NGULIK BANDUNG: Engelbert van Bevervoorde
Perjalanan patung perungu Engelbert dari Jalan Wastukencana Bandung menuju Kota Arnhem Belanda. Buah kesepakatan Konferensi Meja Bundar.
Ahmad Fikri
Pendiri Komunitas Djiwadjaman, bisa dihubungi via FB page: Djiwadjaman
24 Maret 2022
BandungBergerak.id - Konferensi Meja Bundar (KMB) diselenggarakan 23 Agustus hingga 2 November 1949 di Den Haag, ibu kota Belanda. Konferensi tersebut menjadi satu dari sekian titik penting hubungan Belanda dan Indonesia. Salah satu kesepakatan yang dalam konferensi tersebut adalah pengakuan Belanda atas kedaulatan penuh Indonesia.
Sejumlah kesepakatan diambil dalam Konferensi Meja Bundar. Mulai dari urusan sosial, ekonomi, hingga militer. Majalah penerbangan Belanda, Vliegwereld; populair geillustreerd weekblad voor de luchtvaart, jrg 16, 1950, no 30, tanggal 27 Juli 1950 menuturkan, salah satu keputusan KMB di bidang militer adalah reorganisasi penerbangan militer Belanda di Indonesia.
Majalah itu menyebutkan, aset militer Belanda di Indonesia misalnya wajib diserahkan pada Indonesia. Pangkalan udara, hingga pesawat terbang milik Belanda di Indonesia misalnya secara bertahap diserahkan pada Indonesia. Dimulai dari Bandara Tabing di Padang tanggal 1 Maret 1950 yang diserahkan Belanda, dan terakhir Tjililitan (Cililitan).
Markas Militaire Luchtvaart di Jakarta diserahkan pada Angkatan Udara Indonesia pada 27 Juni 1950. Prosesi ditandai dengan penurunan bendera Belanda di markas tersebut, dan menggantinya dengan Merah Putih. Mayor Jenderal Van Eem mewakili Belanda, sementara Komodor Udara Suryadarma mewakili Indonesia.
Tak melulu soal aset militer, kesepakatan juga menyangkut monumen dan makam prajurit Belanda di Indonesia. Monumen Gevalen Kameraden yang berada di Bandara Andir, Bandung, disepakati dipindahkan ke pemakaman prajurit Belanda di Cililitan. Begitu juga dengan makam-makam prajurit penerbang Belanda yang tersebar di Indonesia disepakati dipindahkan ke Cililitan. Belakangan semuanya dipindahkan ke Evereld Menteng Pulo seiring dengan keputusan sentralisasi pemakaman Belanda di Indonesia.
Di antara monumen dan patung peringatan milik Belanda di Indonesia ada yang diterbangkan ke Belanda. Salah satunya adalah monumen Kapten Engelbert van Bevervoorde yang berdiri di sudut kelokan Jalan Engelbert van Bevervoorde, yang kini nama jalan tersebut berganti dengan nama Jalan Wasatukencana di Kota Bandung.
Koran De vrije pers: ochtendbulletin tanggal 29 Mei 1950 memberitakan, Mayor Jenderal Van Eem memerintahkan pencopotan patung dada sosok Kapten Engelbert van Bevervoorde yang terbuat dari perungu dari tumpuannya yang terpasang di atas fondasi bangunan monumen yang terbuat dari tumpukan batu granit di Bandung. Patung perungu Kapten Kapten Engelbert van Bevervoorde akan dipindahkan ke Belanda.
Baca Juga: NGULIK BANDUNG: Potret Pandemi Flu Spanyol di Bandung 1918-1919 (1)
NGULIK BANDUNG: Potret Pandemi Flu Spanyol di Bandung 1918-1919 (2)
NGULIK BANDUNG: Obat Gosok Kuda dan Pandemi Flu Spanyol di Hindia Belanda 1918-1919
Penerbang Pionir di Hindia Belanda
Jan Engelbert van Bevervoorde adalah salah satu penerbang perintis militer Belanda yang bertugas di Hindia Belanda. Koran Bataviaasch nieuwsblad tanggal 12 September 1918 yang memberitakan pemakamannya menukilkan sepenggal kisah kariernya.
