Penataan Sungai Cidurian Sebaiknya Fokus pada Konservasi Lingkungan, Bukan Wisata
Penataan Sungai Cidurian menelan dana miliaran rupiah. Bagaimana dengan nasib sungai-sungai lain di Kota Bandung?
Penulis Bani Hakiki30 Desember 2021
BandungBergerak.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung meresmikan ruang publik di Sungai Cidurian di sekitar RW 18 Kelurahan Antapani Kidul, Kecamatan Antapani, Senin (27/12/2021) lalu. Pembangunan ruang publik yang memiliki fungsi wisata dalam kota ini termasuk ke dalam agenda revitaliasi sungai yang bakal dilanjut ke beberapa titik, di antaranya kawasan Cibodas hingga Arcamanik.
Diketahui bahwa penataan Sungai Cidurian memakan anggaran miliaran rupiah. Sementara Bandung sedikitnya dilintasi sedikitnya 40 sungai yang kondisinya mirip-mirip dengan Sungai Cidurian.
Di sisi lain, ada beberapa permasalahan lain yang perlu jadi perhatian Pemkot di sekitar wilayah sungai. Diketahui, kriteria penataan kawasan bantaran sungai sendiri telah tercatat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Raykat (PUPR) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pengalihan Alur Sungai.
Ketua Salam Institute Bandung, Dwi Rena memperingatkan bahwa pembangunan ruang publik bukanlah urgensi utama di sekitar kawasan bantaran sungai. “Saya melihat ada pendirian bangunan baru di sana, pembangunannya harus diperhatikan jangan menyalahi aturan. Jangan sampai hanya mengedepankan citra, yang harus diperhatikan itu limbahnya,” tuturnya saat dihubungi, Rabu (29/12/2021).
Kini, di bantaran Sungai Cidurian sepanjang 1,3 kilometer yang semula berupa sejumlah bangunan garapan warga telah berubah jadi sederet bangunan miniatur rumah. Deretan bangunan itu didirikan sebagai ruang publik yang dapat dimanfaatkan para pengunjung untuk berfoto.
“Konsepnya waterfront, yaitu sungai menjadi mukanya rumah bukan belakangnya rumah. Karena kalau sungai berada di belakang rumah itu pasti akan membuang sampah ke sungai,” kata Plt. Wali kota Bandung Yana Mulyana dalam siaran pers, Selasa (28/12/2021).
Kepala Dinas Pekerjaan Umun Kota Bandung, Didi Ruswandi menuturkan, penataan di Sungai Cidurian baru selesai dilakukan sampai tahap pertama yaitu sepanjang 70 meter.
"Ini tahap pertama dan akan dilanjutkan sampai ujung, kurang lebih ada 1,3 km. Belum lagi Sungai Cibodas, itu kemarin dapat perhatian dari gubernur tapi belum kita pastikan," ungkapnya.
Menurutnya, penataan Sungai Cidurian memerlukan waktu setengah tahun. Dalam waktu tersebut, diharapkan ruang publik di Bandung bisa bertambah. "Untuk penertiban sekitar 4 bulan, pembangunan kurang lebih 2 bulan. Kita harapkan yang ke sini bisa foto-foto juga, digital tourism lah," imbuhnya.
Debit Sungai Sering Meluap
Perencanaan terhadap penataan sungai perlu dilakukan sematang mungkin, dengan tujuan utama mengurangi bencana hidrometeorologi seperti banjir maupun longsor. Fokus dari perencanaan ini adalah penyelamatan lingkungan. Adapun soal wisata, bisa dibilang bukanlah fungsi utama.
Permasalahan yang masih sering dihadapi warga sekitar bantaran Sungai Cidurian di Antapani yakni meluapnya air ketika hujan deras. Bahkan, tingginya debit air membuat selokan atau sistem drainase permukiman warga kewalahan.
Selama Kota Bandung memasuki musim hujan sejak September hingga Desember 2021, warga mencatat ada sekitar lebih dari sepuluh kali banjir menyergap pemukiman warga dan jalan-jalan utama. Warga menyayangkan belum ada perhatian khusus terkait banjir di Sungai Cidurian di Antapani. Oleh karena itu, warga harus selalu bersiaga setiap hujan mengguyur kawasan tersebut.
Solehadi (40), seorang warga Antapani mengatakan, permasalahan banjir hampir tidak pernah tuntas selama bertahun-tahun. Padahal wilayah Antapani termasuk kawasan yang sering dilintasi banyak pengguna kendaraan bermotor dan beberapa terjadi kemacetan yang sulit diurai setiap banjir muncul.
