GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA: Tujuh Gunung di Bandung Utara yang Menjadi Favorit Pendaki
Sedikitnya ada 7 gunung di utara Bandung yang menjadi favorit para pendaki karena keunikan dan keindahan panoramanya, serta kearifan lokalnya yang khas.
Muhammad Andi Firmansyah
Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad)
28 Oktober 2023
BandungBergerak.id – Perjalanan mendaki gunung bukan sekadar pergi dari satu tujuan ke tujuan lainnya dalam jangka waktu tertentu, tapi juga tentang pemandangan, flora dan fauna, lokalitas, makanan, budaya, cerita-cerita mitos, sejarah, dan sebagainya. Dengan melihat, merasakan, meresapi, dan mengevaluasi lingkungan pegunungan, seseorang dapat terhubung dengan alam dalam bentuknya yang mentah dan murni.
Selain itu, mendaki gunung juga bisa menjadi sebuah pelarian diri dari hiruk-pikuk perkotaan yang membuat kepala pusing (hampir) setiap hari. Dengan membenamkan diri di belantara alam, berkemah di datarannya yang sejuk, kita bisa berkerumun di sekitar api unggun yang hangat, berbagi cerita dan tawa di bawah langit berbintang. Kekacauan kota terasa seperti kenangan yang jauh saat kita menikmati kesederhanaan dan keindahan alam.
Artikel ini akan menyajikan daftar gunung di Bandung Utara yang kerap dianggap sebagai favorit para pendaki, baik pendaki berpengalaman maupun pemula. Masing-masing dari gunung ini menawarkan keunikan dan keindahannya tersendiri, mulai dari panorama alam yang mengagumkan hingga kearifan lokalnya yang begitu khas. Beberapa di antaranya juga merupakan destinasi wisata populer bagi warga Bandung. Berikut adalah daftarnya.
Gunung Batu
Dari dekat, Gunung Batu tak terlihat seperti gunung, tapi lebih mirip tebing batu yang besar dan tinggi. Ketinggiannya sekitar 1.336 Mdpl (Meter di atas permukaan laut), dan lokasinya berada di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Dengan lanskap seperti ini, tak heran kalau Gunung Batu, terutama sisi lereng utaranya, menjadi salah satu tempat favorit bagi para penggemar panjat tebing.
Di bagian puncak, selain ada makam petilasan, kita bisa menemukan sebuah menara dan bangunan yang berfungsi sebagai tempat penelitian gempa. Di sekitar makam, kita dapat menjumpai tanaman Jaksi, sejenis pandan yang sangat wangi. Tanaman ini, dalam cerita Sangkuriang, merupakan jelmaan Dayang Sumbi. Menurut cerita setempat, selain dipakai untuk pengharum pakaian, Jaksi juga digunakan oleh kaum Hawa sebagai bedak.
Pepohonan jarang tumbuh di puncak Gunung Batu, mengingat sebagian besar datarannya adalah bebatuan (terkecuali lumut atau ilalang). Kendati begitu, sebagai salah satu gunung tertinggi di Lembang, kita bisa menikmati keanggunan gunung-gunung di sekitarnya, seperti Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Putri, Gunung Bukit Tunggul, dan Gunung Palasari. Di sini pula kita bisa mendirikan tempat berkemah.
Kala pagi hari, terutama jika cuaca sedang cerah, cahaya matahari menerangi pemandangan ke segala arah. Di bawah, kita bisa melihat hamparan kebun sayur dan rumah-rumah warga yang memadati kawasan Lembang. Dereten gentengnya tampak seperti susunan balok kayu merah dalam sebuah kotak raksasa. Pada malam hari, sinar lampu-lampu di Kota Bandung akan terlihat berkedip-kedip bagaikan sekawanan kunang-kunang nun jauh di sana.
Ada beberapa opsi jalur untuk sampai ke Gunung Batu, di antaranya melalui Dago, Lembang, atau Ciumbuleuit. Jika memilih lewat Dago, dari terminal angkutan umum Dago kita mesti berjalan menuju utara, sampai nanti ada belokan kiri dengan jalannya yang menurun. Jika memilih lewat Lembang, kita akan melewati Pasar Lembang. Jika memilih opsi Ciumbuleuit, kita akan melewati jejeran rumah makan Sunda di kawasan Punclut.
