• Berita
  • Ketika Para Perempuan Pedagang Pasar Banjaran Menghalau Ekskavator

Ketika Para Perempuan Pedagang Pasar Banjaran Menghalau Ekskavator

Ketegangan sempat menguasai Pasar Banjaran. Para pedagang sempat berhadap-hadapan dengan aparat gabungan. Upaya pembongkaran pasar ditunda.

Ibu-ibu pedagang yang emosi berhadapan dengan Satpol PP ketika ekskavator merobohkan kios di Pasar Banjaran, Sabtu (15/7/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul17 Juli 2023


BandungBergerak.idUpaya pembongkaran dan pemutusan listrik di Pasar Banjaran, Kabupaten Bandung, Sabtu (15/7/2023) lalu, kembali tertunda meski ratusan orang aparat, mobil water cannon, kendaraan pemadam kebarakarn, dan dua unit ekskavator (beko), dikerahkan sejak pagi. Suasana mamanas ketika para pedagang penolak proyek revitalisasi berhadap-hadapan dengan ratusan aparat gabungan di Terminal Banjaran sepanjang hari.

Para pedagang menolak swastanisasi Pasar Banjaran karena revitalisasi tersebut akan dilakukan oleh swasta, bukan oleh Pemkab Bandung. Mereka berusaha mempertahankan kios-kios yang sejak lama mereka bangun sendiri.

Saat pasukan gabungan sudah bersiap melakukan upaya pembongkaran dan pemutusan jaringan listrik, para pedagang Pasar Banjaran diwakili pihak Kelompok Warga Pedagang Pasar (Kerwappa) Banjaran melakukan audiensi dengan pihak Disperindag di Polsek Banjaran yang ditengahi oleh Kapolres Bandung Kusworo. Audiensi itu pun menemui kebuntuan, hingga akhirnya obrolan dilanjutkan di tengah pasar, di depan posko Kerwappa.

Sekitar pukul 11, Kepala Disperindag Kabupaten Bandung Dicky Anugrah ditemani Kapolres Bandung Kusworo menemui para pedagang di Posko Kerwappa Pasar Banjaran. Pada pertemuan itu, para pedagang silih-berganti melontarkan pernyataan dan pertanyaan mengenai program revitalisasi Pasar Banjaran yang menggunakan mekanisme Bangun Guna Serah (BGS) pasar.

Para pedagang mengeluhkan soal biaya revitalisai yang mahal, proses penentuan mitra BGS yang tidak transparan, pendataan pedagang, serta sengkarut masalah lainnya perihal revitalisasi Pasar Banjaran yang sudah berjalan selama hampir lima bulan. Namun yang paling utama, para pedagang menolak swastanisasi. Dicky Anugrah berdalih, revitalisasi Pasar Banjaran tidak sepenuhnya dilakukan swasta.

“BGS itu judulnya kerja sama pembangunan dan pengelolaan Pasar Sehat Banjaran. Artinya dari mulai pembangunan sampai dengan pengelolaan itu bersama-sama dengan pemerintah daerah, tidak murni swastanisasi. Tidak 100 persen sama swasta pengelolaannya, pengelolaannya seimbang,” jelas Dicky, kepada para pedagang.

Dicky juga menjelaskan bahwa revitalisasi Pasar Banjaran memungkinkan menggunakan dengan dana APBD. Namun, sesuai dokumen perencanaan revitalisasi yang membutuhkan biaya yang besar, makanya pemerintah menggandeng pihak swasta. Menurutnya, APBD Pemkab Bandung terbatas sehingga bisa melakukan kerja sama investasi dengan skema BGS.

Ia juga menyebutkan, revitalisasi pasar Banjaran dilakukan bukan hanya untuk membangun pasar yang sehat dan bersih, tetapi juga perencanaan penataan kota, kemacetan, dan PKL. Berkaitan dengan keluhan para pedagang tentang mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk revitalisasi Pasar Banjaran, Bupati Bandung akan memberikan subsidi kepada pedagang existing. Rencana ini disebut Dicky untuk meringankan pembayaran bagi pedagang existing yang terdata.

“Jadi nanti Bupati akan mensubsidi bapak ibu yang pedagang existing untuk memperingan biaya perolehan kios dan lapak yang dibangun PT. Saya berbicara di sini, kalau ada pedagang existing di sini yang kelewat saya taruhannya,” ungkapnya.

