Perempuan Bandung Barat dalam Cengkeraman Krisis Air Bersih
Krisis air bersih di Kabupaten Bandung Barat dipicu kemarau panjang, selain masih sedikitnya rumah-rumah warga yang terlayani PDAM.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah11 Oktober 2023
BandungBergerak.id - Krisis air bersih di Kabupaten Bandung Barat (KBB) akibat kemarau panjang dirasakan warga Kampung Cibuntu RT 05 RW 09 Desa Cilame Kecamatan Ngamprah. Galon, ember, dan jerigen air berbaris setiap hari menunggu diisi. Ibu-ibu sembari menunggu air memenuhi wadah-wadah mereka sabar mengantre sambil mengobrol persoalan sehari-hari.
Mereka terpaksa mengambil air di Masjid Al Khoir. Air ledeng dan PDAM di rumah-rumah mereka tak mengalir seperti biasa.
Diah (60 tahun), warga Kampung Cibuntu, mengaku setiap hari dari pagi buta hingga sore hari harus bulak-balik dari rumah ke Masjid Al Khoir untuk mengambil air. "Ada dua puluhan galon mah, karena kan sumurnya punya saya urug (runtuh)," tutur Diah, kepada BandungBergerak.id, Senin 9 Oktober 2023.
Diah sudah terbiasa mengambil air di masjid tersebut, tak hanya musim kemarau saja saat terjadi krisis air bersih. Sumber air untuk masjid berasal dari mata air Ciliang.
Bedanya pada musim krisis air bersih saat ini, Diah harus antre dengan warga lain yang juga membutuhkan air bersih. Bukan hanya ember atau jerigen, mereka menggunakan galon yang mestinya digunakan sekali pakai untuk diisi ulang air dari masjid.
Selain Diah, Rini (35 tahun) harus juga mengambil air ke masjid. Air di rumahnya yang bersumber dari ledeng PDAM juga tak mengalir. "Nyambung ti saudara sih, ledeng, tapi ayeuna mah saat," tutur Rini.
Air bersih tak hanya sebagai media untuk membersihkan badan. Bagi para ibu rumah tangga, air menjadi kebutuhan lain seperti memasak, mencuci piring, dan mencuci pakaian.
Warga yang tak biasa mengambil air ke masjid pun kali ini juga harus turun tangan, seperti Dedah (51 tahun) yang selama seminggu terakhir harus naik turun dari rumah ke masjid untuk mengambil air.
Kontur Kampung Cibuntu merupakan perbukitan. Posisi rumah Dedeh lebih atas dibandingkan letak masjid. Dedeh pun harus merayap di tanjakan menuju rumahnya sambil menjinjing galon.
"Biasanya mah tara turun kahandap. Tapi saminggon terakhir mah turun, lumayan cape," kata Dedah.
Setiap harinya, perempuan setengah baya tersebut harus mengondol 11 galon yang satu galonnya berisi 15 liter. Air tersebut dipakai untuk kebutuhan pokok, sementara untuk mencuci pakaian sudah dibantu sanak saudaranya.
Warga lainnya, Junengsih (40 tahun), sedikit mujur. Ia tak lagi ikut mengantre air di masjid karena sudah membuat sumur bor di rumahnya. Sebelumnya, ia pernah ikut mengantre air di masjid.
"Tos ngebor, dua sasihan sa teu acan parah kieu," tutur Junengsih.
Untuk kebutuhan minum, Junengsih masih membeli air galon isi ulang. Junengsih menceritakan beberapa tetangganya yang terpaksa harus membeli air galon untuk kebutuhan sehari-hari mulai dari minum sampai mandi.
Tingginya permintaan air bersih di masjid berpengaruh pada berkurangnya debit. Jika debitnya semakin kecil, tidak semua warga kebagian air. Sejumlah wargan terpaksa membeli air galon isi ulang.
Ketua RT 05 Agus Setiawan mengatakan, hampir dua bulan di wilayahnya mengalami kekeringan. Sebanyak 125 Kepala Keluarga (KK) warganya mengandalkan air bersih di Masjid Al-Khoir. Ia berharap, segara ada penanganan dan bantuan.
Agus menyebut sebenarnya sebagian warga sudah berusaha menghemat air. Mereka menyiram tanaman dan jalan menggunakan air bekas.
"Secepatnya (ingin) aya penenganan, eta bade ngirim cai atau pangeboran, sok sama warga," kata Agus.
Ketua DKM Al-Khoir Wawan mengimbau agar masyarakat tertib selama melakukan pengambilan air masid. Antrean mengambilan air jangan sampai menganggu proses ibadah.
Kabupaten Bandung Barat merupakan wilayah pegunungan dengan luas 1.305,77 kilometer persegi. Menurut dokumen Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2022, jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat sebanyak 1.814.226 jiwa.
Dalam lima tahun terakhir jumlah sambungan PDAM di Kabupaten Bandung Barat memang terlihat bertambah. Misalnya pada pada 2018 terdapat 97.329 sambungan, pada 2019 terdapat 102.001 sambungan, 2020 terdapat 105.207 sambungan, 2021 terdapat 108.108 sambungan, dan 2022 terdapat 111.773 sambungan.
Namun jika dibandingkan jumlah penduduk KBB yang mencapai 1.814.226 jiwa, tampak sekali bahwa masih banyak penduduk yang belum terlayani perusahaan pelat merah ini.
Baca Juga: Kekeringan Ancam Jawa Barat
Bencana Kekeringan belum Beres Terkelola, Banjir di Musim Hujan sudah Mengancam Bandung
Sektor Pertanian Jawa Barat Dianaktirikan Pembangunan, semakin Terpuruk karena Kekeringan
Bencana Kekeringan
Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu daerah rawan kekeringan di wilayah Bandung Raya. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah melakukan pengkajian bahaya kekeringan di Kabupaten Bandung Barat berdasarkan parameter utama meteorologi menggunakan data curah hujan bulanan (TRMM periode 1998–2014) dari sumber data NOAA tahun 1998-2015.
Dari parameter bahaya kekeringan tersebut, ditentukan luas terpapar bahaya kekeringan per kecamatan di Kabupaten Bandung Barat pada 2016 seluas 120.957 hektare. Dari data tersebut, total potensi kerugian bencana kekeringan di Kabupaten Bandung Barat adalah 1,203 triliun rupiah, jumlah penduduk yang terdampak 1.608.600 jiwa, dampak paling parah dirasakan penduduk miskin yakni 362.789 jiwa (Dokumen BNPB, diakses 2023).
BandungBegerak.id mencoba menghubungi pihak BPBD Kabupaten Bandung Barat untuk mengetahui jumlah sebaran data terbaru krisis air dan penyaluran mobil tangki air di Bandung Barat, namun tak ada jawaban.
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat telah menginstruksikan kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) agar mengalokasikan anggaran sebesar 60 miliar rupiah dari APBD KBB untuk menangani tiga masalah mendesak, di antaranya kekeringan.
"Saya perintahkan TAPD untuk segera menindaklanjuti percepatan penanggulangan permasalahan mendesak ini mulai minggu ini," jelas Penjabat Bupati Bandung Barat Arsan Latief, dikutip dari siaran pers.
Upaya lain, Pemkab KBB juga sudah menggelar salat istisqo untuk memohon turun hujan di Kampung Jalupang, Desa Citalem, Kecamatan Cipongkor.
*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Muhammad Akmal Firmansyah, atau juga artikel-artikel lain tentang Kekeringan dan Krisis Air Bersih