Baca Juga: GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #48: Gunung Sadu Soreang dengan Misteri Batuan Anomali Magnetik dan Jejak Perjuangan Kemerdekaan
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #49: Gunung Selasih dengan Keunikan Batu Karut, Populasi Kera, dan Legenda Seorang Putri
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #50: Gunung Gedugan, Puncak Tertinggi di Kawasan Soreang dan Cililin
Gunung Tangkuban Parahu
Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, Tangkuban Parahu secara harfiah berarti “perahu terbalik/telungkup”. Penamaan ini mungkin terinspirasi dari bentuknya yang mirip seperti perahu terbalik, meskipun bentuk ini hanya terlihat jelas dari sisi selatan. Dengan ketinggian 2.084 Mdpl, suhu rata-rata hariannya berkisar 17 derajat celcius di siang hari dan 2 derajat celcius di malam hari.
Gunung Tangkuban Parahu sangat identik dengan legenda Sangkuriang. Konon, karena tak mau dinikahi anaknya sendiri, Dayang Sumbi meminta Sangkuriang untuk membuat sebuah telaga dan perahu raksasa dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu tersebut sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu telungkup inilah yang kemudian menjadi Gunung Tangkuban Parahu.
Akibat banyaknya erupsi dalam 150 tahun terakhir, Gunung Tangkuban Parahu mempunyai banyak kawah aktif, di antaranya Kawah Ratu, Kawah Domas, Kawah Upas, dan Kawah Baru. Pengunjung biasanya lebih akrab dengan Kawah Ratu dan Kawah Domas. Airnya tenang, dan kabut lembut mengepul di atas permukaannya. Ketika siang cerah, kita bisa mendapati sinar matahari menghasilkan mosaik cahaya dan bayangan di permukaan kawah.
Kita bisa mencapai puncak Gunung Tangkuban Parahu melalui beberapa jalur yang berbeda, di antaranya melalui perkebunan teh di Sukawana, jalur hiking yang melewati Jayagiri dan Leuweung Tiis, serta jalur Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Gunung Tangkuban Parahu. Jika memilih jalur Jayagiri atau TWA Kawah Gunung Tangkuban Parahu, kita akan melihat stasiun penelitian petir milik ITB.
Gunung Putri Lembang
Konon, ketika Dayang Sumbi melarikan diri dari Sangkuriang, dia meminta petunjuk kepada Yang Maha Tunggal. Petunjuk itu menuntun Dayang Sumbi ke tengah hutan yang rimbun, kemudian dia ujug-ujug berubah menjadi bunga yang sekarang dikenal sebagai bunga Jaksi. Sementara itu, hutan rimbun yang melindunginya kini dikenal sebagai Gunung Putri. Gunung Putri Lembang memiliki ketinggian 1.587 Mdpl.
Jika kita berhasil mencapai Tugu Geger Bintang Matahari, kita bisa melihat Sesar Lembang yang memanjang sekitar 29 kilometer, mulai dari puncak Gunung Palasari hingga wilayah Ngamprah dan Cimahi. Udara di kawasan ini begitu segar. Ketika matahari mencium puncak gunung, kita akan disuguhi lanskap yang memancarkan rona keemasan. Pada malam hari, sambing bercengkerama, kita bisa menikmati pemandangan city lights kawasan Bandung.
Selain panorama alamnya yang memukau, Gunung Putri Lembang juga punya jejak sejarah berupa benteng peninggalan Belanda. Kendati tampak terkubur tanah dan tertutupi semak belukar, benteng ini tetap bisa dinikmati dan dipelajari keberadaannya.
Untuk mencapai Gunung Putri, dari alun-alun Lembang, kita bisa berbelok ke arah kiri, atau arah utara, kemudian berbelok lagi menuju Jalan Gunung Putri. Di sini kita tinggal menyusuri jalan tersebut sampai ujungnya. Jalur lain menuju kawasan Gunung Putri Lembang adalah dari arah barat atau arah Jayagiri. Kita juga bisa mengaksesnya dari arah Cikole, Lembang.
