• Kolom
  • BIOGRAFI ANDRIES DE WILDE #14: Dalam Surat-Menyurat Profesor Reinwardt

BIOGRAFI ANDRIES DE WILDE #14: Dalam Surat-Menyurat Profesor Reinwardt

Andries de Wilde menghentikan pengumpulan belerang dari Ciputri. Banyak pekerja sakit. Mereka harus berjalan kaki tujuh hari membawa belerang.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Sketsa sebuah kampung di Priangan berlatarbelakang dua gunung api, dibuat J.Th. Bik pada 1819. (Sumber: Weber, 2012)

11 Juni 2022


BandungBergerak.idSebagaimana yang sudah tulis sebelumnya, dari catatan harian Auguste Antoine Joseph Payen antara 1818-1819, nampak keterlibatan Andries de Wilde dan adik-adiknya, Christoffel Steitz de Wilde (1784-1860) dan Johan Frederik Lodewijk Steitz (1793-1866), dalam misi ilmiah yang digagas C.G.C. Reinwardt (1773-1854).

Lebih dari itu, dari surat-menyurat Reinwardt dengan sahabatnya di Eropa, dengan gubernur jenderal Hindia Belanda, bahkan dengan Andries sendiri, memperlihatkan kedekatan Reinwardt-Andries. Nama Andries de Wilde sudah disebut-sebut dalam surat Reinwardt sejak awal 1817, yang menceritakan tentang surat-menyurat dirinya dengan tuan tanah dari Sukabumi tahun sebelumnya, 1816.

Informasi dari korespondensi Reinwardt itu saya peroleh setelah menelusuri ringkasan surat-surat Reinwardt yang disusun oleh Teunis Willem van Heiningen: The Correspondence of Caspar Georg Carl Reinwardt (1773-1854) (2011). Ditambah dari disertasi Andreas Weber yang bertajuk Hybrid Ambitions: Science, Governance, and Empire in the Career of Caspar G.C. Reinwardt (1773-1854) (2012) untuk memberi latar belakang tentang pergaulan penugasan Reinwardt dan lawatan ilmiahnya ke Hindia Belanda, termasuk Priangan, yang nantinya melibatkan Andries dan adik-adiknya.

Oleh karena itu, selanjutnya saya akan mendahulukan keterangan-keterangan yang saya baca dari disertasi Andreas Weber terlebih dulu, kemudian nantinya disambung dengan bagaimana Reinwardt menggambarkan Andries de Wilde dalam surat-suratnya. Dari situ sekaligus kita dapat menyimak isi dua surat yang dikirimkan oleh Andries kepada Reinwardt.

Sketsa lapangan karya J.Th. Bik yang menggambarkan Reinwardt bersama pembantunya serta tiga perempuan Sunda. (Sumber: Weber, 2012)
Sketsa lapangan karya J.Th. Bik yang menggambarkan Reinwardt bersama pembantunya serta tiga perempuan Sunda. (Sumber: Weber, 2012)

Direktur Pertanian, Ilmu Pengetahuan dan Seni

Dari Van Heiningen (2011) dan Weber (2012) saya dapat melihat peran Reinwardt ketika ditugaskan ke Hindia Belanda. Hal pertama konteks pengangkatannya. Saat itu Hindia masih berada di dalam kekuasaan Inggris. Tetapi pada Agustus 1814, tercapai kesepakatan London (Tractaat van Londen) yang menyatakan Belanda memperoleh lagi Suriname, Jawa, Sumatra, dan Maluku. Sementara kekuasaan Belanda di Karibia, Cape Town, India dan Srilanka masih dikuasai Inggris.

Proses peralihan kekuasaan dari Inggris ke Belanda di Hindia Belanda dilakukan oleh komisaris jenderal yang dibentuk oleh Raja Willem I pada akhir 1814, dengan anggotanya terdiri atas Van der Capellen, Cornelis Theodorus Elout (1767-1841) dan Arnold Adriaan Buyskes (1771-1838). Bila tugas komisaris berkakhir, Van der Capellen diangkat menjadi gubernur jenderal. Perintah dan aturan untuk komisaris disusun mantan menteri ekonomi Johannes Goldberg pada Oktober 1814 dan dijadikan aturan oleh raja pada awal Januari 1815.

Titik temu dengan Reinwardt adalah karena informasi ekonomi dan politik Pulau Jawa dan sekitarnya masih kurang, sehingga Goldberg, Elout dan Buyskes menyarankan kepada Willem I untuk mengangkat pakar bidang pertanian dan proses industri, Reinwardt, sebagai penasihat komisaris jenderal (Weber, 2012: 119).

