Merah Putih di Arus Hitam Sungai Cikijing
Mereka membentang bendera merah putih sepanjang 77 meter di Sungai Cikijing. Aksi ini mengajak orang untuk tidak membuang sampah dan limbah ke sungai.
Mereka membentang bendera merah putih sepanjang 77 meter di Sungai Cikijing. Aksi ini mengajak orang untuk tidak membuang sampah dan limbah ke sungai.
BandungBergerak.id - Sejumlah aktivis dan warga peduli lingkungan sibuk-bolak balik menggunakan perahu karet dan kayak di aliran Sungai Cikijing yang berwarna kehitaman. Terik matahari siang itu tak menyurutkan mereka yang tergabung dalam komunitas Pasukan Susur Sungai dan Ekosistem Rancaekek atau (Passer) untuk turun ke sungai di Kampung Tanggeung, Desa Bojongloa, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/8/2022).
Mereka terjun ke sungai, berkali-kali menghitung jarak, mengukur kedalaman, dan arah embusan angin untuk membentang bendera merah putih sepanjang 77 meter, mengacu pada 77 tahun Indonesia merdeka.
"Itu semua harus diperhitungkan sebelum kita membentang bendera merah putih sepanjang 77 meter nanti. Jika salah perhitungan sulit untuk mengendalikan dan membentang bendera sepanjang 77 meter di atas air sungai, ada angin dan gelombang yang harus diperhitungkan," kata Dian Lesmana Putra (32 tahun) dari Passer.
Beberapa sukarelawan menyiapkan gulungan kain bendera ke perahu karet. Ada 2 perahu karet yang disiapkan di atas air, satu perahu diposisikan bersiaga di tepian sungai, satu kayak juga terlihat di pinggir sungai. Setelah itu mereka mulai mengatur posisi, ada lebih dari 20 orang yang terlibat.
Perahu karet membawa bendera ke arah selatan aliran sungai, lalu mulai menurunkan bentangan bendera ke air dengan perlahan, persis seperti kapal nelayan saat menurunkan jala ikan. Setelah itu masing-masing sudut bendera dipegang oleh beberapa orang, lalu perahu karet maju perlahan sambil menurunkan bendera sampai akhirnya membentang sepanjang 77 meter X 3 meter. Selama proses pembentangan, lagu Indonesia Raya berkumandang, beberapa orang di atas perahu karet bermotor berdiri dengan posisi menghormat bendera.
Setelah itu bentangan bendera diangkat perlahan dari atas air. Kali ini bendera membentang di pesisir sungai. Lalu para pembentang bendera berbaris rapi di pinggiran sungai. Pembentangan bendera sampai ke penghujung, ditutup dengan lompatan para sukarelawan dan aktivis ke Sungai Cikijing.
Prosesi bentang bendera di sungai ini sarat makna, kaitannya dengan menjaga lingkungan sungai dari sampah. Bendera diangkat dari atas air ke daratan. Artinya warga diajak untuk tidak membuang sampah ke sungai, angkat sampah yang ada di sungai agar tidak mencemari lingkungan, kira-kira itu makna yang bisa ditangkap.
Aksi ini cukup membuat para pengendara sepeda motor yang melintas jalan desa berhenti sejenak untuk sekedar menonton sambil merekam momen unik ini. Dewi (19 tahun) warga Rancaekek yang datang bersama beberapa temannya bahkan sempat merekam detik-detik pembentangan bendera dengan kamera ponsel, hasil rekaman lalu diunggah ke media sosial.
"Dari tadi kita bolak-balik ingin melihat tapi kok belum mulai-mulai, akhirnya setelah lewat tengah hari baru mulai. Bagusnya ini digelar setiap tahun, inginnya ditambah acara-acara lain yang menarik yang digelar di sekitar sungai, pasti seru," katanya.
Usai acara, warga boleh ikut naik perahu karet atau mendayung kayak untuk menyusuri Sungai Cikijing sekaligus memantau kondisi lingkungan perairannya. Di wilayah Rancaekek, Sungai Cikijing, Cimande, lalu bertemu di tempuran Sungai Citarik, mengalir jauh sampai akhirnya bermuara ke Sungai Citarum.
Cimande dan Cikijing selama ini juga dikenal sebagai DAS Citarum yang kerap tercemar limbah industri tekstil yang berada di wilayah Sumedang dan Bandung timur. Menurut Dian, walau air sungai Cikijing terlihat berwarna gelap, namun Ph airnya masih terbilang cukup aman, di kisaran 7-8 (ukuran Ph normal air sungai antara 6,25-7,40).
Jelang akhir tahun 2021 lalu, saat musim hujan, limbah hitam pekat masih terlihat di tempuran Sungai Cikijing dan Citarik. Seorang warga yang tengah menjala ikan hanya mendapat ikan sapu-sapu, tak ada ikan konsumsi yang bisa dijaring. Biasanya, musim hujan jadi kesempatan pabrik tekstil nakal untuk membuang limbah ke sungai saat debit air besar. Pertimbangannya limbah bisa tersamar oleh besarnya debit air sungai.
Sungai yang menjadi salah satu sungai paling tercemar di dunia masih belum bebas dari pencemaran limbah 1.900 pabrik yang berada di sepanjang aliran sungai di mana 90 persen pabrik tak miliki pengolah limbah yang ideal. Padatnya industri di DAS Citarum ini menghasilkan 340.000 ton limbah cair per hari. Selain itu, diperkirakan Citarum digelontori 35,5 ton limbah tinja setiap hari.
Menurut data DLHK Provinsi Jawa Barat, sungai terbesar di Jawa Barat ini menerima limpahan sampah sebanyak 15.838 ton per hari. Jika 71 persen sampah tak bisa diangkut ke tempat pengolahan sampah akhir, diperkirakan volume sampah Citarum melonjak sampai 20.462 ton sampah per hari. Pencemaran limbah industri, rumah tangga, dan sampah di seluruh anak-anak sungai sampai semua bermuara ke Citarum yang berdampak pada rusaknya lingkungan di semua sistem sungai di DAS Citarum.
Sebagai bagian dari upaya kampanye lingkungan, ini adalah kali ke-3 upacara pembentangan bendera merah putih digelar di Sungai Cikijing. Gerakan kecil yang dimulai di salah satu sistem DAS Citarum ini diharapkan bisa memicu munculnya gerakan serupa di kawasan lain. Peringatan HUT Kemerdekaan RI di atas permukaan sungai ini akan digelar setiap tahun. Lokasi ini jadi tempat edukasi dan pengingat bagi siapa saja tentang pentingnya upaya untuk melestarikan alam, tentang pentingnya merdeka dari pencemaran sampah dan limbah industri.
Teks dan Foto: Prima Mulia
COMMENTS