Puncak Eurad
Puncak Eurad terletak di perbatasan antara Kabupaten Subang dan Kabupaten Bandung Barat, khususnya di Desa Wangunharja, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Tempat ini dikenal dengan cuaca sejuk yang khas pegunungan, menciptakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Ketinggian Puncak Eurad mencapai 1.485 Mdpl, dan jalur pendakiannya telah terbentuk dengan jelas dan mudah diikuti, ramah untuk anak-anak dan lansia.
Puncak Eurad teramat hijau, didominasi oleh jajaran pinus gunung, perbukitan, dan kebun teh. Perjalanan menuju puncaknya adalah sebuah petualangan tersendiri, karena jalurnya cukup berkelok-kelok, tapi bunga-bunga liar mewarnai lanskap dengan warna-warna cerah. Selain kesejukan, kita juga bisa menikmati pemandangan pegunungan di perbatasan antara Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang bagian selatan.
Di sana terdapat jalur-jalur tangga, jembatan bambu, dan dermaga sebagai titik pandang untuk menikmati lanskap alam yang indah. Cuaca cerah tanpa kabut memungkinkan kita melihat sebuah perkampungan yang seolah-olah terkurung dan terpencil, yaitu Kampung Cikendung. Dalam bahasa Sunda, “kendung” berarti menggelembung atau tersibak oleh angin, mengingat angin pegunungan sering berpusar ke arahnya.
Selain mendaki ke puncak, kita juga memiliki pilihan untuk menjelajahi Gua Nippon atau Gua Jepang. Sayangnya, kondisi Gua Nippon saat ini kurang terawat, dengan akses jalan setapak terhalang oleh pepohonan tumbang dan semak belukar. Tapi dari situ kita bisa melanjutkan perjalanan menyusuri punggungan gunung menuju Kampung Cikendung. Di kampung inilah kita akan menemukan pengrajin gula aren dan peternak lebah penghasil madu berkualitas.
Gunung Bukit Tunggul
Gunung Bukit Tunggul berlokasi di perbatasan tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Subang. Puncak gunung ini menjadi titik pertemuan ketiga perbatasan tersebut. Secara geologis, Gunung Bukit Tunggul adalah sisa dari letusan Gunung Sunda yang terjadi dalam masa prasejarah. Ketinggiannya mencapai 2.209 Mdpl, yang menjadikannya sebagai gunung tertinggi di kawasan Bandung Utara.
Gunung Bukit Tunggul mengambil namanya dari cerita Sangkuriang pula. Diceritakan bahwa Sangkuriang, ketika mencari kayu untuk membuat perahu, menemukan sebuah pohon kayu lamengan yang sangat bagus. Namun, dia hanya menebang pohon tersebut hingga tersisa batangnya saja yang disebut “tunggul”. Selain tunggul, ada juga akar dan umbi pohon yang masih tersisa. Dalam bahasa Sunda, umbi akar ini disebut sebagai “beuti”.
Salah satu destinasi menarik di kawasan ini adalah Curug Luhur Cibodas yang terletak di kaki Gunung Bukit Tunggul. Kawasan ini juga menawarkan kebun kopi arabika yang berkontribusi pada wisata lokal, dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan pemerintah desa setempat.
Setelah sampai di puncak, kita akan menemukan dua kawasan istirahat yang berdekatan. Meskipun ada ekspektasi untuk menikmati pemandangan kota di bawahnya, puncak Bukit Tunggul masih tertutupi oleh pepohonan yang menjulang tinggi, memberikan kesan rimbun. Di sini pula, kita akan menemui bekas-bekas dari masa prasejarah, seperti Situs Babalongan. Situs ini memiliki struktur punden berundak yang dulu digunakan untuk ritual keagamaan.
Untuk pendaki yang tertarik menjelajahi Gunung Bukit Tunggul, ada beberapa pilihan jalur yang dapat diambil, yaitu jalur melalui Kampung Patrol, Kampung Pangli, dan Pasirangling. Jalur yang paling umum dipilih oleh pendaki adalah jalur Pasirangling dan Kampung Pangli, yang juga merupakan bagian dari rute lomba lari Bandung Ultra Trailrun 100km.