Itu sebabnya pada Februari 1815, Goldberg meminta Reinwardt untuk mengumpulkan data statistik selama masa tinggalnya di Jawa dan pulau sekitarnya. Bahkan dia menyediakan angket untuk Reinwardt, yang terdiri atas 120 pertanyaan. Selain itu, Willem I meminta Reinwardt untuk mengumpulkan spesimen sejarah alam untuk ‘s Lands Kabinet van Natuurlijke Historie atau kabinet sejarah alam kerajaan di Amsterdam. Untuk pekerjaan sebanyak itu, Reinwardt digaji sebesar 24.000 gulden per tahun dan mengizinkannya mengangkat dua pembantu yang mumpuni (Weber, 2012: 120-122).

Dengan demikian, dari sudut pandang Weber (2012: 18), jatidiri Reinwardt saat berdinas di Hindia adalah “a hybrid identity”, dalam pengertian di satu sisi dia terlibat dalam pembentukan negara kolonial dan di sisi lainnya diwajibkan untuk melakukan sejumlah penyelidikan sejarah alam. Bentuknya, sebagai penasihat komisaris jenderal dia terlibat dalam perbaikan sistem pendidikan, pengawasan medis, pertanian, dan botani ekonomi.

Karena berkaitan dengan peralihan kekuasaan dari Inggris ke Belanda, armada yang dikirim termasuk banyak. Tercatat beberapa kapal perang yang dikirim, yaitu Admiraal Evertsen (diisi Van der Capellen, Elout, Buyskes, dan Reinwardt), Amsterdam, Braband (diisi Mayor Jenderal De Kock), Admiraal De Ruyter (diisi panglima tentara Letnan Jenderal Anthing), Maria van Reijgersbergen, Iris, dan Spion (Van Heiningen, 2011: 17).

Mereka bertolak dari Texel pada 29 Oktober 1815 dan memakan waktu sembilan bulan, karena dua kali berhenti, yakni di kepulauan Cape Verde dan Tanjung Harapan. Pada akhir April 1816 barulah rombongan tiba di Batavia. Karena penyerahan dari Letnan Gubernur Inggris di Jawa John Fendall (1762-1825) baru berlangsung pada Agustus 1816, selama tiga bulan lebih Reinwardt mulai berkenalan dengan elite Batavia sekaligus melakukan perjalanan kecil di sekitar Batavia.

Ia mula-mula tinggal di rumah Wouter Hendrik van Ijsseldijk (1755-1817) di sekitar Rijswijk. Bersama Ijsseldijk dan lain-lain, Reinwardt sempat menjelajahi Kampung Molucca, Cilodong, Kramat, Grogol dan Tangerang. Ia juga berkenalan dengan Nicolaus Engelhard (1761-1831) dan presiden Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen Balthazar Frederik Wilhelm. Sehari setelah penyerahan, Reinwardt pindah ke tempat yang berdekatan dengan rumah Elot dan Van der Capellen di Rijswijk. Kemudian pada 23 Oktober 1816, secara resmi Reinwardt diangkat menjadi Directeur tot de Zaken van Landbouw, Kunsten en Wetenschappen op Java en de Naburige Eilanden atau Direktur Pertanian, Ilmu Pengetahuan dan Seni di Jawa dan Pulau-pulau sekitarnya (Weber: 2012: 125-129).

Antara Juli-November 1817, Reinwardt dan J.Th. Bik menemani Komisaris Jenderal Elout dan Van der Capellen melalukan inspeksi ke sepanjang Pantai Utara Jawa dan istana Surakarta serta Yogyakarta. Dari Bogor mereka melalui Cianjur, Bandung, Sumedang, Cirebon, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Rembang, Gresik, Surabaya, Probolinggo, ditambah Madura. Sementara untuk keperluan penyelidikan ilmiahnya Reinwardt baru terlaksana sejak Maret 1819. Dalam ekspedisi ini dia ditemani Payen, Kent, Bik dan lain-lain. Jalur yang ditempuhnya antara lain Ciampea, Sadang, Gunung Parang, Sukabumi, dan lain-lain (Weber, 2012: 145-146, 159-160).

