• Kolom
  • PERSATUAN ISLAM DI MASA HINDIA BELANDA #13: Persis Menggelar Konferensi

PERSATUAN ISLAM DI MASA HINDIA BELANDA #13: Persis Menggelar Konferensi

Sebagai Ketua Persis, Haji Zamzam membuka konferensi Persis di Bandung. Haji Zamzam menerangkan lika-liku berdirinya Persis dan soal kemunduran Islam.

Hafidz Azhar

Penulis esai, sejak September 2023 pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (Unpas), Bandung

Logo Persatuan Islam (Persis) tahun 1936. (Majalah Al-Lisaan Nomor 13 23 Desember 1936)

20 September 2022


BandungBergerak.idPada tanggal 24-25 Desember 1936 Persis menggelar konferensi di Gedung Persatuan Islam, Jalan Pangeran Sumedang nomor 39, Bandung. Kegiatan besar ini merupakan agenda rutinan yang ketiga yang diselenggarakan oleh para pengurus Persis. Selain dihadiri oleh Bupati Bandung, R.A.A. Wiranatakusumah, acara ini juga turut dihadiri oleh berbagai utusan dari organisasi pergerakan dan perwakilan pers dengan memenuhi ruangan kantor Persatuan Islam yang cukup besar itu.

Total peserta yang menghadiri konferensi sekitar 300 orang (Majalah Al-Lisaan nomor  13 23 Desember 1936). Dari utusan organisasi yang hadir antara lain: Muhammadiyah Cabang Bandung, PSII Bandung, Al-Islah Bandung, Perguruan Islamiyah Bandung, Pendidikan Nasional Indonesia Cabang Bandung, Penolong Kesoesahan Oemoem (PKO) Bandung, Pemuda Muhammadiyah Bandung, PPBM Bandung, Persis Cabang Mr. Cornelis (sekarang Jatinegara), Persis Majalaya, Pemuda Persis Bandung, Persistri Cabang Bandung, Persistri Cabang Bogor, Persistri Cabang Tanah Abang, Persis Cirebon, Persis Karang Ampel, Persis Bogor, Persis Canjur, Persis Cimenteng, Arrabitah Al-Islamiyah Indramayu, Persis Aceh, Sekolah Al-Islamiyah dan PO Cabang Bandung. Sedangkan pers yang meliput acara ini yaitu: Amal, AID Preangerbode, Nicork, Pemandangan, Perbintjangan dan Siang Po (At-Taqwa 13 Januari 1937).

Sebagai Ketua Persis, Haji Zamzam membuka pertemuan besar itu. Dalam pidatonya Haji Zamzam menerangkan lika-liku berdirinya Persis yang berlanjut pada pembahasan tentang kemunduran Islam. Setelah itu Mohammad Natsir, sebagai ketua Sekolah Pendidikan Islam, maju untuk menyampaikan pidatonya. Ia menjelaskan ihwal program garapan Persis dalam bidang pendidikan yang telah dikerjakan. Lalu Natsir juga mengulas awal mula kemunculan Pendidikan Islam sejak berisi 7 orang siswa, sampai mempunyai beberapa sekolah di Bandung, Majalaya, Cianjur, Bogor, Meester Cornelis, Tanah Abang, dan Tanjung Priok (Majalah Al-Lisaan nomor 13 23 Desember 1936).

Usai Natsir memberikan penjelasan mengenai sekolah Pendidikan Islam, beberapa perwakilan dari organisasi lain ikut memberikan pidato selama lima menit. Pidato itu di antaranya disampaikan oleh perwakilan Muhammadiyah Cabang Bandung, Abdul Bari dari PKO Cabang Bandung dan Sabirin yang kala itu menjabat sebagai petinggi Partai Sarekat Islam Indonesia.

Setelah itu acara diselingi dengan jamuan untuk para tamu undangan. Dilanjutkan dengan berbagai penjelasan dari utusan cabang-cabang Persis dan utusan Persistri tentang kondisi Persis maupun Persistri secara khusus dan Islam pada umumnya. Mereka yang mendapat giliran untuk berpendapat yakni para utusan dari Cabang Kuta Raja, Cabang Batavia, Cabang Tanah Abang, Cabang Meester Cornelis, Cabang Majalaya, Persis Cabang Cianjur, Persis Cabang Cirebon, Persis Cabang Bandung, Persis Cabang Cimenteng, Persistri Cabang Bandung, Persistri Cabang Tanah Abang dan Persistri Cabang Bogor (At-Taqwa 13 Januari 1937).

