Cerita Sebuah Kota, Suka Duka Komunitas Aleut dalam Memandu Edukasi Sejarah di Bandung
Ada objek kawasan bersejarah di Bandung yang sayangnya memerlukan izin. Padahal ruang publik. Ini menjadi duka tersendiri bagi Komunitas Aleut.
Penulis Reza Khoerul Iman29 Agustus 2022
BandungBergerak.id – Menceritakan Kota Bandung tidaklah cukup apabila hanya merujuk pada satu atau dua buah buku saja. Banyak sekali sisi Kota Bandung yang dapat diangkat kisahnya maupun dituliskan ceritanya ke permukaan, baik untuk dijadikan sebagai bahan wacana diskusi atau cerminan terhadap perkembangan sebuah kota.
Salah satu sisi Kota Bandung yang tidak pernah habis digali yaitu dari sudut pandang sejarah. Bahkan Kuncen Bandung saja, Haryoto Kunto, tidak cukup menuliskan beragam cerita tentang Kota Bandung dalam satu buku saja. Ada sejumlah buku lainnya yang Haryoto Kunto tuliskan untuk melengkapi cerita-cerita tentang Kota Bandung.
Kendati demikian, pada masanya Haryoto Kunto menyebutkan bahwa Kota Bandung pada waktu itu sebetulnya tengah menghadapi miskinnya bukti-bukti sejarah. Bahkan pasangan Sheila dan Richard Bennett yang telah melakukan perjalanan setiap minggu selama lima tahun menapaki jalur-jalur jalan di wilayah Bandung dan sekitarnya, mengomentari lewat bukunya “Bandung and Beyond” bahwa wilayah ini begitu miskin bukti sejarah.
Mereka menyebut yang ada hanya ada beberpa keping ganjil dari bagian puzzle sejarah yang tidak utuh lagi, sebagian besar telah hilang atau musnah.
Namun “sisi gelap” dan kepingan-kepingan cerita kosong tentang sejarah Kota Bandung yang disebut Haryoto Kunto pada waktu itu, hari ini secara perlahan kepingan-kepingan kosong tersebut telah diisi dengan hadirnya sejumlah orang yang memiliki kesadaran terhadap pentingnya sejarah yang dimiliki oleh Kota Bandung.
Perkembangan ini dapat dirasakan dengan hadirnya sejumlah karya literatur yang semakin memperkaya, memperkuat, dan mengisi kepingan-kepingan kosong tentang sejarah Kota Bandung. Selain itu, hadir pula berbagai komunitas sejarah di Kota Bandung yang memiliki peran dalam mengembangkan dan melestarikan sejarah kotanya tersendiri.
Dari sekian jumlah komunitas sejarah yang terdapat di Kota Bandung, Komunitas Aleut merupakan salah satu komunitas yang masih intensif melaksanakan kegiatannya sejak 2006 hingga hari ini. Tak sedikit kisah tentang suka duka Komunitas Aleut ketika merancang hingga melaksanakan kegiatan pemanduan sejarah di Kota Bandung.
Suka duka tersebut diakui oleh salah satu Koordinator Komunitas Aleut, Annisa Almunfahannah, ketika melakukan perancangan dan pemanduannya selama mengelola kegiatan di Komunitas Aleut. Salah satunya pada kegiatan pemanduan yang bertajuk “Bandung: Cerita Sebuah Kota”, Sabtu, (08/27/2022).
Annisa menyebut cukup banyak suka duka, tantangan, dan pembelajaran yang dapat ia pelajari selama merancang dan melakukan pemanduan.
“Kegiatan perancangan untuk pemanduan atau yang biasa kita sebut Ngaleut itu menyenangkan, sih. Terlebih sekarang kita sudah bisa berkegiatan di lapangan lagi setelah dua tahun kemarin ruang gerak kita terbatas karena pandemi Covid-19,” ucap Annisa, kepada BandungBergerak.id.
Annisa menuturkan, tidak sedikit hal yang harus Komunitas Aleut persiapkan dalam proses perancangan untuk kegiatan pemanduan mereka yang bernama Ngaleut. Banyak hal yang harus mereka persiapkan seperti menyiapkan materi dari berbagai buku sumber dan referensi hingga menentukan rute perjalanan.
Sebagai orang yang belum lama bergelut di dunia pemanduan, Annisa menilai tentu mempersiapkan berbagai hal tersebut memerlukan energi yang tidak sedikit. Dalam menyiapkan materi, misalnya, ia bersama kawan Aleut lainnya mesti membaca-baca dan mengkurasi kembali materi yang tercantum dari berbagai sumber literatur.
Selain itu di dalam menentukan jalur penelusuran, ada sejumlah hal yang menjadi poin untuk menentukan rute perjalanan, seperti penentuan objek penceritaan, kemudian penentuan rute yang efektif, hingga beberapa kali survei ke lapangan untuk menguasi medan perjalanan.
“Nah ketika proses pencarian itu, banyak fakta-fakta baru yang kita temukan. Terlebih tema Ngaleutnya yang berbeda-beda kita jadi bisa melihat satu fakta sejarah dari sudut pandang yang berbeda pula, karena kan isi materi yang kita sampaikan harus disesuaikan dengan tema besar dari Ngaleut itu sendiri,” tutur Annisa.