Ketika melintasi Gunung Parang, J. Th. Bik dalam catatan perjalannya yang bertitimangsa 20 dan 21 Maret 1819 menyatakan tentang timbulnya rasa penasaran di kalangan penduduk kampung kecil yang dilalui oleh rombongan. Kata Bik, “Tidak mudah menjawab pertanyaan tersebut dan memberikan pemahaman kepada mereka tentang apa yang kami lakukan. Kami katakan bahwa profesor adalah tabib penting (dukun besar) dan bahwa semua tanaman dan hewan yang kami kumpulkan untuk mempersiapkan berbagai obat-obatan penyembuh semua penyakit. Jawaban ini, yang sebagian betul, memuaskan mereka bahkan menilai kami tinggi”.

Pada minggu ketiga April 1819, rombongan mencapai Sukabumi. Mereka disambut Andries dan menempatkan mereka di rumahnya yang luas. Bik memuji perbaikan irigasi yang meningkatkan efisiensi perkebunan Andries (11 April 1819). Bik lebih lanjut menyatakan kesannya menginap di Sukabumi dalam catatan 14 April 1819: “Bagus kami hanya tinggal dua hari saja di sini, jika tidak kami akan melupakan kehidupan pedusunan dan akan sangat merepotkan untuk mengubah makanan sederhana kami bila dibandingkan dengan yang disuguhkan di Sukabumi (Weber, 2012: 161-162).

Memang, sehari setelah rombongan itu datang, Andries mengadakan pertemuan dengan para pejabat setempat demi merencanakan dan mengatur sisa perjalanan rombongan tersebut di Priangan. Hal yang sama sempat ia lakukan ketika Raffles melakukan perlawatan ke daerah itu. Sebagai buktinya, seminggu kemudian rombongan Reinwardt sudah mencapai puncak Gunung Gede dan berkemah (Weber, 2012: 162).

Martinus van Marum (1750-1837), sekretaris Hollandsche Maatschappij van Wetenschappen, dan sahabat Reinwardt. (Sumber: Weber, 2012)
Martinus van Marum (1750-1837), sekretaris Hollandsche Maatschappij van Wetenschappen, dan sahabat Reinwardt. (Sumber: Weber, 2012)

Direktur Bataviaasche Maaschappij

Dapat dikatakan Andries de Wilde sudah mulai dikenal Reinwardt paling tidak sejak April-Agustus 1816 saat menunggu pengalihan kekuasaan dari Inggris. Besar kemungkinan Reinwardt mengenal Andries melalui Nicolaus Engelhard, sama-sama pemilik Sukabumi. Dugaan tersebut, berikut bukti pergaulannya dengan Andries, nampak didukung isi surat-surat yang dikirimkan kepada sahabatnya di Belanda, terutama  Martinus van Marum (1750-1837), dokter yang menjabat sebagai sekretaris Hollandsche Maatschappij van Wetenschappen atau masyarakat ilmiah Belanda.

Dalam suratnya kepada Van Marum, bertitimangsa 1 Januari 1817, Reinwardt antara lain menyatakan alam Jawa sungguh menjadi atraksi yang mendesak dan sangat menarik baginya. Terutama pemandangan Gunung Salak raksasa, sekitar 4.000 hingga 5.000 kaki tingginya dan sangat rapat tertutup hutan yang memesonakan Reinwardt. Ia lebih suka memeriksa semua keindahan tersembunyi. Sementara itu dia menemukan seorang teman yang cocok pada Andries de Wilde yang dia ajukan untuk menjadi salah satu pengurus Hollandsche Maatschappij van Wetenschappen. Kata Reinwardt, Andries memiliki beberapa lahan perkebunan di Jawa dan tertarik pada ilmu alam (Van Heiningen, 2011: 166-168).

Pada 1 Juli 1817, masih surat kepada Van Marum, Reinwardt menyatakan beberapa minggu lalu sangat beruntung dapat melakukan perjalanan menyenangkan dan berkunjung ke perkebunan milik Andries, yang direkomendasikan menjadi pengurus Hollandsche Maatschappij. Mereka berdua kemudian mendaki Gunung Salak (Van Heiningen, 2011: 189-193). Dari keterangan Van Heiningen (2012: 36) sebelumnya, saya tahu Komisaris Jenderal Elout mengajukan tokoh-tokoh Batavia yaitu H.W. Muntinghe, A. de Wilde, dan Th. Horsfield untuk menjadi pengurus Hollandsche Maatschappij. Fakta ini memperkuat dugaan bahwa Reinwardt sudah mengenal Andries beberapa bulan sebelumnya.