Perkembangan cabang Persis maupun Persistri yang berbeda dari sebelumnya menjadi pangkal pembahasan masing-masing utusan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Cabang Kuta Raja yang mendapatkan giliran pertama untuk menjelaskan kondisi Islam di Aceh secara umum, dan juga membahas Persis secara khusus. Setelah itu dilanjutkan oleh utusan Persis Cabang Batavia yang mengklaim tidak lagi mendapatkan rintangan; lalu perwakilan Cabang Tanah Abang yang membicarakan tentang kondisi Persis dan keimanan; kemudian utusan Persis Cabang Meester Cornelis yang juga membahas tentang kemajuan anggotanya dan hanya mendapat rintangan dari luar; dilanjutkan oleh utusan Cabang Majalaya yang menerangkan riwayat berdirinya Persis di Majalaya; hingga penjelasan dari utusan Cabang Cimenteng yang membahas tentang kemajuan Persis pada Cabang Cimenteng (At-Taqwa 13 Januari 1937).

Baca Juga: PERSATUAN ISLAM DI MASA HINDIA BELANDA #10: Debat Persis dengan Nahdlatul Ulama
PERSATUAN ISLAM DI MASA HINDIA BELANDA #11: Persis Menggelar berbagai Ceramah Umum
PERSATUAN ISLAM DI MASA HINDIA BELANDA #12: Persis Mendirikan Pesantren

Perkembangan Persistri

Tidak jauh dengan cabang-cabang Persis, beberapa cabang Persistri juga menyampaikan kemajuan yang cukup pesat. Seperti yang ditunjukkan oleh Persistri Cabang Bandung. Dalam pidatonya, utusan dari Persistri di Bandung itu menyebut telah mengalami kemajuan. Selain itu Persistri Cabang Bandung juga memperoleh sebuah kantor sebagai wakaf dari K.H.M. Tajjib. Namun dua cabang Persistri lain seperti Cabang Tanah Abang dan Persistri Cabang Bogor masih mengharapkan perkembangan yang lebih baik ke depannya. Meskipun mereka menilai sudah mengalami kemajuan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya (At-Taqwa 13 Januari 1937).

Dari semua keterangan itu dapatlah disimpulkan, bahwa sejauh ini cabang-cabang Persis maupun Persistri dianggap telah mengalami kemajuan yang berarti. Meskipun terdapat sedikit rintangan dari luar, terutama dari kelompok yang tidak setuju dengan Persis yang mempunyai prinsip yang tegas yaitu kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis Nabi. Tentu, selain menunjukkan hasil perkembangan tersebut, kesimpulan dari berbagai pendapat cabang-cabang itu mengarah pada keinginan agar pergerakan Persis bisa dilihat oleh masyarakat umum melalui implementasi ajaran Islam yang bukan sekadar teori semata (Majalah Al-Lisaan nomor 13 23 Desember 1936).

Sementara itu, konferensi Persis di hari pertama memang telah berlangsung tertib tanpa ada halangan. Di hari pertama itu konferensi hanya digelar sampai pukul 13.00, dan akan dilanjutkan keesokan harinya sampai tanggal 27 Desember 1936. Kendati konferensi ini merupakan pertemuan besar yang melibatkan berbagai organisasi, tetapi terdapat agenda penting lainnya yang mesti dibahas khusus untuk para pengurus dan anggota Persis dengan menggelar rapat tertutup pada tanggal 25 Desember. Dalam rapat tersebut diputuskanlah antara lain:

“1) Menetapkan qanoen Persatoean Islam jang baroe. 2) Menetapkan qanoen Persatoean Islam Isteri sebagai bahagian isteri dari Persatoean Islam. 3) Menetapkan qanoen Pendidikan Islam sebagai bahagian dari sekolah dari Persatoean Islam” (Majalah Al-Lisaan nomor 13 23 Desember 1936).

Di samping tiga poin tersebut, forum juga membahas terkait kongres pertama Persis. Konon, forum telah memutuskan bahwa kongres pertama Persis yang akan digelar di Cirebon pada bulan Desember 1937. Akhirnya konferensi ini pun ditutup dan para utusan yang hadir berbondong-bondong meninggalkan ruangan.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//