• Foto
  • Lautan Kebakaran, Kering Hidran

Lautan Kebakaran, Kering Hidran

Bandung lautan kebakaran. Frase ini berarti bahwa Kota Bandung rawan terjadi bencana kebakaran. Sayangnya banyak hidran tidak berfungsi.

Fotografer Prima Mulia13 Mei 2023

BandungBergerak.idHidran di Jalan Jurang itu tenggelam dalam aspal. Umumnya, tinggi hidran berwarna merah tersebut sekitar 60 cm, tapi ini yang  terlihat hanya bagian kepala, menyembul beberapa centimeter saja dari tanah, dan tentu saja tak berfungsi. Sepintas seperti tutup besi saluran air kotor di jalan.

Di Jalan Wastukancana juga ada hidran sama-sama tenggelam di trotoar. Mirip dengan hidran di Jalan Jurang, hanya menyembul beberapa centimeter saja. Hidran lain di kawasan Dago juga agak terbenam dengan posisi miring di trotoar, lubang terbuka yang seharusnya bisa menyemburkan air, isinya malah sampah plastik. Hidran-hidran tadi tak ubahnya seperti monumen-monumen penghias kota.

Hidran merupakan instalasi besi tempat pengisian air bagi mobil pemadam kebakaran yang umumnya berdiri di sejumlah area di pinggir jalan. Alat ini yang memiliki titik sambungan di mana petugas pemadam kebakaran dapat memanfaatkan atau menyedot air untuk proses pemadaman api atau untuk mengisi tanki air truk pemadam kebakaran, dengan syarat hidran tersebut aktif dan memiliki debit dan tekanan air yang besar (dari sambungan pipa air baku PDAM Tirtawening). Hidran dipasang secara permanen. Kenapa perlu tekanan air besar, karena pengisian 1 truk pemadam kebakaran kapasitas 4-8 ribu liter itu membutuhkan waktu pengisian paling lama 5 menit.

Sepanjang tahun 2022, ada 195 peristiwa kebakaran di Kota Bandung. Kebakaran gedung Bappelitbang yang ada kantor pusat Pemkot Bandung mungkin paling menyita atensi masyarakat. Bagaimana salah satu gedung di pusat pemerintahan kota modern yang dikenal sebagai gudangnya beragam aplikasi digital untuk sebuah kota pintar, juga memiliki command center mirip pusat kendali kapal penjelajah angkasa Enterprise dalam film Star Trek, yang seharusnya membuat segala urusan jadi cepat tanggap dan responsif, ini justru malah tergagap kala salah satu gedungnya terbakar. Urusan komando via aplikasi digital jika tak diimbangi dengan kesiapan infrastruktur penunjang di lapangan ya repot juga.

Gedung Bappelitbang habis dilalap api pada 7 November 2022. Saat peristiwa itu terjadi, tak ada titik hidran di halaman dan taman di lingkungan Balai Kota. Hidran terdekat di Jalan Wastukancana yang jaraknya 70 meter dan 2 titik di Jalan Perintis Kemerdekaan sejauh 450 meter dari Komplek Balai Kota, semuanya tidak berfungsi. Satu hidran di Wastukancana tenggelam dalam trotoar, dua hidran di Perintis Kemerdekaan kondisinya serupa: satu hidran mati yang satu lagi cuma tinggal rangka besi bagian dasarnya saja. Jadi truk pemadam kebakaran harus mengambil air di hidran Supratman yang berjarak lebih dari 3 kilometer.

26 Oktober 2022, sebuah gudang triplek di Jalan Sukarno Hatta habis dilalap api. Lebih dari 37 jam petugas akhirnya berhasil memadamkan api. Truk-truk pemadam hilir mudik dengan kecepatan tinggi untuk mengambil air di hidran Kordon dan Supratman. Jalur lalu lintas dikosongkan satu lajur khusus untuk jalan truk pemadam.

Salah satu kebakaran hebat yang menguras enerji para petugas pemadam kebakaran ketika Pasar Kosambi di Jalan Ahmad Yani terbakar pada Mei 2019. Perlu waktu 40 jam sebelum api benar-benar padam. Satu titik hidran terdekat dari pasar jaraknya sekitar 50 meter saja, dan tentu saja dalam kondisi mati.

Tahun 2014, pusat perbelanjaan di kawasan Alun-alun Bandung, King's Shopping Center, habis dilalap si jago merah. Truk pemadam waktu itu juga memanfaatkan air Sungai Cikapundung untuk mempersingkat waktu pengambilan air. Dua titik hidran yang ada di seberang gedung, jaraknya sekitar 30 meteran dari lokasi kebakaran, waktu itu tak bisa digunakan. Hidran-hidran "hiasan" itu sampai sakarang masih terpasang.

Dari laman data.bandung.go.id, ada 262 titik hidran yang tersebar di Kota Bandung. Jika jumlah hidran sebanyak itu, dan semuanya aktif, tentu akan sangat memudahkan petugas dalam menangani peristiwa kebakaran.  Namun data di situs lautanapi.netlify.app menyatakan ada 94 titik hidran di Kota Bandung, di mana yang aktif hanya hidran Jalan Supratman, Cikapayang Dago, dan di kawasan Kordon.

Menanggapi timpangnya data jumlah hidran, Kepala Bidang Pemadaman dan Penyelamatan Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung Yusuf Hidayat menyanggahnya. Ia mengatakan jumlah hidran Kota Bandung ada lebih dari 200 titik, walaupun angka ini berasal dari data lama. Saat ini Diskar PB Kota Bandung sedang melakukan pendataan.

"200 itu saat kondisi dulu, tapi kalau sekarang lagi diverifikasi lagi dan pemetaan," kata Yusuf Hidayat.

Menurut Yusuf, ada lima lokasi hidran aktif, yaitu 2 titik hidran di Jalan Supratman, 1 titik di Dago Cikapayang, 1 titik di Kordon Terusan Buahbatu, dan 1 titik Jalan Pajajaran. Dari titik-titik hidran ini, hanya hidran Jalan Supratman dan Kordon yang tekanan airnya besar. Di samping hidran, beberapa sumber air lain juga kerap dimanfaatkan petugas, seperti air sungai, kolam retensi, tandon, dan beberapa sumber air lain.

Namun 5 hidran yang diklaim aktif tersebut tampak terlalu kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Bandung yang mencapai sekitar 2,5 juta jiwa. Zaman sudah berubah, Bandung bukan lagi Gemente pada zaman kolonial yang jumlah penduduk dan bangunannya masih sedikit. Pemkot Bandung punya pekerjaan serius terkait antisipasi bencana kebakaran ini.

Foto dan Teks: Prima Mulia  

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//