Engelbert lahir tanggal 26 Juni 1881 di Balangnipa, Sulawesi. Memulai berdinas di militer Belanda tanggal 16 September 1898 di Sekolah Kadet di Alkmaar. Menjabat Lenan Dua Infanteri pada 23 Juli 1903, dan dikirim ke Hindia Belanda pada 19 Desember 1903. Karier militernya moncer saat bertugas di Sulawesi, tempat kelahirannya pada tahun 1917-1918.
Koran De Telegraf tanggal 2 Agustus 1924 menyebutkan, di Sulawesi tersebut Engelbert terlibat dalam aksi militer besar-besaran yang diprakarsai Gubernur Jenderal Van Heutz di pulau itu. Keikutsertaannya dalam aksi militer Belanda di Toraja membuatnya mendapat lencana kehormatan Ordo Militer William Kelas 4 dan Pedang Kehormatan dari Kerajaan Belanda.
Engelbert mulai bersentuhan dengan pesawat terbang saat mengambil cuti di Eropa pada tahun 1913. Dia mulai berlatih sebagai penerbang di Eropa. Dia baru mengantungi lisensi pilot pada tahun 1916. Belum setahun memegang lisensi pilot, dia mendapat tugas menerbangkan pesawat pesawat amfibi pesanan Belanda dari Amerika ke Hindia Belanda. Selanjutnya dia ditugasi menjadi pilot penguji, hingga pelatih pilot muda.
Nama Engelbert berada di balik berdirinya bandara-bandara perintis Belanda di Hindia Belanda. Mulai dari Bandara Kali Jati di Subang, bandara sementara Rancaekek, hingga Bandara Sukamiskin di Bandung (Ngulik Bandung: Bandara Soekamiskin, BandungBergerak.id).
Kariernya sebagai penerbang militer berkelindan dengan upaya Belanda membangun kekuatan udara negara itu di Hindia Belanda. Tahun 1917, Engelbert yang bertugas di Dinas Penerbangan Hindia Belanda diserahi tugas melakukan pengujian pesawat yang didatangkan ke Hindia Belanda.
Koran De Preanger-bode tanggal 5 Desember 1917 memberitakan kisah Engelbert melakukan pengujian pesawat Gleen Martin TT baru saja didatangkan ke Hindia Belanda. Engelbert sukses membawa pesawat bertubuh bongsor dengan bobot hampir 300 kilogram terbang mulus melintas pegunungan di dataran tinggi seputaran Bandung. Pesawat yang dikendarainya itu memutari Bandung, Cimahi, Padalarang, Drangdan, Segalaherang, serta Lembang.
Aksi Engelbert yang lalu-lalang menerbangkan berbagai jenis pesawat di atas langit Batavia, Subang, hingga Bandung membuat namanya dikenal luas. Tak semua penerbangan yang dijalaninya mulus. Berkali-kali dia terpaksa mendarat darurat karena mesin pesawat yang ngadat di udara.
Pendaratan darurat yang menghebohkan dilakoninya saat terbang kembali dari Bandara Kali Jati Subang menuju Bandara Sukamiskin Bandung. Koran De Preanger-bode tanggal 3 Agustus 1918 menceritakan petualangannya itu. Engelbert yang terbang ditemani Letnan Penerbang Snape terpaksa mendarat darurat di lereng Gunung Burangrang, di dekat Pasir Langu di sebelah barat Cisaroea. Pesawatnya yang nyungsep kala itu itu sempat menjadi tonton warga.
Engelbert meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan sebulan kemudian. De Preanger-bode tanggal 11 September 1918 memberitakannya. Pesawat yang dikendarai Engelbert dan Snape jatuh tak lama setelah mengudara di Bandara Sukamiskin.
Pesawat buatan Amerika yang tidak disebutkan jenisnya tersebut menghunjam dari ketinggian sekitar 50 meter. Pesawat menabrak gudang material berisi simpanan minyak. Pesawat terbakar. Engelbert meninggal dunia, sementara Snape selamat kendati luka parah.
Koran De Preanger-bode tanggal 12 September 1918 memberitakan pemakaman Engelbert yang memantik simpati. Prosesi pemakamannya diramaikan petinggi militer, pejabat sipil, dan warga kota. Sebagian besar perwira militer hadir. Ratusan orang memenuhi jalan.