Tujuh bulan kemudian, dalam surat bertitimanga 6 Februari 1818, masih kepada Van Marum, Reinwardt menginformasikan bahwa Elout menyatakan puas atas isi surat dari Van Marum. Di dalamnya, Van Marum menjanjikan pada acara rapat terakhir Hollandsche Maatschappij, Andries de Wilde akan diangkat menjadi direkturnya (Van Heiningen, 2011: 231-232). Selanjutnya dalam surat 28 Agustus 1818, Reinwardt memberitahu Van Marum, beberapa hari lalu dia kembali dari Semarang, ditemani Jenderal Anthing, untuk mendirikan lagi sekolah militer pada 10 Agustus 1818. Kepergiannya melalui darat tetapi kepulangannya menggunakan kapal laut Prins Frederik. Saat pergi itulah dia melewati lahan milik Andries dan di sana dia menginap dua malam (Van Heiningen, 2011: 255-258). Pernyataan Reinwardt terakhir mengonfirmasi catatan yang dibuat J.Th. Bik saat mengunjungi Sukabumi.

Pada 2 November 1818, dari Tarogong, Reinwardt berkirim kabar kepada gubernur jenderal di Buitenzorg. Antara lain, katanya, pada Minggu, 25 Oktober 1818, dia bersama Payen menuju Gunung Guntur. Esoknya tiba di Bandung, dan mendapat informasi gunungnya telah berhenti meletus, untuk sementara. Ia juga melaporkan pendakiannya ke gunung tersebut dan menyebutkan Andries yang sempat tinggal di sana pada 1810-1811 menjumpainya di Tarogong. Dia juga mempublikasikan laporannya mengenai Guntur dalam koran (Van Heiningen, 2011: 268-270).

Kepada orang nomor satu di Hindia Belanda, Reinwardt memberi kabar lagi pada 4 Desember 1818. Di situ antara lain dia menyatakan telah mengirimkan surat pada 21 dan 28 Oktober 1818. Khusus pada surat ini, isinya laporan Andries tentang kemungkinan mengambil belerang yang dibutuhkan pemerintah dari daerah Ciputri, untuk kemudian diolah. Katanya, kualitas belerang dari Ciputri lebih baik dan keuntungannya bisa lebih besar (Van Heiningen, 2011: 274-275). 

Kembali ke Van Marum. Nama Andries de Wilde nampak lagi dalam surat Reinwardt tanggal 15 Desember 1819. Di situ, dia mengatakan surat tersebut akan dikirimkan kepada Van Marum oleh Andries, yang merupakan salah seorang direktur Bataviaasche Maaschappij. Kata Reinwardt, Andries orang yang sangat mumpuni terkait Pulau Jawa dan dia akan membawa kabar banyak tentang Reinwardt. Dia juga mengirimkan empat paket benih tanaman, yaitu untuk Van Marum, Cornelisse (Ghent), Leiden, dan Groningen (Van Heiningen, 2011: 362-363).

Dari surat berikutnya, 31 Desember 1819, saya jadi tahu surat dan paket-paket itu dikirimkan kepada Andries de Wilde pada 15 November 1819. Andries akan menumpang kapal Koophandel yang dinakhodai Jansen dan berlayar pada 22 November 1819 (Van Heiningen, 2011: 363-364). Sebagai jawabannya Van Marum dari Haarlem berkabar kepada Reinwardt pada 18 Juni 1820 bahwa dia sudah menerima empat paket benih dari Andries. Sayangnya benih-benihnya tidak berkecambah. Oleh karena itu, sekali lagi, dia meminta kawannya di Pulau Jawa untuk mengiriminya tanaman sangat indah dan langka beserta banyak benih untuk menyenangkan para koleganya (Van Heiningen, 2011: 401-403).

Dalam surat Van Marum hampir dua tahun berikutnya, 21 Agustus 1822, kita tahu Andries de Wilde masih di Belanda dan sudah menikah, tetapi akan kembali ke Jawa. Kata Van Marum kepada Reinwardt, kemarin Andries mengunjunginya. Saat itu keduanya membincangkan penundaan kembalinya Reinwardt ke Belanda, juga fakta Leiden memerlukan Reinwardt serta banyak bahaya yang harus dihadapinya saat melawat ke Maluku. Menurut Andries, itu ulah gubernur jenderal untuk mempertahankan Reinwardt agar tetap di Jawa dan mencegah diangkat menjadi guru besar di Universitas Leiden. Andries juga menyatakan dia akan segera pulang ke Jawa, ditemani istrinya yang masih muda, anak perempuan yang dia adopsi, enam sapi, jerami kering dan air (Van Heiningen, 2011: 455-456).

