Momentum Memperbaiki Data Covid-19 Kota Bandung
LaporCovid-19 khawatir narasi yang berkembang dari situasi saat ini berdampak pada makin abainya masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan.
Penulis Iman Herdiana13 Mei 2022
BandungBergerak.id - Kasus Covid-19 pada gelombang ketiga pandemi semakin melandai, baik secara nasional maupun di kota dan kabupaten di Indonesia. Data Covid-19 Kota Bandung mencatat tidak ada penambahan kasus baru menurut data terbaru yang terakhir dimutakhirkan, Kamis (12/5/2022).
Tercatat kasus positif aktif Covid-19 Kota Bandung sebanyak 44 orang. Dari 10 wilayah atau kecamatan dengan kasus aktif tertinggi, rata-rata memiliki kasus di bawah lima orang. Data ini jauh berbeda dengan awal gelombang ketiga di manta kecamatan dengan kasus tertinggi memiliki lebih dari 100 orang.
Sementara total kasus terkonfirmasi positif sejak awal pagebluk pada Maret 2020 mencapai 86.370 orang. Jumlah kasus sembuh sebanyak 84.851 orang, dan konfirmasi meninggal 1.475 orang.
Melandainya kasus Covid-19 Kota Bandung itu terjadi menjelang dua pekan pascalebaran. Perlu diketahui, pascalibur panjang seperti lebaran dua tahun ke belakang, biasa diikuti dengan lonjakan kasus baru. Sehingga saat ini pun kewaspadaan masih tetap diperlukan, walaupun narasi kuat yang muncul di daerah-daerah lebih menonjolkan hidup normal di fase endemi.
LaporCovid-19 khawatir narasi yang berkembang dari situasi saat ini berdampak pada makin abainya masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, khususnya menghindari kerumunan dan memakai masker. Munculnya banyak narasi transisi ke endemi justru akan mengaburkan persepsi publik terkait krisis kesehatan saat ini.
Situasi Covid-19 di Bandung
Narasi serupa juga terjadi di Kota Bandung. Ketua Harian Satgas Covid-19 Kota Bandung, Asep Gufron, mengatakan pascalebaran, kondisi Covid-19 di Kota Bandung sangat terkendali.
Sedangkan capaian vaksinasi mulai dosis 1 hingga dosis 3 juga telah melampaui target. Untuk dosis pertama mencapai 113 persen, dosis kedua mencapai 104 persen dan dosis ketiga mencapai 32 persen.
"Selama bulan puasa intens melaksanakan vaksinasi. Juga ketika tarling (taraweh keliling) ada gerai, itu mencapai 100-300 dosis," kata Asep Gufron, dalam siaran pers, Senin (9/5/2022) lalu.
Menurut Asep, seharusnya Kota Bandung jika tidak aglomerasi sudah masuk ke level 1 (PPKM). Karena indikator penanganan Covid-19, mulai vaksinasi, ketersediaan tempat tidur hingga positifty rate sudah sangat baik.
"Kota Bandung ini sangat terkendali. Kalau tidak aglomerasi harusnya level 1. Pasti kita terus meningkatkan vaksinasi juga penguatan herd immunity," tuturnya.
Baca Juga: Demokrasi tak Dapat Diraih di Papua
Lepas Tangan Pemerintah Kota Bandung atas Jaminan Tempat Tinggal bagi Warga Korban Penggusuran
Peringatan May Day di Bandung, Buruh Jawa Barat Menuntut Kenaikan Upah
Momentum Perbaikan Data
Situasi pandemi di Bandung maupun Indonesia yang memasuki babak baru dengan makin terkendalinya kasus mestinya menjadi momentum untuk memperbaiki data yang selama ini bermasalah, di samping tetap meningkatkan kewaspadaan dan menerapkan gaya hidup sehat.
LaporCovid-19 melihat masih ada banyak catatan kritis terkait keseriusan pemerintah, terlebih dalam upaya penguatan testing, tracing, dan treatment, serta vaksinasi. Di tengah melandainya kasus harian, LaporCovid-19 masih melihat ada penambahan, meskipun secara tren menunjukkan penurunan.
Berdasarkan data Satgas Covid-19, tren penambahan kasus harian menunjukkan penurunan cukup drastis sebesar 9 kali lipat sejak awal April 2022 lalu. Kondisi ini harus terus dijaga dengan kewaspadaan melalui berbagailangkah pencegahan. Tidak hanya angka kasus baru harian dan jumlah kasus aktif yang terus mengalami tren penurunan, jumlah kematian bulanan periode April-Mei 2022 turun hampir 90 persen.
“Meskipun begitu, masih cukup disayangkan jumlah kematian Covid-19 masih tetap terus ada dan belum mencapai titik nol,” demikian siaran pers LaporCovid-19, yang dikutip Jumat (13/5/2022).
Situasi pandemi Covid-19 saat ini yang relatif lebih kondusif seharusnya bisa menjadi momen untuk perbaikan sistem ataupun pelayanan, seperti pendataan atau pencatatan jumlah kematian terkait Covid-19.
Indonesia memiliki selisih angka kematian yang hingga kini belum terjawab. Belum lagi tenaga kesehatan yang telah gugur belum terdata dengan baik.
Bahkan laporan terbaru WHO pada awal bulan Mei 2022 menunjukkan jumlah kelebihan kematian (excess deaths) terkait Covid-19 di Indonesia selama 2020 hingga Desember 2021 diprediksikan 8 kali lipat dari jumlah kematian yang dipublikasikan. Artinya, terdapat sekitar 1 juta kematian terkait Covid-19.
“Perbedaan signifikan antara data yang secara resmi dipublikasikan oleh pemerintah dengan temuan WHO ini menunjukkan lemahnya pendataan kematian. Hal itu sekaligus menunjukkan lemahnya sistem surveilans pengendalian pandemi di Indonesia. Karenanya, temuan WHO ini perlu dijadikan pelajaran untuk perbaikan data surveilans pandemi ke depan,” kata LaporCovid-19.
Kematian yang terjadi selama pandemi dialami oleh semua kelompok usia dan jenis kelamin. Data kelebihan kematian yang dirilis WHO turut menggambarkan gentingnya situasi pandemi secara umum. Wabah penyakit tidak akan memilih siapa korbannya, karena setiap individu memiliki risiko untuk terinfeksi atau mengalami perburukan gejala dan kematian.