• Narasi
  • Tanggung Jawab Siapakah Kebersihan Sungai Cikapundung?

Tanggung Jawab Siapakah Kebersihan Sungai Cikapundung?

Miris, masyarakat tidak lagi dapat memanfaatkan air sungai Cikapundung untuk kegiatan sehari-hari dan harus membayar untuk mendapatkan air minum.

Hanifah Salsabila

Mahasiswa sekaligus pemerhati isu lingkungan, tinggal di Jatinangor.

Suasana sungai Cikapundung dekat perumahan warga. Sungai Cikapundung mengalami pencemaran oleh ternak, rumah tangga, dan industri. (Foto: Alya Nurfakhira Zahra/Penulis)

10 Januari 2023


BandungBergerak.idAir adalah sumber kehidupan. Begitulah bunyi slogan yang dipasang di pinggiran sungai Cikapundung. Derasnya air sungai yang mengalir menyambut siapa pun yang datang mendekat, memberikan gambaran aliran air yang biru. Namun, air di sungai ini sama sekali jauh dari warna yang biasanya familiar untuk area perairan.

Tidak jauh dari sungai yang dibatasi oleh tembok tinggi, tinggallah seorang pegiat lingkungan yang menjaga sungai Cikapundung di wilayah Tamansari, kota Bandung ini. Namanya Handoyo. Pria yang akrab disapa Han itu sudah menjaga Sungai Cikapundung sejak 2011. Ia mengaku mulai peduli pada kebersihan lingkungan, khususnya sungai, sejak 2009 silam.

Bersama orang-orang yang memiliki rasa kepedulian terhadap sungai yang tergabung dalam Komunitas Cikapundung, Han bergerak untuk menjaga sekaligus membersihkan sungai Cikapundung. Namun sayangnya, anggota komunitas ini tidak bisa berbuat banyak karena kegiatan mereka dalam menjaga kebersihan Sungai Cikapundung bergantung pada kesediaan waktu dan tenaga anggotanya.  Ditambah lagi, setiap rupiah yang digunakan dalam aksi menjaga dan membersihkan sungai datang dari kantong mereka sendiri. Tidak ada donasi, tidak ada uluran tangan dari pihak-pihak yang berwenang.

Dilansir dari situs resmi program Citarum Harum, sungai Cikapundung adalah sungai terpanjang yang membelah Kota Bandung. Aliran air sungai Cikapundung kemudian bermuara pada sungai Citarum. Situs ini juga menyebutkan bahwa sungai Cikapundung adalah salah satu sumber air bersih bagi warga Kota Bandung. Terdapat PDAM yang mengambil air sungai Cikapundung sebagai sumber air bersih yang kemudian didistribusikan kepada masyarakat, termasuk mereka yang tinggal di sekitar sungai Cikapundung.

Miris, mengingat masyarakat sekitar tidak lagi dapat memanfaatkan air sungai untuk kegiatan sehari-hari dan harus beralih membayar untuk dapat menggunakan air bersih dari PDAM. Sumber air PDAM sendiri sebenarnya berasal dari sungai yang mengalir di sekitar permukiman mereka.

Bukan tanpa alasan, Han menyebutkan bahwa air sungai Cikapundung jika digunakan seperti orang-orang zaman dulu, untuk minum, mengolah makanan, mencuci baju, dan lain sebagainya, tidak akan bisa lagi karena airnya yang sudah tidak layak konsumsi. 

“Sungai Citarum tuh kayak punya empat rasa,” begitu kata Han tentang pencemaran sungai Cikapundung. Mulai dari Bandung daerah atas, bagian hulu sungai Cikapundung, di mana limbah kotoran hewan ternak mengalir di sungai ini, lalu makin ke bawah, ada limbah rumah tangga, terus ke bawah lagi, air sungai mulai terkontaminasi zat kimia dari pabrik-pabrik industri, kemudian semuanya bercampur menciptakan rasa yang sama sekali berbeda dan bermuara di sungai Citarum. 

