• Berita
  • Banjir Menyergap Bandung, Bencana Tanah Longsor juga Mengintai

Banjir Menyergap Bandung, Bencana Tanah Longsor juga Mengintai

Banjir datang lebih cepat. Bandung Selatan terendam luapan Sungai Citarum. Lalu lintas di kawasan Pasar Induk Gedebage sempat lumpuh.

Anak-anak bermain di tengah banjir yang menggenangi kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jumat, 1 Desember 2023. Sekolah diliburkan. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Tim Redaksi2 Desember 2023


BandungBergerak.id – Bencana banjir menyergap sejumlah titik di Bandung Raya. Pemerintah Kabupaten Bandung menetapkan status siaga bencana banjir, angin kencang, dan tanah longsor, mulai 27 November 2023 sampai 30 April 2024. Di Kota Bandung, lalu lintas di sekitar Pasar Induk Gedebage sempat lumpuh karena drainase yang tak mampu menahan arus hujan.

Selain itu, bencana tanah longsor terjadi di Bogor. Dua orang dilaporkan tewas. Badan Meteorologi Kimatologi Geofisika (BMKG) memperingatakan musim hujan baru awal yang diawali hujan ekstrem.

Badung Selatan yang sudah menjadi langganan banjir setiap musim hujan karena dataran paling rendah di Cekungan Bandung, awal musim hujan kali ini bencana bencana banjir datang lebih cepat.

Bencana banjir mulai melanda kawasan Bandung Selatan, Jumat, 1 Desember 2023, setelah hujan lebat mengguyur wilayah Bandung Raya semalaman kemarin. Seperti di Kampung Bojongsih, Desa Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jumat pagi 1 Desember 2023, air banjir berwarna coklat menggenangi jalanan kampung dengan ketinggian sampai betis orang dewasa. Sejumlah anak-anak bermain air yang menggenang karena sekolah mereka di Kampung Bojongasih libur akibat banjir.

Meski demikian, para ibu di wilayah Bandung Selatan tersebut tetap beraktivitas seperti biasa, belanja bahan makanan atau mengantar anaknya pergi sekolah bagi mereka yang bersekolah di luar kampung. Sementara anak-anak yang bersekolah di SDN Bojongasih libur untuk sementara.

Beberapa perahu juga terlihat mulai disiagakan di teras-teras rumah untuk berjaga manakala banjir akan membesar. Perahu jadi satu-satunya alat transportasi jika banjir naik sampai ketinggian pinggang orang dewasa.

"Tiap hujan di Bandung dan Majalaya pasti banjir. Di sini kemarin hujannya tidak terlalu lebat, tapi di Majalaya, Pacet, dan Kota Bandung hujannya lebat sampai malam ya. Air banjir luapan Sungai Citarum mulai masuk kampung sekitar jam 4 subuh, tapi tidak terlalu cepat datangnya jadi kami bisa antisipasi dulu, asal malam nanti jangan hujan lagi banjir bisa surut, kalau sampai hujan lagi ya makin luas banjirnya," cerita Ratna (54 tahun).

Eka (63 tahun), tengah bermain bersama cucunya di teras yang dibuat lebih tinggi dari pagar rumahnya. Ia menyapa para tetangga yang tetap beraktivitas seperti biasa, berjalan melewati banjir di jalan kampung depan rumah.

"Kemarin-kemarin sampai kering sumur di rumah nggak ada airnya selama kemarau panjang. Sekarang air malah melimpah tak tertampung," katanya sambil tertawa.

Banjir juga menghambat proses belajar di sekolah. Akses yang  tergenang air membuat SDN Bojongasih diliburkan untuk sementara waktu.

"Hari ini libur, sekolahnya kan banjir, jadi kita main saja sama teman-teman karena nggak sekolah," kata Inara, murid kelas 1 SDN Bojongasih yang berusia 8 tahun.

Hujan lebat yang mulai turun di Bandung Raya membuat Sungai Citarum meluap akibat banjir kiriman dari semua wilayah. Jika hujan terus turun, banjir tahunan di Bandung selatan bisa semakin buruk kondisinya.

