Bridging Cultures, Kolaborasi Seniman Bandung dan Jepang di Pojok Pasar Kosambi
Bukan di galeri-galeri elite, para seniman Jepang justru berpameran di ruang alternatif pojok pasar yang biasa dianggap kumuh dan kotor, The Hallway, Bandung.
Penulis Ridho Danu Prasetyo4 November 2023
BandungBergerak.id - Ruang alternatif kerap menjadi jalan bagi para seniman untuk melakukan gebrakan baru dan mengekspresikan diri dengan cara yang unik. Begitupun dengan pameran seni Bridging Cultures di Hallway Space, Kota Bandung yang menawarkan suasana pameran di ruang alternatif dengan interaksi lebih dekat dan intim antara pengunjung dan pameris.
Sejak Rabu, 1 November 2023 Ethouse Art Space Bandung bekerja sama dengan Missao Corporation yang berbasis di Tokyo untuk menggelar pameran seni Bridging Cultures di The Hallway Space. Pameran ini digagas sebagai salah satu bentuk perayaan persaudaraan Indonesia Jepang.
“Kami mau menggambarkan gimana cross culture soal kenapa Indonesia dan Jepang punya banyak perbedaan budaya dan seperti apa perbedaan secara kultur dan karya seninya,” jelas Merxdar, pameris yang juga salah satu pendiri Ethouse Art Space.
Dalam pameran Bridging Cultures, terdapat total 28 instalasi seni lukis yang terdiri dari 5 pelukis Indonesia dan 5 pelukis asal Jepang. Seniman asal Indonesia yang terlibat sebagai pameris merupakan hasil kurasi oleh Galih Jatu Kurnia dan Ethouse Art Space. Mereka adalah Aura Paramaratri, Merxdar, REEXP, WG240, dan Zulaika Nur Maulida.
Selain karya seniman lokal, karya seni Jepang juga menjadi daya tarik yang tinggi. Para pameris asal Jepang dikurasi langsung oleh Missao Corporation, yakni AKIY, Mei Homma, Miei Sato, Mino Watabe, dan Une Asai.
Dua dari lima pameris Jepang yaitu AKIY dan Mino Watabe turut hadir langsung di tempat pameran. Mereka bersama seniman lokal lainnya terlihat menyapa dan berinteraksi secara langsung dengan para pengunjung. Tersaji pula aksi live painting di sebuah kanvas besar yang merupakan lukisan kolaborasi antara seniman Indonesia dan seniman Jepang.
Bukan melakukan pameran di galeri yang mapan nan elite, para seniman Jepang justru dikenalkan dengan sebuah ruang alternatif yang berada di pojok pasar tradisional yang biasa dianggap kumuh dan kotor, yaitu The Hallway, Pasar Kosambi, Bandung.
Hallway diperkenalkan sebagai ruang alternatif yang mampu menyalurkan ekspresi para seniman agar lebih membumi dan mampu dinikmati seluruh kalangan masyarakat.
“Kalau pameran di galeri mapan kan cukup susah dijangkau oleh orang. Kita pengin membaurkan layer-layer dari berbagai masyarakat untuk bisa ikut menikmati seni di sini,” ucap Merxdar.
AKIY dan Mino Watabe sebagai pameris yang datang ke Bandung pun menyebut bahwa mereka terkejut dengan konsep ruang yang digunakan oleh Bridging Cultures. Interaksi langsung dengan pengunjung Indonesia secara dekat juga menjadi pengalaman baru yang menarik bagi keduanya.
Karya dan Makna
Karya milik Mino Watabe yang dipamerkan merupakan seni oil-painting yang memuat alam dan garis sebagai unsur utama dalam lukisannya. Mino menyebut bahwa lukisannya merupakan bentuk kekaguman dan percampuran antara keindahan alam dan garis seni milik manusia.
Mino yang besar di pusat kota Tokyo sangat mencintai laut tempat ibunya tinggal. Namun, pada tahun 2011 silam ia menjadi korban tsunami Jepang, membuatnya merasakan indah dan suramnya laut. Hal-hal ini yang kemudian menjadi inspirasi utama Mino dalam melukis alam.
“Pesan yang aku gambarkan melalui lukisan itu, salah satunya yang tentang laut, adalah bagaimana manusia tidak akan pernah bisa menang melawan alam. Tapi, manusia harus mulai untuk hidup berdampingan dan saling menjaga dengan alam,” jelas Mino dalam wawancara bersama Bandungbergerak.id yang dibantu oleh penerjemah.
Sementara itu, AKIY adalah seniman yang baru saja memulai karier melukis pada awal tahun 2021 silam. Dalam waktu singkat, AKIY jatuh cinta dan mulai fokus berkarier sebagai seniman lukis.
Seluruh lukisan karya AKIY yang dipamerkan adalah lukisan interaktif yang dapat merespons pantulan cahaya ketika pengunjung mengarahkan senter pada lukisannya. Karya milik AKIY adalah satu-satunya lukisan interaktif di pameran Bridging Cultures.
Baca Juga: Pergolakan Seni dan Perubahan Sosial: Seni Rakyat dan Identitas Melawan Dominasi
Mengenal Toleransi dan Keberagaman di Griya Seni Popo Iskandar
Kolaborasi Seni Reak dan Pantomim Memperingati Hari Spesies Terancam Punah di Indonesia dan Dunia
Ketika ditanyai perihal kultur seni dari Indonesia, keduanya menjelaskan kekagumannya pada khasnya bentuk karakter yang ada pada lukisan-lukisan karya seniman Indonesia. Perbedaan kultur ini juga disebut sebagai perluasan cakupan karya seni mereka untuk saling belajar dan memberikan inspirasi satu sama lain.
Pameran seni rupa Bridging Cultures di The Hallway Space, Kota Bandung berlangsung sampai Minggu, 5 November 2023. Pameran ini dapat menjadi alternatif hiburan bagi masyarakat Kota Bandung yang menyukai seni.
Konsep terbuka dan interaktif yang ditawarkan pun menjadikan pameran ini ramah terhadap pengunjung yang masih awam. Para pameris yang merupakan seniman ternama juga ramah dan terbuka untuk berinteraksi secara langsung dengan para pengunjung.
Pameran ini membuktikan bahwa ruang-ruang alternatif di Kota Bandung pun mampu menjadi tempat yang cocok untuk mengekspresikan diri, tak hanya bagi seniman lokal tapi juga berhasil menyentuh para seniman internasional.
* Kawan-kawan yang baik dapat menyimak tulisan-tulisan lain dari Ridho Danu Prasetyo, atau membaca artikel-artikel lain tentang Seni di Bandung