Belum habis sampai di sana, sungai Cikapundung juga menghadapi permasalahan lainnya, yaitu dasar sungai yang bertambah tinggi seiring dibuangnya sedimen ke sungai oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Sedimmentasi tersebut kemudian mengeras yang menyebabkan peningkatan dasar sungai. Han menyebutkan, untuk membersihkan material yang satu ini bukanlah hal yang mudah karena akses jalan untuk mengangkut alat yang bisa memindahkan material tersebut keluar dari sungai terbilang sulit. 

Berada di usia yang tidak lagi dalam kondisi prima, Han cukup mengkhawatirkan tidak adanya generasi penerus yang akan menjaga kebersihan sungai Cikapundung. Bukti nyata dari kekhawatirannya sudah tampak dari cara anak-anak muda yang memilih membayar iuran untuk orang-orang yang bekerja membersihkan sungai dibandingkan ikut turun langsung dalam menjaga dan membersihkan sungai. Mengenal fungsi uang, mereka tak memusingkan tentang pentingnya membersihkan sungai selama ada orang-orang yang bisa diandalkan untuk melakukannya, dan yang paling penting, dibayar.

“Komunitas kan nggak dibayar, sedangkan anak-anak muda sudah mengenal uang. Mereka lebih memilih untuk menyumbang uang ketika orang tua mulai bergerak. Kalau nanti sudah tidak ada yang menggerakkan, komunitasnya mungkin nggak jalan,” tutur pria yang surai hitamnya telah memutih itu. 

Di kala program kerja komunitas Cikapundung dilakukan oleh para orang-orang tua dengan keterbatasan tenaga dan waktu, diperlukan dua hal yang dimiliki oleh para pemuda-pemuda: tenaga yang masih terbilang kuat dan waktu yang masih banyak lowongnya.

Baca Juga: Anak Sungai Citarum Ikut Menjadi Sungai Terkotor di Dunia
Diskusi tentang Sungai di Kampung Cibarani, ketika Sampah Menjadi Bencana Budaya
Sampah, Limbah, dan Pentingnya Kerja Kolaboratif di Sungai Cikapundung

Kepentingan Politik

Menurut Han, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan oleh mereka yang peduli terhadap sungai. Walaupun kemudian nantinya dana yang diberikan pemerintah tidak dapat membantu mereka sepenuhnya, setidaknya pemerintah bisa terus mensosialisasikan dan menumbuhkan sikap peduli lingkungan yang dalam hal ini adalah sungai kepada masyarakat sekitar, terlebih lagi pada pemuda sebagai generasi penerus. 

Han bercerita, beberapa kali pihak pemerintah seperti pejabat sesekali pernah ikut mendukung program kebersihan sungai Cikapundung. Namun sangat disayangkan, dukungan dari figur publik tersebut tidak berlangsung lama karena adanya agenda politik yang menjadi tujuan utamanya. Besar harapan Han dan kawan-kawan Komunitas Cikapundung agar pemerintah dapat merangkul pemuda dan pemudi untuk peduli dan mau mengambil bagian untuk bertanggung jawab pada kebersihan sungai Cikapundung, secara berkelanjutan, bukan hanya saat ada agenda politik yang menungganginya.

Pada akhirnya, kebersihan sungai adalah tanggung jawab semua individu. Baik dari pihak pemerintah, maupun masyarakat. Pemerintah punya peran untuk membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan sungai. Masyarakat, terlebih yang hidup di sekitar sungai juga harus paham dampak yang diakibatkan jika sungai tersebut tercemar.

Dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak untuk mewujudkan sungai Cikapundung yang bersih dan aman. Mungkin akan sulit untuk mengembalikan fungsi sungai seperti yang dipelajari saat sekolah dulu, tetapi setidaknya, sungai yang bersih akan berdampak baik pula bagi kehidupan manusia secara tidak langsung.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//