• Berita
  • Bandung Historical Study Games 2023 di Gedung Dwi Warna

Bandung Historical Study Games 2023 di Gedung Dwi Warna

Gedung Dwi Warna mungkin kalah populer dibandingkan Gedung Merdeka. Kedua gedung ini sama-sama berperan penting dalam perhelatan dunia Konferensi Asia Afrika.

Pensioenfondsen menjadi Gedung Dwi Warna, Bandung, Sabtu (25/6/2022). Sukarno meresmikan Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwi Warna terkait persiapan Konferensi Asia Afrika 1955. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana15 Juli 2023


BandungBergerak.idJika kita berjalan melewati Gedung Sate ke arah timur, di sana akan ada gedung megah dengan arsitektur klasik bernama Dwi Warna yang kini Kompleks Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DPJB) Jawa Barat. Gedung bersejarah di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, ini memiliki peran penting dalam sejarah Konferensi Asia Afrika 1955.

Gedung Dwi Warna menjadi bagian dari rangkaian Bandung Historical Study Games (BHSG) 2023, sebuah acara tahunan Museum Konperensi Asia Afrika yang dihelat Sabtu (8/7/2023) lalu. BHSG diikuti ratusan peserta yang tergabung dalam puluhan kelompok dengan nama sejumlah negara di kawasan Asia Afrika. Mereka antusias mengikuti kegiatan yang berlangsung selama kurang lebih 7 jam tersebut.

Giring Diredja selaku Kepala Bagian Umum Kanwil Jawa Barat menyatakan, Gedung Dwi Warna memiliki peran penting dalam Konperensi Asia Afrika 1955. Jika Gedung Merdeka digunakan sebagai tempat pembukaan dan penutupan, maka Gedung Dwi Warna menjadi lokasi bagi sejumlah sidang konferensi yang diikuti 29 negara di masa Perang Dingin itu.

Penulis sejarah Atep Kurnia pernah menulis tentang Gedung Dwi Warna ini. Salah satu momen penting gedung ini terjadi pada Kamis, 7 April 1955, ketika Presiden Sukarno berkunjung ke Bandung dalam rangka meninjau tahap akhir persiapan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika.

“Ruangan di Sociëteit Concordia untuk sesi panel sudah hampir lengkap. Hotel-hotel besar telah dipersiapkan untuk menerima kunjungan wakil dari 29 bangsa Asia Afrika. Di Gedung Pensioenfondsen, ruangan kecil dan besar untuk konferensi juga sudah dilengkapi. Pokoknya pada kunjungan tersebut, presiden melihat Bandung telah mengalami metamorfosis selama dua bulan terakhir, sesuatu yang tidak terbayangkan bila berkunjung pada bulan Februari 1955,” demikian tulis Atep Kurnia.

Sukarno, lanjut Atep, kemudian pergi ke Djalan Raya Timur, ke gedung konferensi, Hotel Homann, dan Hotel Preanger. Saat berkunjung ke gedung Sociëteit Concordia, ia menyatakan bahwa ke depannya lebih baik nama Djalan Raya Timur diganti Djalan Asia Afrika, sedangkan Concordia lebih baik diberi nama baru Gedung Merdeka.

Menghadapi usulan Bung Besar itu, tulis Atep Kurnia, Dewan Kota Bandung menanggapinya dengan mengadakan rapat mendadak di balai kota (het gemeentehuis van Bandung) untuk mendiskusikan perubahan-perubahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (de A.A-conferentie).

“Dalam rapat, para peserta umumnya menerima secara aklamasi usulan dari Presiden Sukarno, terkait perubahan Concordia menjadi Gedung Merdeka, Pensioenfondsen menjadi Dwi Warna, mengubah sebagian Djalan Raya Timur antara perempatan Pasarbaru dan perempatan lima (Katja-katja Wetan) menjadi Djalan Asia-Afrika,” tulis Atep Kurnia.