Beberapa pedagang lantas meminta sinkronisasi data antara yang dimiliki pemerintah dan pedagang. Selama pendataan berlangsung, pembongkaran dan pemutusan jaringan listrik diminta agar ditunda terlebih dahulu. Para pedagang berharap seluruh tim gabungan beserta kendaraannya ditarik mundur dari Pasar Banjaran.

Dialog tersebut masih mengalami kebuntuan. Akhirnya, sekitar pukul setengah satu siang, obrolan dilanjutkan kembali di Polsek Banjaran oleh perwakilan pihak, di antaranya Disperindag, Satpol PP, kuasa hukum kedua belah pihak, perwakilan para pedagang, dan Kapolres Bandung secara tertutup. Tim gabungan beserta alat berat dan lainnya masih bersiap di Terminal Banjaran.

Kerumunan pedagang Pasar Banjaran berhadapan dengan petugas-petugas Satpol PP di Terminal Banjaran, Sabtu (15/7/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Kerumunan pedagang Pasar Banjaran berhadapan dengan petugas-petugas Satpol PP di Terminal Banjaran, Sabtu (15/7/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Pembongkaran Ditunda

Sekitar pukul tiga, satu ekskavator bergerak mengancurkan pagar seng yang menutupi Pasar Banjaran di bagian terminal. Personel Satpol PP berjaga-jaga. Usai meratakan seng, ekskavator kemudian merobohkan salah satu kios.

Pembongkaran tersebut menyulut emosi para pedagang. Pedagang perempuan mula-mula mendatangi ekskavator yang tengah merobohkan bagian kios itu sambil berteriak-teriak emosional. Mereka berusaha menghalau pembongkaran, pedagang lainnya berusaha menenangkan emosi mereka.

Seorang pedagang, Nuzulul Rizki Ghifari (24) meminta kepada para pedagang agar berbaris. Ekskavator lalu mundur, mengambil jarak dengan Satpol PP dan para pedagang yang berhadap-hadapan.

Dua pihak yang berhadap-hadapan ini sempat memanas. Mereka saling dorong-dorong, namun tak berlangsung lama. Para pedagang yang mayoritas perempuan ini berhadapan dengan petugas Satpol PP yang lengkap menggunakan helm dan serta tameng.

Situasi memanas sempat mereda, namun ketegangan masih menguasai Terminal Banjaran. Para pedagang meminta agar mobil beko mundur. Pihak kepolisian, Disperindag, PT. BNP sebagai perusahaan mitra BGS, dan Saptol PP tampak melakukan koordinasi secara terpisah di lokasi.

Tiga puluh menit berlalu. Salah satu pegawai Disperindag, Nce Iing menghampiri para pedagang yang melakukan aksi duduk berhadapan dengan beko yang mesinnya telah dimatikan. Dengan bantuan pengeras suara, Nce menjelaskan kepada pedagang bahwa pembongkaran yang akan dilakukan hanyalah kepada kios yang pemiliknya sudah mendaftar dan mengambil kunci relokasi.

Nce menambahkan bahwa pembongkaran dan pemutusan listrik merupakan konsekuensi dan harusnya telah diketahui oleh para pedagang yang telah mendaftar.

“Mohon izin kami sementara akan membongkar dulu yang sudah mendaftar dan mengambil kunci. Adapun yang belum mendaftar dan belum mengambil kunci kami akan melakukan tindakan kemudian. Kami mohon izin untuk area yang memang sudah daftar dan sudah mengambil kunci atau kios yang sudah mendaftar tersebut mohon untuk diberikan jalan bagi kami untuk melakukan pembongkaran terhadap kios tersebut,” imbau Nce kepada para pedagang.

Para pedagang pun memprotes, mengapa salah satu kios sebagiannya telah dirobohkan. Padahal, pemilik kios tersebut belum mendaftar. Salah seorang pedagang perempuan, menyerahkan voice note pemilik kios mengenai statusnya yang belum mendaftar, sehingga seharusnya tidak boleh dibongkar.