Baca Juga: BIOGRAFI ANDRIES DE WILDE #11: Pengawas Vaksinasi Cacar di Priangan
BIOGRAFI ANDRIES DE WILDE #12: Kunjungan Joseph Arnold ke Soca Boomee dan Bandong
BIOGRAFI ANDRIES DE WILDE #13: Adik-Kakak De Wilde dalam Catatan Harian Payen, 1818-1819

Belerang dari Ciputri

Agaknya dengan surat-surat tersebut, nampak jelas persahabatan erat antara Reinwardt dengan Andries de Wilde. Bagi Reinwardt, Andries berguna sekali demi memenuhi tugas-tugas berat yang dibebankan kepadanya. Tidak heran bila Reinwardt menyebut Andries sebagai orang yang sangat mumpuni bila berkaitan dengan berbagai potensi Pulau Jawa. Ini memang dibuktikan dari ringkasan dua surat Andries kepada Reinwardt yang dimuat oleh Van Heiningen.

Surat pertama dikirimkan Andries dari Ciputri pada 2 Desember 1817. Di dalamnya ia mengabarkan telah menerima surat gubernur jenderal bertitimangsa 27 November 1817. Sementara itu ia tahu bahwa mungkin untuk menggali dan mengumpulkan belerang yang dibutuhkan oleh pemerintah dari daerah Ciputri. Demi keperluan tersebut, dia berjanji akan membantu setiap kali dibutuhkan. Namun, ia berharap jarak dan kondisi kawah takkan dianggap tidak dapat dilalui. Di sana ada dua kawah, yang besar Kawah Ratu dan yang lebih kecil Kawah Wadon.

Katanya, kawah lebih besar, yang menghasilkan belerang sangat dalam dan hanya dengan upaya sangat besar orang dapat mencapai dasarnya. Dasar kawahnya tertutupi lapisan serbuk belerang sekitar satu setengah atau dua inci tebalnya. Lapisannya mudah terlepas. Warga lokal menyebut bunga belerang itu sebagai “Kambang makierang” (kembang walirang). Pekerjaanya sulit dan berbahaya, karena uap belerang terus naik.

Di samping kualitas belerangnya tidak bagus, penambangannya seharusnya dapat dipertimbangkan lagi. Kata Andries de Wilde, mungkin dapat menggali sekitar 50 pikul. Belerang cair meleleh saat gunungnya menghembuskan api. Belerangnya harus diangkut dalam bentuk bongkah-bongkah, dan dibawa dalam keranjang. Seorang pekerja membutuhkan waktu tiga hari untuk membawa satu beban: pada hari pertama dia akan mendaki gunung, pada hari kedua dia akan menggali belerang dan pada hari ketiga dia akan turun dari gunung.

Padahal pada waktu yang sama, para bumiputra tidak menyukai pekerjaan berat. Yang mungkin dilakukan hanyalah merekrut pekerja bebas dengan bayaran bagus. Setiap orang mampu membawa 20 kati (sekitar 25 pon). Dengan mempertimbangkan fakta-fakta tersebut, satu pikul belerang akhirnya membutuhkan biaya 3 gulden per pikul, bila mau dibawa ke Batavia. Andries menganggap Reinwardt tahu setiap tempat yang menghasilkan belerang dan berharap dapat memenuhi permintaan Reinwardt serta menganggapnya sebagai pelayan yang sangat patuh (Van Heiningen, 2011: 217).

Rupanya permintaan Reinwardt kepada Andries de Wilde untuk menyediakan belerang dijalankan oleh penguasa tanah Sukabumi itu. Ini paling tidak dilakukannya dalam tempo antara 2 Desember 1817 hingga 18 November 1818, saat dia mengabarkan menghentikan upaya tersebut.

Dari surat yang dikirim Andries dari Soeka Boemie kepada Reinwardt di Batavia itu, sang tuan tanah Sukabumi menyatakan harus menghentikan upaya pengumpulan belerang dari daerah Ciputri sebagai akibat tuntutan terus menerus para pekerja. Beberapa pekerjanya jatuh sakit. Kemudian dengan berlanjutnya cuaca buruk serta fakta mereka harus berjalan kaki tujuh hari untuk membawa satu muatan belerang, menyebabkan Andries terpaksa memutuskan demikian. Namun, katanya, segera setelah cuaca membaik, dia akan melanjutkan upaya penggalian belerang (Van Heiningen, 2011: 273).

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//