Jalan, Jembatan, dan Monumen
Sosok Engelbert yang simpatik, berikut jasanya dalam memajukan dunia penerbangan di Hindia Belanda memantik keinginan sebagian warga untuk mendirikan monumen untuk mengenangnya. Sebuah panitia dibentuk untuk menggalang dana dan mendirikan monumen tersebut.
Koran De Locomotief tanggal 11 April 1919 mencatat nama-nama panitia yang dibentuk demi pendirian monumen, di antaranya Wali Kota Bandung B. Coops, Mayor Jenderal G K. Dijkstra, administratur perkebunan Malabar K.A.R. Bosscha, pengawas pertanian di Kalimantan K. Dieudonné, Kapten W. Lasonder, Kapten Infanteri C.A. Rijnders, serta P.Th. de Jongh Swemer, ketua panitia. Arsitek Wolff Schoemaker diminta untuk merancang bentuk monumennya.
Panitia menargetkan pengumpulan dana hingga 10 ribu Gulden untuk membangun monumen. Sementara dana yang terkumpul baru menembus 2 ribu Gulden.
Pemerintah dan Dewan Kota Bandung juga menyepakati untuk menyematkan nama Engelbert van Bevervoorde menjadi nama jalan baru yang dibangun menghubungkan jalan pintas penghubung Riaouwstraat dan Lembangweg.
De Preanger-bode tanggal 29 November 1920 memberitakan jalan tersebut rombongan Wali Kota Reitsma dan sejumlah anggota Dewan Kota mengunjungi jalan yang baru dibangun sebagian. Sebuah jembatan yang menyeberangi lembah Sungai Cikapundung akan dibangun di jalan tersebut segera di mulai.
Jalan dan jembatan Engelbert van Bevervoorde sudah rampung. Tapi bertahun-tahun monumen tak kunjung dibangun.
De Indische courant tanggal 30 Januari 1924 akhirnya memberitakan kabar dimulainya pembangunan monumen yang menjadi tugu peringatan mengenang Engelbert. Monumen direncanakan berupa patung perungu yang akan dipasang di atas fondasi tumpukan batu granit.
Tanggal 31 Maret 1924 tugu peringatan itu akhirnya diresmikan. De Indische courant tanggal 2 April 1924 memberitakan peresmian tugu patung perungu Kapten Penerbang J. Engelbert van Bevervoorde. Petinggi militer, pejabat sipil, juga warga kota hadir dalam acara persmian ini.
Monumen patung perungu Engelbert van Bevervoorde dipasang di kelokan jalan dengan nama mendiang penerbang tersebut. Perwakilan petinggi Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angakatan Laut Kerajaan Belanda hadir dalam peresmian ini.
Menempati Museum Bronbeek
Lebih dari dua dekade patung perungu mendiang penerbang Engelbert van Bevervoorde menjadi penanda jalan di jantung Kota Bandung. Tahun 1950 patung Engelbert van Bevervoorde akhirnya diturunkan dari fondasinya untuk dikirim ke Belanda.
Harian Arnhemsche courant tanggal 9 Maret 1957 memberitakan patung perungu Engelbert akan dipajang di Museum Bronbeek di Kota Arnhem, Belanda. Halaman museum yang didirikan sejak tahun 1862 itu akan ditempati patung perungu mendiang Engelbert.
Patung perungu Engelbert van Bevervoorde akhirnya ditempatkan di Museum Bronbeek tanggal 20 Juli 1957. Patung ini diserahkan oleh Komodor Wartena di depan perwakilan pejabat militer Kerajaan Belanda, di antaranya perwakilan Angkatan Udara Belanda, serta anggota keluarga mending Engelbert.
“Komodor Wartena mencatat bahwa kapten-pilot ini, yang meninggal pada usia 37 tahun, telah menjadi kekuatan pendorong utama bagi penerbangan militer India. Untuk mengenangnya, monumen di Bandoeng diresmikan pada tahun 1924,” tulis Arnhemsche courant, tanggal 21 Juni 1957.
*Tulisan kolom Ngulik Bandung, yang terbit setiap Kamis, merupakan bagian dari kolaborasi antara www.bandungbergerak.id dengan Komunitas Djiwadjaman