Nce pun berdalih bahwa pihaknya berani membongkar karena pada data yang dimiliki kios tersebut sudah mendaftar. Padahal yang mendaftar ke perusahaan bukanlah pemilik kios, melainkan pihak yang menyewa kios yang kiosnya sudah dirobohkan tersebut dan pemilik kios belum mendaftar ke perusahaan.

Salah seorang pedagang, menggunakan toa juga menyampaikan bahwa upaya pembongkaran pun sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Sebab, Bupati Bandung menyetujui untuk melakukan obrolan dengan piha Kerwappa terhadap sengkarut masalah yang sedang terjadi terkait revitalisasi Pasar Banjaran.

Mendengar rencana pertemuan antara Kerwappa dan Bupati Bandung itu, ditengarai menjadi sebab penunda pembongkaran dan pemutusan listrik di Pasar Banjaran. Nce lantas berpesan kepada pedagang bahwa saat melakukan audiensi dengan Bupati, para pedagang harus menemui solusi yang berpihak kepada kedua belah pihak.

“Tetapi satu yang saya wanti-wanti jangan pakai kata pokona mah, artinya catat, punteun semuanya, bahwa kita nanti ketika dialog harus ada win-win solution, semua senang semua menang,” ungkap Nce.

Nuzulul Rizki Ghifari lantas menyampaikan kepada Nce, bahwa pedagang tersulut emosinya karena panik. Selain itu, berkaitan dengan kios yang telah dirobohkan, ia meminta kepada Disperindag dan pihak pengembang untuk melakukan pengecekan ulang terhadap data pedagang yang sudah mendaftar berikut dengan lokasi kiosnya.

“Mohon maaf, tolong di cross check kembali itu, di cross check ulang takutnya ada hal-hal yang seperti tadi lagi,” ungkap Nuzulul mengingatkan.

Ia juga menyampaikan, agar solusi yang sesuai diharapkan kedua belah pihak bisa tercapai ketika beraudiensi dengan Bupati, ia meminta kepada kedua belah pihak untuk menurunkan emosi. “Biar sesuai diskusi dengan yang diharapkan, win-win solution, hal yang pertama yang logis kita harus turunkan dulu tendensi emosi kita,” ungkap Nuzulul.

Sekitar pukul empat sore, Kepala Satpol PP Kabupaten Bandung memerintahkan mobil beko mundur. Selanjutnya, personel gabungan kepolisian dan Satpol PP bergerak keluar dari kawasan terminal. Mobil water cannon, pemadam kebakaran, dan kendaraan lainnya juga ditarik mundur ke Alun-alun Banjaran.

Saat armada dan tim gabungan ini bergerak keluar dari Terminal Banjaran, para pedagang melantunkan salawat bersama-sama, diiringi tepuk tangan.

Baca Juga: Revitalisasi Pasar Banjaran Merugikan Para Pedagang, hanya Menguntungkan Pemodal
Pasar Banjaran dalam Angka, Kebijakan yang tidak Memihak Rakyat akan Meningkatkan Angka Kemiskinan di Kabupaten Bandung
Pasar Banjaran Melawan

Menanti Audiensi dengan Bupati

Ketua Kerwappa Eman (74) menyebutkan, jadwal audiensi dengan Bupati Bandung belum diketahui pasti. Pihaknya sudah mengagendakan pertemuan dengan Bupati beberapa kali. Namun, Kerwappa akan mengusahakan pertemuan segera dengan Bupati Bandung agar dapat menemui solusi yang baik untuk kedua belah pihak.

“Kami dari Kerwappa harapannya ada keberpihakan kepada warga pedagang. Ya mudah-mudahan ada solusi yang terbaik untuk kedua belah pihak,” ungkap Eman kepada BandungBergerak.id, usai armada dan tim gabungan ditarik mundur dari Terminal Banjaran.

Nuzulul Riski Ghifari (24), menyampaikan bahwa para pedagang akan bertahan sampai ada kesepakatan antara para pedagang dan pemerintah. Ia juga menyebutkan kepanikan dan tendensius yang sama-sama naik membuat kondisi sempat memanas. Ia mengaku, para pedagang akan sama-sama menunggu kedatangan Bupati Bandung.

“Kita sama-sama menunggu kedatangan pak Bupati untuk bisa dibicarakan secara rinci dan jelas gitu. Jadi bisa diharapkan adanya win-win solution antara pedagang dan para pengembang,” ungkapnya. 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//