Di Kampung Pasirangling, ada fasilitas agrowisata yang meliputi perkebunan dan peternakan sapi perah. Warga setempat telah mulai mengolah susu murni menjadi yoghurt yang lezat. Di sini kita juga bisa menjelajahi budidaya cacing dan menikmati jejeran tanaman hias yang indah. Selain itu, Kampung Pasirangling sangat terkenal dengan kopi arabika berkualitasnya yang menggoda selera.
Gunung Palasari
Gunung Palasari, dengan ketinggian 1.857 mdpl, mungkin kurang begitu dikenal oleh warga Bandung, terutama bila dibandingkan dengan popularitas nama “Palasari” sebagai sebuah pasar buku yang terkenal. Secara administratif, wilayah Gunung Palasari meliputi dua desa, yaitu Desa Girimekar dan Desa Cipanjalu. Nama “Palasari” sendiri terkait dengan tumbuhan palasari atau palasan, yang kulitnya digunakan sebagai bahan untuk membuat jamu.
Puncak Gunung Palasari, karena kerimbunan pohon yang menutupinya, bukanlah tempat untuk menikmati pemandangan terbuka yang luas. Biarpun begitu, berkat hutannya yang masih alami, gunung ini tetap menjadi daya tarik utama bagi pecinta petualangan di alam terbuka. Udara yang kental dengan aroma dedaunan yang rimbun, disertai suara burung, serangga, dan gemerisik dedaunan, menciptakan sebuah simfoni alam yang memukau.
Pemandangan dari Gunung Palasari begitu menakjubkan, dengan puncak-puncak gunung yang menjauh dan lembah-lembah yang hijau. Di bawah mata, tanah meluas seperti karpet hijau yang bergerombol. Di atas Gunung Palasari, ada Benteng Palasari, sebuah peninggalan dari zaman penjajahan Belanda yang menyerupai tembok tebal sekitar 60 cm, diperkirakan dibangun antara tahun 1913 dan 1917.
Gunung Sanggara
Gunung Sanggara terletak di perbatasan antara Kabupaten Bandung, Kabupatan Sumedang, dan Kabupaten Subang. Ketinggiannya mencari 1.903 Mdpl. Dari pusat Kota Bandung, jarak menuju Gunung Sanggara sekitar 20 kilometer ke arah timur laut. Pada awal perjalanan, kita hanya mengikuti jalan berbatu yang masih bisa dilalui mobil, jalan yang biasa dipakai warga setempat untuk berladang atau mencari rumput untuk pakan ternaknya.
Di ujung jalan itulah tantangan mendaki Gunung Sanggara dimulai. Kita akan berhadapan dengan hutan yang rapat dan sempit. Kendati begitu, ketika kita menyusuri kedalamannya, udara menjadi lebih bersih dan gangguan kehidupan perkotaan menghilang. Pohon-pohon kuno menjulang tinggi seperti menara katedral, kanopinya seolah merupakan atap hidup yang menyaring sinar matahari, memancarkan cahaya belang-belang di lantai hutan.
Hutan Gunung Sanggara menjadi tempat tinggal bagi banyak spesies flora dan fauna, mulai dari pakis-pakisan hingga begonia, lutung hingga macan tutul. Keragaman flora dan fauna ini membuat Gunung Sanggara sering kali dijadikan sebagai tempat untuk berlatih survival atau kemampuan bertahan hidup. Berkatnya pula, kita akan cukup mudah menemukan kawasan berlindung (shelter) atau berkemah (campground).
Itulah tujuh gunung di Bandung Utara yang kerap dianggap sebagai destinasi favorit bagi para pendaki. Gunung-gunung di Bandung Utara, sebagaimana telah kita lihat, menawarkan aneka aktivitas, mulai dari petualangan yang menantang hingga panorama alam yang elok. Jadi, siapkan peralatan mendaki Anda, kumpulkan teman-teman, dan pergilah ke Bandung Utara untuk merasakan kegembiraan menaklukkan gunung-gunung favorit ini.
* Tulisan kolom Gunung-gunung di Bandung Raya merupakan bagian dari kolaborasi bandungbergerak.id dan Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB). Kawan-kawan juga bisa membaca artikel-artikel lain dari Muhammad Andi Firmansyah.