Kondisi itu diperburuk dengan masifnya alih fungsi lahan di wilayah Bandung Raya. Daerah tangkapan air tergantikan beton dan tembok. Ketika hujan turun, air di Cekungan Bandung mudah sekali berlari ke kawawsan terendah yaitu Dayeuhkolot dan sekitarnya.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Uka Suska Puji Utama telah menyebarluaskan informasi cuaca terkini pada masyarakat luas, salah satunya melalui instagram BPBD Kabupaten Bandung. Dari data di website bpbd.bandungkab.go.id, bencana longsor dan angin kencang mulai meningkat pada Oktober sampai November 2023.

Dari Januari sampai November 2023 telah terjadi 850 kejadian bencana alam di Kabupaten Bandung. Setelah beberapa bulan mengalami kekeringan akibat kemarau panjang, saat ini banjir mulai menghantui wilayah Bandung Raya. BMKG melansir data Kabupaten Bandung mulai masuk musim hujan pada November 2023 sampai Februari 2024.

Banjir di sekitar Pasar Induk Gedebage, Bandung, Jumat, 1 Desember 2023. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak.id)
Banjir di sekitar Pasar Induk Gedebage, Bandung, Jumat, 1 Desember 2023. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak.id)

Lalu Lintas sekitar Pasar Induk Gedebage Nyaris Lumpuh

Kota Bandung yang akhir-akhir ini getol membangun kolam retensi, tak terkecuali dilanda banjir. Titik banjir terjadi di kawasan Pasar Induk Gedebage. Pantauan BandungBergerak.id, Jumat, 1 Desember 2023  sore, banjir akibat intensitas hujan tinggi menyebabkan kemacetan menggular di Jalan Soekarno Hatta. Genangan air setinggi lutut orang dewasa teradi di sekitar kawasan Pasar Induk Gedebage. Selain melumpuhkan lalu lintas, aktivitas warga sempat terhenti.

Seorang warga yang akan berbelanja ke Pasar Gedebage, Wisma (28 tahun) terpaksa memutar balik diakibatkan tidak bisa melewati genangan banjir yang cukup tinggi.

“Saya baru tahu kalau Gedebage suka banjir kalau hujan besar. Biasanya kalau hujan gak besar gak terlalu banjir,” ungkap Wisma.

Selain Wisma, Toto (55 tahun) supir angkot jurusan Majalengka Rancaekek mengaku perjalanannya terhambat karena banjir. “Normalnya empat rit, biasa ambil muatan dan mejeng juga di sini. Sekarang baru dua rit,” ujar Toto.

Tampak beberapa penggendara mendorong motornya yang mogok karena tak kuasa menembus air berwarna cokelat kehitaman, beberapa truk muatan barang ke pasar tersendat, terlihat juga polisi yang mengatur arus lalu lintas. Selain itu, Petugas Piket Banjir dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bandung menyisir titik-titik drainase yang tersumbat sampah.

Irman, salah satu petugas piket banjir Dinas DPU Kota Bandung, menyebutkan saluran air tersendat ini disebabkan sampah yang dibuang begitu saja. Ia menyebut saluran ke arah kolam retensi Gedebage berjalan lancar.

Namun keberadaan kolam retensi Gedebage dinilai tidak cukup untuk mengantisipasi musim banjir. Peneliti dari Universitas Islam Bandung Aulia Nur Azizah dan Hilwati Hindersah dalam artikel yang dimuat Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning berjudul Evaluasi Keberadaaan Kolam Retensi Gedebage Sebagai Pengendalian Banjir di Pasar Induk Gedebage menuturkan keberadaan kolam retensi Gedebage ini perlu didukung dengan peningkatan kondisi lingkungan untuk pengendalian banjir.

“Keberadaan Kolam Retensi Gedebage banjir masih terjadi dan memang belum sepenuhnya mampu untuk menghilangkan genangan banjir yang ada di Pasar Induk Gedebage. Karena masih adanya luapan genangan yang berasal dari Sungai Cipamulihan. Tetapi setidaknya dengan keberadaan Kolam Retensi Gedebage ini dinilai bisa mengurangi titik lokasi genangan banjir dan mampu serta efektif dalam menampung sesuai kapasitas tampungan Kolam RetensiGedebage sebesar 5.425 m2 serta mengalirkan genangan banjir yang ada di sekitar Pasar Induk Gedebage,” ungkap Aulia Nur Azizah dan Hilwati Hindersah.

Untuk menjaga fungsi Kolam Retensi Gedebage menurut kedua peneliti dapat didukung dengan adanya peningkatan kondisi lingkungan terkait keberadaan Kolam Retensi Gedebage melalui sarana dan prasarana pendukung lainnya sebagai upaya pengendalian banjir.