Tak jarang juga pada saat penentuan rute perjalanan, ada objek kawasan yang memerlukan akses untuk bisa masuk ke tempat tersebut, namun sayangnya Annisa mengakui cukup kesulitan dan tidak menemukan jalan yang mudah untuk mendapat perizinan ke tempat tersebut, padahal di antaranya terdapat ruang publik.
“Nah poin yang terakhir ini sebenarnya masuk ke bagian dari duka, sih. Biar kegiatannya lancar kita kan perlu berhubungan dengan pihak eksternal, entah untuk perizinan atau lainnya dan kadang proses ini cukup menguras energi dari proses komunikasinya ataupun penyiapan berkas-berkasnya,” ungkapnya.
Tantangan dan Suka Duka saat Pemanduan
Terkadang pada saat pemanduan berlangsung, kawan-kawan Aleut juga mendapat keadaan yang berbeda dibandingkan pada saat mereka mempersiapkan proses perancangan untuk kegiatan Ngaleut.
Hal itu tentunya menjadi tantangan bagi Annisa dkk dalam melakukan pemanduan, oleh karenanya Annisa menyebut mereka harus selalu sigap dalam menghadapi tantangan yang tidak mereka temukan pada saat melakukan persiapan.
“Ya, kadang waktu kegiatannya itu suka tiba-tiba berubah. Nah, yang jadi masalahnya adalah perubahan jadwal ini akan mempengaruhi kegiatan kita yang lainnya, bahkan sampai overlap. Terus di masa pascapandemi ini juga masih banyak area yang aksesnya dibatasi, tidak sebebas dulu. Tapi ya kita selalu berusaha untuk mengatasi dengan profesional dan alhamdulillah sampai sekarang semua kegiatan bisa berjalan dengan baik,” ungkapnya.
Annisa bersyukur, pada setiap akhir kegiatan Komunitas Aleut selalu dilaksanakan evaluasi dan sesi sharing. Pada sesi tersebut, apa yang kurang atau menjadi masalah pada saat proses perancangan hingga kegiatan berlangsung diungkapkan di sana, sehingga menjadi pembelajaran bagi setiap pegiat Aleut untuk kegiatan yang lebih baik dan sigap lagi ke depannya.
Pada akhirnya setiap suka duka di perjalanan mereka dari awal hingga akhir kegiatan dapat menjadi pengalaman baru yang dapat mereka rasakan. Bertambahnya jaringan, relasi, dan pengetahuan sudah menjadi satu hal yang pasti mereka dapatkan selama pelaksanaan kegiatan.
Namun jauh daripada itu Annisa menilai setiap kegiatan di Aleut selalu memberikan hal yang baru dan menyadarkan pada hal yang sebelumnya tidak pernah ia sadari ternyata ada di lingkungan terdekatnya.
“Kalau aku pribadi, ketika pertama kali ikutan Ngaleut itu jadi aware dengan lingkungan yang dilewati. Sebelumnya mah kan lewat-lewat aja gitu, tapi pas Ngaleut itu jadi bisa memperhatikan lebih detail area sekitar. Terus kalau beruntung bisa juga menemukan hidden gem ala kekinian. Tapi ya, intinya jadi lebih mengenal kawasan yang aku tinggali dan cerita yang membentuknya sampai hari ini,” ucapnya.
Baca Juga: Komunitas Aleut Kenalkan i-Walk, Aplikasi Wisata Sejarah Tanpa Pemandu
Komunitas Aleut Susur Rantai Sejarah Bandung Sampai Gunung
Komunitas Kota Bandung dalam Arus Digital
Pariwisata Sejarah di Kota Bandung
Pada hari ini, kita dapat melihat cukup banyak kegiatan yang diselenggarakan di Kota Bandung yang berkaitan dengan sejarah. Tidak sedikit pula, sejarah Kota Bandung dijadikan sebagai wisata edukatif bagi warga Kota Bandung atau para pengunjungnya.
Kegiatan Komunitas Aleut salah satunya menjadi kegiatan yang berperan dalam mengangkat sisi sejarah Kota Bandung. Hal ini seperti yang diakui oleh salah satu peserta kegiatan Ngaleut, Ajeng yang mengaku ketika mengikuti kegiatan seperti ini menjadi lebih kenal dengan sejarah kotanya sendiri, padahal sebetulnya tempat-tempat yang ia kunjungi pada saat Ngaleut cukup sering ia lewati, tanpa pernah mengetahui cerita di baliknya.
Hal serupa diakui oleh salah satu peserta Ngaleut lainnya, Citra, bahwa apa yang selama ini ia lewati begitu saja ternyata menyimpan cerita di baliknya. Kegiatan yang sifatnya edukatif dan menyenangkan seperti ini sebetulnya dapat membuat orang lain memiliki pandangan yang menyenangkan terhadap sejarah dan membuat mereka menjadi sadar sejarah.
Oleh karenanya Annisa berharap, melalui kegiatan seperti ini akan semakin banyak lagi orang-orang yang berminat untuk menggali sejarah kotanya tersendiri, minimal dari lingkup terkecil terlebih dahulu yaitu daerah setiap individu. Agar sejarah di Kota Bandung dapat semakin berkembang dan wisata sejarahnya menjadi semakin sarat akan edukasi.
“Semoga akan lebih banyak masyarakat yang memiliki minat untuk menggali sejarah Kota Bandung dan bisa menceritakannya ke masyarakat yang lebih luas lagi. Tapi tentu saja sejarah yang disampaikan harus bisa dipertanggungjawabkan bukan cuma cocoklogi-cocoklogi asal-asalan,” ucap Annisa.