diiringi dengan mengatasi faktor-faktor yang mampu menutup kesenjangan digital yang ada. Dengan demikian, maka akan semakin banyak orang Indonesia yang mampu berpartisipasi dalam ekonomi digital dan menyediakan pasar yang kuat serta industri digital yang lebih bervariasi, membuka lapangan pekerjaan, yang ujungnya mampu mendongkrak perekonomian nasional.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//