Baca Juga: Warga Usul Miliaran Rupiah Dana Bencana Kota Bandung segera Dipakai
Bencana Banjir dan Longsor Melanda Cekungan Bandung, Langkah BP Cekban Baru Sebatas Pelantikan
Klaim Keliru Pemerintah Soal Penggunaan Biomassa, Bencana Lingkungan di Depan Mata

Banjir menggenangi kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jumat, 1 Desember 2023. Hujan lebat di Bandung Raya membuat Sungai Citarum meluap. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Banjir menggenangi kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jumat, 1 Desember 2023. Hujan lebat di Bandung Raya membuat Sungai Citarum meluap. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Menghadapi Hujan Ekstrem dan Bencana Longsor

BMKG Stasiun Geofisika Bandung memprediksi puncak musim hujan di wilayah Bandung Raya akan terjadi pada Februari hingga Maret 2024. Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu menghimbau untuk waspada terjadi potensi dampak cuaca ekstem yang biasa terjadi di musim awal hujan.
 
“Khusus untuk daerah bertopografi curam atau rawan longsor supaya tetap waspada khususnya pada kejadian hujan intensitasa ringan hingga sedang yang terjadi selama beberapa hari berturut-turut,” jelas Teguh Rahayu, melalui siaran pers yang diterima BandungBergerak.id, Sabtu, 2 Desember 2023.

Bencan tanah longsor sendiri telah terjadi di Bogor. Sebuah tebing yang ambruk mengakibatkan dua orang ditemukan meninggal dunia di Kampung Sempur Bates, Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar berdasarkan laporan dari BPBD Kabupaten Bogor menyebutkan, dua warga yang meninggal atas nama Rahmat (38 tahun) dan Eva Nurhasanah (35 tahun).

Bencana longsor ini terjadi pada Minggu, 26 November 2023, pukul 16.30 WIB. Diperkirakan longsor akibat intensitas hujan yang cukup tinggi. Material longsoran menimpa sebuah rumah warga tepat di bagian kamar tidur.

Setelah kejadian, BPBD Jabar terus berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Bogor untuk mengambil langkah-langkah lanjutan dan BPBD Kabupeten Bogor juga melakukan asesmen serta bekerja sama dengan aparat kewilayahan setempat.

Secara nasional, banjir dan longsor menjadi jenis bencana alam yang mendominasi di Indonesia. Data Bakornas Penanggulangan Bencana mengungkapkan, sejak tahun 1998 hingga pertengahan tahun 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia, 85 persen di antaranya merupakan banjir dan longsor (Marwanta 2003), berdasarkan analisis Mubekti dan Fauziah Alhasanah, peneliti di Pusat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, dalam jurnal ilmiah yang diakses Sabtu, 2 Desember 2023.

Dalam jurnal bertajuk “Mitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor Menggunakan Teknik Pemodelan Sistem Informasi Geografis” tersebut dijelaskan, longsor merupakan bencana alam yang sangat mengancam dan penting untuk diperhatikan setelah banjir, karena frekuensi kejadian dan jumlah korban jiwa yang ditimbulkan cukup signifikan.

Kedua peneliti juga menyatakan bahwa Jawa Barat termasuk salah satu daerah yang sangat potensial terjadinya bencana tanah longsor. Menurut Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan, kawasan rawan longsor di Provinsi Jawa Barat menyebar di sepuluh kabupaten/kota, antara lain Bandung, Cianjur, Bogor, Sukabumi, Majalengka, Sumedang, Ciamis, Tasikmalaya, Kuningan, dan Purwakarta (Anonim 2002).

Hal itu disebabkan topografi sebagian besar wilayahnya yang berbukit dan bergunung. Di samping itu, juga di sebabkan tingginya tingkat kepadatan penduduk di wilayah perbukitan sehingga menimbulkan tekanan terhadap ekosistem.

“Faktor lainnya yang menyebabkan cukup tingginya kerentanan bahaya tanah longsor di wilayah Jawa Barat adalah kesadaran lingkungan yang relatif rendah, serta pemanfaatan lahan dan ruang yang kurang baik,” tulis Mubekti dan Fauziah Alhasanah.

*Tulisan ini hasil liputan reporter dan fotografer BandungBergerak.id Muhammad Akmal Firmansyah dan Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//