Darurat Sampah Kota Bandung Membutuhkan Peran Mahasiswa
Sampah amat dekat dengan kehidupan mahasiswa. Semakin banyak mahasiswa yang menerapkan gaya hidup ramah lingkungan maka permasalahan sampah akan bisa dikurangi.
Penulis Ridho Danu Prasetyo1 November 2023
BandungBergerak.id - Sampah adalah polutan yang paling dekat dengan mahasiswa. Sebagai kelompok generasi muda, mahasiswa memiliki tanggung jawab menangani sampah. Minimal sampah yang diproduksi diri sendiri.
Dalam kondisi saat ini ketika Bandung masih darurat sampah, peran mahasiswa dalam mengelola sampah amat mendesak. Diketahui, sejak berbulan-bulan lalu sejumlah Tempat Pemprosesan Sementara (TPS) sampah di Kota Bandung mengalami kelebihan muatan.
Pemicunya tidak lain karena Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Sarimukti tak sanggup menerima beban ribuan ton sampah dari Bandung Raya setiap harinya. Terlebih TPA Sarimukti sebulan lalu mengalami kebakaran hebat yang memperparah proses pengiriman sampah dari Kota Bandung dan sekitarnya.
Kompleksitas permasalahan sampah mendorong diselenggarakannya Gathering and Introducing International Relations atau Gintre. Tahun ini, Gintre mengangkat tema besar yang berfokus pada isu sampah dan lingkungan yaitu Waste Management.
Ketua Pelaksana Gintre Ezra Varani menjelaskan, isu waste management dipilih karena membangun lingkungan alam yang sehat merupakan salah satu poin dalam SDGs nomor 12. Selain itu, Ezra menganggap bahwa sampah adalah polutan yang paling dekat dengan mahasiswa.
“Salah satu polutan saat ini yang major itu sampah. Kita juga setuju bahwa sampah adalah polutan yang paling dekat dengan mahasiswa. Ketika nongkrong, di kantin, dll. Tempat sampah klasifikasi itu udah ada, tapi nggak diindahkan oleh mahasiswa,” tutur Ezra.
Ezra menambahkan, orang-orang muda seperti mahasiswa memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan. Mereka seharusnya bisa memberikan pengaruh positif bagi masyarakat perihal kesadaran atas isu lingkungan.
Gintre merupakan kegiatan orientasi jurusan Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Bandung, untuk memperkenalkan jurusan kepada mahasiswa baru. Lebih dari itu, kegiatan ini juga menjadi ajang pengenalan tentang isu-isu sosial yang terjadi di tengah masyarakat.
Kegiatan Gintre Unpar diisi dengan Talkshow Waste Management GINTRE 2023 bersama Bank Sampah Bersinar di Hall Multifungsi Gedung PPAG Unpar, Sabtu, 28 Oktober 2023. Dalam diskusi ini terungkap bahwa Bandung kerap mengalami darurat sampah.
Penyebab timbulnya darurat sampah sejak dahulu tak pernah berubah, tersendatnya TPA Sarimukti yang tak sanggup menampung sampah dari Kota Bandung. Kebijakan pemerintah yang tak tegas dalam urusan pengelolaan sampah disinyalir menjadi penyebab utama.
Fei Febri, CEO Bank Sampah Bersinar mengungkapkan salah satu cara menanggulangi kondisi darurat sampah dapat dilakukan dengan cara mengelola atau memilah sampah dari sumber utama, yaitu masyarakat.
“Walaupun ada pembukaan TPA sementara, selama ini kapasitasnya cuma setengah atau seperempatnya aja. Makanya, rekomendasi ahli itu adalah masyarakat harus bisa memilah sampah sejak awal,” jelas Fei, dalam talkshow.
Pemilahan sampah yang dimaksud adalah bagaimana masyarakat seharusnya memiliki kemampuan dan kesadaran untuk melakukan pengelolaan atau manajemen sampah, terutama sampah rumah tangga. Proses pemilahan ini menjadi sangat krusial karena ketika sampah sudah bercampur di TPA, maka pengelolaan akan semakin sulit dilakukan dan langkah yang diambil akhirnya adalah membakar sampah.
Baca Juga: Pengelolaan Sampah seperti di TPA Sarimukti Rentan Terbakar karena Ledakan Gas Metana
Hari Jadi Kota Bandung dalam Bayang-bayang Darurat Sampah
Merefleksikan Persoalan Sungai dan Sampah melalui Film Dokumenter
Harapan pada Pemerintah
Dalam Permendagri dan UU No 18 Tahun 2008 dijelaskan bahwa pengelolaan sampah adalah wewenang dan kewajiban dari pemerintah daerah. Namun, selama ini langkah yang dilakukan pemerintah hanya memindahkan atau membuka tempat pembuangan baru, tanpa menyelesaikan masalah dari sumber utamanya.
Fei menjelaskan selama ini keberadaan bank sampah menjadi vital karena berperan menjadi alternatif pengelolaan sampah dan kegiatan daur ulang sampah anorganik. Sementara, untuk sisa atau sampah residu sendiri Bank Sampah Bersinar mampu menampung hingga 5-10 ton residu tiap harinya.
“Nah, bisa dibayangkan, kalau kami (bank sampah swasta) dengan lahan, modal, dan sumber daya terbatas saja bisa menyelesaikan itu, harapannya pemerintah juga bisa ikut mendorong lewat program-program yang lebih solid,” lanjut Fei.
Pemerintah pada akhirnya memang harus secara tanggap mengambil langkah yang tegas untuk menghadapi kondisi darurat sampah di Kota Bandung. Tetapi perlu diperhatikan juga bahwa langkah yang diambil haruslah strategis dan tepat sasaran, agar masalah benar-benar dapat diselesaikan dan kasus serupa tak terulang lagi di masa yang akan datang.