Warna-warni Gedung Dwi Warna

Sebagaimananya, Gedung Dwi Warna memiliki sejarah yang warna-warni. Berdasarkan catatan laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, gedung kuni ini didirikan pada tahun 1940 di bawah pengawasan Technische Dienst voor Stadsgemeente Bandoeng. Pada awalnya gedung ini dibangun sebagai tempat dana pensiun seluruh Indonesia dengan nama Gedung Dana Pensiun. Kemudian, pada waktu pemerintahan Jepang berkuasa di Indonesia, gedung ini dipergunakan sebagai gedung Kempeitai. Sedangkan pada masa pendudukan Belanda gedung ini berfungsi sebagai Gedung Recomba.

Pascakemerdekaan, tepatnya pada tahun 1955 gedung rancangan arsitek G. Hendrik ini digunakan sebagai tempat rapat komisi pada Konferensi Asia Afrika. “Sukarno meresmikan penggantian nama Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwi Warna pada waktu memeriksa persiapan terakhir KAA  di Bandung pada tanggal 17 April 1955 bersamaan dengan peresmian penggantian nama Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka,” demikian catatan Kemendikbud, diakses Sabtu (15/7/2023). 

Seusai KAA, bangunan ini dijadikan sebagai Kantor Pusat Pembayaran Pensiunan (KP3), lalu Kantor Pusat Administrasi Belanja Pegawai dan Pensiun (KPABPP), lalu menjadi Subdirektorat Pengumpulan Data (SDPD) kemudian menjadi Pusat Pengolahan Data dan Informasi Anggaran (PPDIA) sampai tahun 2001. Kini, gedung tersebut dipergunakan oleh Kanwil DJPB Provinsi Jawa Barat.

Karena memiliki nilai historis yang tinggi, gedung Dwi warna ditetapkan menjadi Cagar Budaya tingkat nasional dengan nomor registrasi RNCB. 20100108.02.00095, SK Menteri No. PM. 04/PW.007/MKP/2010 dan SK Menteri N0.184/M/2017.

Baca Juga: Jejak Konferensi Asia Afrika di Lima Buku Bandung
Upaya Penguatan Memori Kolektif dan Serba-serbi Peringatan 68 Tahun Konferensi Asia Afrika
Keluar dari Cengkeraman Kolonialisme Melalui KAA 1955

Mengenal Sejarah dengan Permainan

Gedung Dwi Warna menjadi salah satu pos dalam acara Bandung Historical Study Games 2023 dalam rangka 68 Tahun Konferensi Asia Afrika. BHSG merupakan acara edukatif terkait sejarah yang dikemas dengan permainan. Tahun ini BHSG diselenggarakan secara luring (offline) setelah dua tahun terakhir dilaksanakan secara virtual dikarenakan pandemi Covid-19.

Tahun ini, “Bandung Historical Study Games (BHSG) 2023” mengusung tema “Road to 2025: Towards Stronger Asia and Africa”. “Bandung Historical Study Games (BHSG) 2023 merupakan suatu kegiatan yang rutin diadakan oleh Sahabat Museum Konferensi Asia Afrika. Acara ini diselenggarakan oleh klub edukator sebagai koordinator utamanya. Tujuan dari kegiatan BHSG ini adalah untuk mengajak masyarakat berpartisipasi mempelajari sejarah dengan menggunakan metode yang menyenangkan dan menarik,” demikian pernyataan resmi panitia BHSG.

Dalam kegiatan BHSG ini, peserta dapat belajar sejarah sambil bermain. Hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan kesan membosankan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat membangkitkan semangat nilai-nilai yang terkandung dalam Dasasila Bandung. Dasasila Bandung atau Deklarasi Bandung adalah hasil pertemuan Konferensi Asia Afrika yang berlangsung di Bandung, 18-25 April 1955. Terdapat sepuluh poin yang dirumuskan dalam deklarasi ini, yang mencakup pernyataan mengenai dukungan terhadap perdamaian dan kerjasama global.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//