• Kampus
  • Empat Ikatan Alumni Perguruan Tinggi di Bandung Meluncurkan Program Bandung Raya Zero Waste

Empat Ikatan Alumni Perguruan Tinggi di Bandung Meluncurkan Program Bandung Raya Zero Waste

Program nol sampah ini akan digulirkan untuk mengatasi masalah terhambatnya pengangkutan sampah ke TPA Sarimukti yang kelebihan kapasitas.

Aktivis lingkungan, pelajar, dan mahasiswa menggelar aksi krisis iklim dan sampah plastik di kawasan CFD Dago, Bandung, Minggu, 17 September 2023. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana6 November 2023


BandungBergerak.idEmpat ikatan alumni perguruan tinggi di Kota Bandung berkolaborasi meluncurkan program Bandung Raya Zero Waste untuk menekan pembuangan sampah ke air, tanah, dan udara. Program nol sampah ini bertujuan mengatasi masalah terhambatnya pengangkutan sampah ke Tempat Pemrosesan Akhri (TPA) Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat karena kelebihan kapasitas.  

Adapun keempat Ikatan Alumni tersebut yaitu IA Institut Teknologi Bandung (ITB); IKA Universitas Padjajaran (Unpad); IA Institut Teknologi Nasional (Itenas); dan IKA Universitas Katolik Parahyangan (Unpar).

Ketua IKA Unpad Irawati Hermawan mengatakan siap mendukung program Bandung Raya Zero Waste melalui sosialisasi, pendampingan, dan pelatihan ToT (Training of Trainer) pengolahan sampah. Dimulai dari tingkat RW dan Perguruan Tinggi. Diharapkan melalui pelatiha tersebut semakin banyak masyarakat mampu mengolah sampah.

“Program ini akan menargetkan lebih dari 800 RW di Bandung Raya,” ujar Irawati, dikutip dari laman Unpar, Senin, 6 November 2023.

Ketua IA ITB Gembong Primadjaja pun menuturkan, ITB akan mendukung program ini melalui pengadaan mesin pengolah sampah non-organik yang dikumpulkan secara komunal/wilayah. Mesin ini merupakan buatan salah satu alumni IA ITB. Sampah non-organik hasil pengolahan mesin akan menghasilkan bahan bakar minyak, briket atau biji plastik.

Ketua IA Itenas Panca Saktiadi mengatakan, sampah organik perumahan dapat diselesaikan di rumah. Caranya dengan menyiapkan proses pengomposan yang sangat sederhana.

Lebih lanjut, masih mengutip dari laman tersebut, sampah-sampah organik atau dapur dimasukkan ke dalam paralon dan dicampurkan dengan air kelapa atau siaa cucian beras lalu ditambahkan gula merah.

“Campuran tadi akan menghancurkan sampah sisa dapur tanpa mengeluarkan bau busuk, malah menghasilkan kompos,” katanya.

Ketua Umum IKA Unpar Ivan Sadik mengungkapkan bahwa Unpar akan memberikan pelatihan kewirausahaan dalam program Bandung Raya Zero Waste. Kompos yang dihasilkan dari pengolahan sampah pun bisa dijual.

Ke depannya, program Bandung Raya Zero Waste akan dikembangkan ke seluruh Jawa Barat dengan mengajak Ikatan Alumni kampus lain di Jawa Barat, seperti ILUNI Universitas Indonesia; Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor; dan IKA Universitas Pendidikan Indonesia. Dengan demikian, program Bandung Raya Zero Waste ke depannya dapat berkembang menjadi Jabar Zero Waste.

Baca Juga: Membahas Manusia, Alam, dan Sampah di Pinggir Aliran Sungai Cikapundung
Darurat Sampah, Pemkot Bandung Seharusnya Menjalankan TPS Terpilah
Sosialisasi tentang Status Darurat Sampah kepada Warga Bandung belum Maksimal

Gerakan 3R

Rektor Unpar Tri Basuki Joewono mengatakan, sebagai lembaga pendidikan tinggi yang sadar pada keberlanjutan lingkungan, Unpar ingin meminimalkan residu. Selain beberapa upaya yang telah dilakukan, Unpar yang berkolaborasi dengan Halo Bandung yang dikelola oleh Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Kota Bandung, membuat sebuah kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik.

“Usaha pengurangan sampah tidak bisa dilakukan oleh satu atau dua orang saja, tapi harus melibatkan banyak orang” ujar Tri Basuki Joewono

Unpar menghasilkan sekitar 7 – 9 meter kubik sampah anorganik setiap harinya yang terdiri dari kertas, kardus, dan plastik. Jumlah sampah anorganik yang paling banyak ditemukan adalah sampah plastik, terutama botol plastik untuk kemasan minuman.

Dalam mengurangi permasalahan ini, Unpar menjalankan gerakan 3R (reuse, reduce, dan recycle) dengan komando Divisi Lingkungan Unpar. Pengelolaan sampah di Unpar ini meliputi: pengomposan, biopori, biogas, eco enzim, MOL (kompos cair). Unpar juga memiliki dua unit biogas yang siap digunakan untuk mengelola sampah.

Beberapa tempat sampah di Unpar merupakan salah satu produk dari usaha 3R Unpar karena tempat sampah di beberapa titik di UNPAR tersebut terbuat dari botol bekas. UNPAR juga memiliki tempat penampungan sampah sementara di mana sampah-sampah yang telah dikumpulkan akan dipilah kembali.

Beberapa titik di Unpar juga menyediakan keran dengan air bersih siap konsumsi untuk mengurangi pembelian minuman kemasan. Oleh karena itu, para mahasiswa Unpar diimbau untuk membawa botol minum isi ulang.

Pengelolaan sampah cenderung meningkat. Per bulan September 2023, sampah organik dan anorganik yang berhasil dikelola adalah sebesar 640 kilogram di mana hal ini merupakan sebuah peningkatan dari bulan April 2023 dengan jumlah sampah yang dikelola sebesar 496 kilogram.

* Kawan-kawan yang bai bisa membaca tulisan-tulisan lain tentang Bandung Darurat Sampah

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//