“Setiap (sungai) meluap nanti di selokan-selokan juga ikut penuh terus ke jalan raya. Malahan mah airnya keluar dari tutup gorong-gorong (jalur drainase) yang di jalanan, kalau kita mah biasanya sudah antisipasi tapi kalau yang di jalan mah kita gak bisa ngakalin,” ujarnya kepada Bandungbergerak.id, Rabu (29/12/2021).
Banjir yang sering kali muncul di wilayah Antapani juga telah mengakibatkan sejumlah jalan raya dan jalanan di antara permukiman warga rusak. Keadaan ini terlihat dari sederet aspal berlubang dan bergelombang yang membahayakan mobilitas kendaraan.
Menganggapi kondisi itu, Dwi Rena mengusulkan Pemkot Bandung segera membangun kolam retensi untuk mengatasi permasalahan banjir berskala besar di sekitar kawasan tersebut. Di samping itu, permasalahan banjir pun bisa diatasi dengan sistem resapan air bisa dibuat secara mandiri oleh setiap warga.
“Sebetulnya urgensinya ditata dengan benar. Jika masih meluap, bagaimana kita harusnya mempersiapkan sumur resapan, septic tank, sehingga air itu gak ada run off yang langsung ngalir (ke permukiman). Apalagi debit sungai sekarang sedang tinggi,” paparnya.
Dwi juga mengusulkan baik kepada warga maupun pemerintah kewilayahan di Antapani agar bisa membangun sumur resapan di setiap RW. Selain itu, setiap kepala keluarga diimbau agar bisa membuat sistem resapan air paling sederhana seperti Biopori di rumahnya masing-masing.
Baca Juga: Musim Hujan Ini sudah Dua Kali Sungai Citarum Menimbulkan Banjir Besar Bandung Selatan
Masyarakat Wajib Simpan Air, PR Pemkot Bandung Benahi 40 Sungai
Sungai Cikapayang: Dari Bau tak Sedap, Temuan Bakteri E. Coli, hingga Lelang Rp 8 Miliar
Proyek Miliaran Penataan Sungai Cidurian
Pembangunan ruang publik di sekitar kawasan Sungai Cidurian bukan proyek penataan pertama yang dilaksanakan Pemkot Bandung. Merujuk situs Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Bandung, penataan bantaran Sungai Cidurian telah dilakukan sejak akhir tahun 2014 lalu.
Proyek pertamanya dilelang pada Agustus 2014 dengan nilai harga perkiraan sendiri (HPS) mencapai 2,36 miliar rupiah berupa normalisasi Sungai Cidurian meliputi wilayah Kecamatan Cibeunying Kaler. Ada 51 peserta yang mengikuti tender tersebut dan CV. Lima Daya yang beralamat di Komplek Sindangsari keluar sebagai pemenangnya. Nilai penawaran akhir untuk proyek ini diketahui sebesar 1,86 miliar rupiah.
Berlanjut pada Oktober 2014, tender proyek penataan serupa juga dibuka dengan nilai HPS sekitar 1,43 miliar rupiah untuk penataan bantaran sungai di kawasan Kecamatan Kiaracondong. CV. Natisa yang berlokasi di Jalan Naturan Nomor 31, Bandung tercatat sebagai pemenang di antara 18 peserta tender lainnya. Nilai harga penawaran untuk tender tersebut sebesar 1,23 miliar rupiah.
Pada bulan yang sama, Pemkot Bandung pun menggelar tender serupa untuk penggarapan lainnya di sekitar Kecamatan Cibeunying Kidul. Nilai HPS untuk proyek ini mencapai 2,69 miliar rupiah dan diikuti oleh 11 peserta tender. Pemenangnya CV. Putra Dinamis yang bermarkas di Jalan Merkuri Raya Nomor 66, Bandung dengan nilai HPS sekitar 2,4 miliar rupiah.
Pemkot Bandung pun kembali melaksanakan proyek normalisasi sungai yang sama pada Agustus 2017 dengan nilai HPS hingga 3,4 miliar rupiah. Pesertanya berjumlah 87 perusahaan dan dimenangkan PT. Aksasindo Karya yang bermarkas di Jalan Pendidikan Nomor 99, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Nilai harga penawarannya ditafsir sekitar 2,8 miliar rupiah.